'Jangan sebut bersamamu sebagai kenangan, sebab yang terjadi adalah nyata yang kurasa.'
Christel bersemangat me-ngepak barang-barang di dalam koper. Alta yang duduk di atas ranjang hanya melihat dengan senyum.
Istrinya tampak sangat bahagia dengan kabar honeymoon mereka.
"Seseneng itu, ya?" Christel menoleh ke arah Alta sekilas. Lalu tersenyum melanjutkan kegiatannya.
"Iya dong. Ini kali pertama aku ke luar negeri." Christel melihat ke arah Alta yang masih tersenyum. "Hebatnya lagi, ini karna honeymoon."
Alta terkekeh mendengar ucapan Christel.
"Kamu beneran tau jalan di sana, kan?"
"Emmm." Alta mengguman seperti berpikir. "Semoga."
Christel memicingkan mata. "Jangan-jangan kamu cuman bohongi aku ya, kalo kamu sering pergi ke Paris?"
Alta kembali terkekeh. "Kamu mikir aku bohong terus, sih."
"Habisnya, jawabnya kayak gak yakin gitu."
Bibir Christel mengerucut. Membuat Alta mengacak rambutnya gemas.
"Aku seneng bisa nepatin janji ke kamu sebelum aku gak ada."
Sekilas, Christel menghentikan kegiatannya. Lalu kembali bergerak seolah tidak mendengar apa pun.
"Aku ambil baju kamu dulu, ya? Kayaknya kurang." Tanpa melihat ke arah Alta, Christel langsung berdiri. Berjalan menuju lemari besar itu.
Alta mendesah. Ikut berdiri, melihat istrinya dengan tangan bersidekap dan bersandar ke lemari yang tertutup.
"Semua yang kita lakuin di sana pasti bakal jadi kenangan indah."
Christel tak menjawab. Mengambil beberapa baju dan kembali menutup lemari. Lagi, seperti tak merasakan Alta di sana, Christel langsung berbalik hendak pergi.
Namun langkahnya terhenti karena tangan itu meraih lengannya, memaksa Christel untuk menatap sang pemilik tangan.
"Kamu gak denger aku?"
"Aku gak mau denger omongan gak penting kayak tadi dari kamu."
Wajah Christel terlihat berbeda dari biasanya. Gadis mini itu memandang dengan tatapan yang menusuk. Jelas sekali jika ucapan Alta tak menyenangkan untuknya.
"Kita ke sana bukan mau mengukir kenangan. Tapi kita mau menikmati kehidupan baru setelah jadi suami istri." Christel menepis tangan Alta.
"Kalo kamu cuman mau menciptakan kenangan, aku bisa keluarin barang-barang dari koper. Kita gak perlu jauh-jauh ke Paris cuman buat kenangan aja."
Alta terdiam. Membiarkan istrinya melempar sembarangan baju yang sudah di ambil dari lemari. Christel keluar dari kamar.
Segera Alta menyusul sang istri yang sedang memberesi pantry. Alta menangkap getaran dari tubuh istrinya. Beberapa kali tampak Christel mengangkat tangannya, dengan gerakan mengusap pipi. Alta yakin, Christel sedang menangis.
"Minnion." Alta langsung merangkum tubuh itu dari belakang. Isakkan terdengar setelahnya.
"Aku minta maaf." Hanya ucapan itu yang mampu Alta ungkapkan.
Tak ada jawaban. Alta membalik tubuh istrinya dan memeluk erat gadis mungil yang sekarang menangis tergugu.
***
"Wuaaahhh!!" seruan itu membuat Alta tersenyum.
Christel tampak berbinar melihat pemandangan di depannya. Alta berdiri di belakang wanita yang sekarang benar-benar hanyut bersama kebahagiaan karena bisa ke tempat yang selama ini dia idamkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'Aime [Sudah Terbit]
Fiksi Umum(Tersedia di shopee dan playstore) Warning !! Sebelum baca Je t'Aime Aussi, disarankan buat baca cerita ini dulu. Biar gak bingung. Tengkiyu Hidup gadis itu berubah setelah bertemu dengan Alta Prasiarkana. Lelaki yang beberapa tahun lebih muda darin...