Japri : Video Message | 15

956 126 25
                                    

'Jika sudah jatuh, meski belum terlalu dalam, meski hati berusaha menolak, cinta akan tetap hadir setelahnya.'

Weekend!

Seharian ini, Christel hanya bermalas-malasan di kamarnya. Menghidupkan musik keras-keras dan membiarkan kamarnya berantakan.

Hari ini benar-benar malas melakukan apa pun. Christel terlalu banyak pikiran akhir-akhir ini. Sehingga rasa lelahnya jauh lebih terasa.

Pria kulkas itu membuatnya banyak memikirkan hal yang tidak seharusnya. Mengkhawatirkan, menebak di mana keberadaannya, sudah makankah, baik-baik sajakah?

Ah, sudah mbak Uti. Jangan terlalu banyak membicarakan aku yang lagi kasmaran. Kan malu.

Kasmaran?

Jelas Christel tidak sepenuhnya yakin dengan perasaannya. Tapi untuk menepis pun tidak bisa.

Sudah sebulan lebih dua hari, Christel benar-benar tidak melihat Alta. Ada sesuatu yang kurang, tapi Christel menolak jika 'sesuatu' itu dikarnakan Alta.

Memang seharusnya bukan karena Alta, kan?

Sesekali gadis itu tersenyum saat melihat chat -nya dengan Kinan. Rumah Kinan tidak terlalu jauh, tapi hari ini Kinan punya urusan keluarga dan tidak bisa menemaninya.

Sudah magrib, dan Christel baru saja menunaikan sholat magrib. Gadis mini itu meraih handphone-nya yang berbunyi. Kerutan itu tercipta sesaat melihat siapa yang mengiriminya pesan.

Bang Dion? Setelah sekian lama dan setelah kejadian dua bulan lalu, kenapa tiba-tiba ngerimi pesan video? Japri lagi.

Christel membuka pesan itu. Membaca alamat yang dikirim oleh Dion, sambil menunggu unduhan videonya selesai. Christel mengenyit melihat alamat dengan akhir 'Bintang Club'.

Nama club?

Segera gadis itu membuka video yang sudah selesai diunduh. Dan matanya membelalak setelah melihat isi video itu.

Pria yang sebulan lebih ini tidak bisa ditemuinya terlihat pasrah dipukuli. Membiarkan delapan orang di depannya memukul tanpa ampun. Christel benar-benar panik.

Dan pesannya... pesannya bahkan sudah dibaca. 18.15, Alta aktiv sepuluh menit yang lalu dan membaca pesannya.

***

Gadis itu kini di dalam taksi. Tanpa berpikir dia langsung meraih jaket untuk membalut kaos biru langitnya. Dengan celana setengah tiang, Christel langsung pergi karena terlalu panik.

Christel hanya memikirkan tentang bagaimana keadaan Alta saat ini, biarpun tidak tahu apa maksud Dion mengiriminya video dan alamat itu.

Mungkin bang Dion juga panik, jadi ngubungin aku buat bantu. Tapi kenapa aku?

Masih dengan pikiran positif bercampur kalut soal keadaan Alta, Christel sampai di alamat yang Dion berikan.

Benar saja, sebuah club. Tanpa ragu, gadis mungil itu masuk. Banyak mata memandang aneh ke arahnya yang sudah berjalan menyusuri ruangan dengan cahaya temaram.

Bau alkohol menusuk indra penciumannya setelah semakin dalam masuk ke dalam club itu. Suara musik dari DJ yang dengan asik berjoget di tempat yang lebih tinggi dari yang lain menggema diseluruh ruangan besar itu.

DJ-nya gak takut masuk angin ya, cuman pakek BH doang?

Banyak perempuan dengan pakaian kurang bahan di sana. Asap rokok mengepul dari segala penjuru. Ini baru jam tujuh malam, tapi kenapa sudah banyak orang di tempat seperti ini?

Sesekali Christel melihat ke sekeliling, berharap menemui Alta, atau setidaknya bertemu dengan Dion untuk menanyai keadaan Alta.

Alta. Alta. Alta! Kenapa cuman dia yang aku pikirin?

Belum sempat menemukan siapa pun yang dia kenal, tiga orang pria dengan badan dua kali lipat darinya, menghadang.

"Permisi, bang. Ada yang tau sama Dion Adiputra gak? Dia senior gue, bang."

Bukannya menjawab, tiga pria itu malah terbahak sambil memandang satu sama lain. Christel hanya mengerutkan dahi.

"Kenapa nyari yang gak ada sih, neng? Sama kita-kita aja." Christel meringis tak mengerti, melihat pria dengan kepala licin yang baru saja berbicara

"Iya. Abang buat eneng seneng deh malam ini." Si abang rambut panjang menimpali.

"Bakal puas malam ini, neng. Yuk, sama kita-kita." Dan abang rambut batok juga ikut nimbrung.

Beberapa kali Christel menepis tangan ketiga abang berbadan besar yang mulai berani mengulur ke arahnya. Dengan suara dan tatapan yang tidak bisa dikatakan baik.

Banyak orang di sana, tapi tidak satupun yang berniat membantunya. Mereka asik dengan urusan masing-masing. Atau mereka yang melihat, hanya tertawa menyadari gadis dengan baju kaos ini diperlakukan tidak senonoh.

"Badan kecil aja gaya mau clubbing."

"Anak baru, ya? Gayaan aja awal gini nolak-nolak, entar udah ngerasain ga mau berenti."

"Hahha, tinggal iya aja payah banget."

Suara-suara itu terdengar sangat menjengkelkan ditelinga Christel. Orang-orang itu berlalu dengan senyum sinis yang Christel sendiri tidak menyangka bahwa setidak-manusiawi itu orang-orang di dalam sini. Bukannya menolong, mereka malah menambah ketakutan itu.

Christel mulai tersudut di dinding. Wajahnya tertekuk ke bawah dengan air mata yang mulai mengucur seraya tangan yang berusaha menepis gerakan ketiga pria di depannya yang semakin menjadi.

"Jangan. Jangan." Suara lirihnya bergetar menahan ketakutan. Christel menutup matanya rapat, terduduk dan masih merasakan tangan-tangan itu berusaha menyentuhnya dengan binal.

"Woi, bangsat lo semua!" Teriakkan itu membuat seluruh ruangan ini menjadi hening.

Dan suara orang dipukuli terdengar setelahnya. DJ bahkan mematikan suara musik. Beberapa kali terdengar suara teriakkan dari perempuan-perempuan di sana.

"Jangan ke club gue kalo lo mau cari pelacur! Dan jangan berani lo sentuh cewek ini lagi! Pergi!"

"Maaf, bos. Kita gak ada maksud buat-"

"PERGI!!"

Christel masih terduduk dengan tangis yang menjadi. Matanya tertutup rapat dengan tangan memeluk dada.

Seseorang berusaha menyentuhnya. Sontak gadis itu menepis kasar.

"Minnion, ini gue." Christel membuka mata pelan, dan melihat seseorang yang kini menatapnya khawatir.

Pria itu berada di depannya dengan keadaan baik. Tidak seperti orang yang baru saja dikeroyok seperti di dalam video yang Dion kirim.

Alta merengkuh tubuh mungil Christel yang menangis semakin jadi. Gadis itu membenamkan wajah didada pria kulkas yang selama ini membuatnya khawatir. Ada rasa lega melihat Alta baik-baik saja, meski bingung dengan apa yang terjadi berbanding terbalik dengan pesan video itu.

"Maafin gue. Maafin gue. Gue di sini, lo bakal baik-baik aja." Semakin dalam Christel membiarkan tubuhnya terdekap kehangatan pria itu.

☺☺☺

Nah, panjangan ya part yang ini. hehehe 😅

Bisa apdet cepet itu rasanya.... pegimana gitu😌😌

Happy reading yaa semuaaa
😚😚
See ya🙋

Salam hangat dari Mbak Uti yang lagi banyak pikiran🌾

Je t'Aime [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang