Yang Tidak Christel Tahu | 29 (Private)

889 104 23
                                    

'Bukan tentang bagaimana cara memaafkannya. Tapi harus di-apakan hati yang koyak karna kecewa?'

Ketiga orang itu masih belum berbicara. Mereka hanya mengaduk-aduk spaggeti di piring masing-masing tanpa berniat memakannya.

Alta meminta Kinan dan Kevin untuk datang pagi ini. Tanpa Christel.

"Gue setuju sama lo, kak." Suara Alta membuat kedua orang lainnya mendongak. "Gak mungkin rumah Christel kebakar gitu aja."

"Bener kan, Al?" Kinan langsung membuka mulutnya. "Itu jam 1 malem. Masa iya Christel masak sambil tidur? Setau gue dia gak punya riwayat ngigau sambil jalan-jalan deh."

"Bisa aja konslet listrik kan?" Kevin ikut menerka.

"Kalo konslet listrik itu karena ada sesuatu yang rusak, bukan? Listrik di rumah Christel gak ada yang rusak."

Kevin kembali memikirkan kemungkinan yang mungkin terjadi. Mereka kembali diam. Membiarkan spaggeti itu membengkak dan dingin.

"Gue bakal cari siapa orangnya."

"Jangan berprasangka buruk dulu, Al. Kita kan gak tau pasti apa penyebabnya."

"Enggak, bang. Gue yakin kali ini, pasti ada seseorang dibalik semua ini."

Kinan memegang lengan Alta. "Gue rasa, lo juga mikirin orang yang sama kayak gue." Alta dan Kinan saling tatap penuh arti.

***

Alta membuka pintu apartemennya.

"Minnion?" Tak ada jawaban.

Alta meletakkan bawaannya di sofa ruang utama. Masuk ke kamar. Lamat-lamat terdengar seseorang bersenandung dari kamar mandi. Sudut bibir pria itu tertarik. Menyadari gadis mini-nya sedang mandi.

Pria tinggi itu duduk di sofa. Bermain game seraya menunggu Christel selesai mandi.

Pintu kamar mandi terbuka, menampilkan gadis yang masih bersenandung lirih dengan rambut basah yang mulai panjang. Alta tertegun menatap gadis mini yang sekarang sedang berusaha mengeringkan rambutnya dengan anduk. Kaos abu-abu miliknya sudah seperti mini dress untuk gadis itu.

Christel membalas tatapan Alta dengan senyum sedikit terkejut.

"Hai. Kapan dateng?" sapaan itu membuat lamunan Alta terbuyar. Pria itu tergagap melihat Christel yang mendekat.

"Aku pake baju kamu." Christel nyengir. "Habisnya gak enak kalo gak mandi."

Seperti terkena karma, kini Alta yang merasakan jantungnya berdetak tak karuan. Christel menjadi terlihat sangat cantik sekarang. Berkali-kali Alta menggembungkan pipinya, menahan gugup.

"A-aku beliin kamu ba-ju. Ada di so-fa depan." Christel mengernyit, mendengar Alta yang berbicara terbata.

"Kenapa sih? Gagap gitu." Gadis itu terkekeh pelan.

Alta tak bisa memalingkan matanya dari Christel. Tetesan air dari rambut membuat gadis itu terlihat semakin menggoda. Berkali-kali Alta menelan ludahnya.

Kini matanya fokus pada bibir tipis yang merah setelah sang pemilik menggigit sekilas.

"Alta." panggil Christel memegang lengan Alta yang tersadar tapi masih memandang bibir gadis mungil itu.

"Aku...," Christel menaikkan alisnya, menunggu ucapan Alta yang masih menggantung. "Aku boleh nyium kamu?"

"Ha?" Christel meyakinkan pendengarannya.

Alta benar-benar tersadar sekarang. Pria itu kembali tergagap.

"Gak kok." Berkali-kali Alta mengusap rambut belakangnya dengan senyum aneh. "Mau liat bajunya?"

Je t'Aime [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang