'Sebut saja kehilangan, saat hati terasa kosong tanpamu dalam jangkauan.'
Mr. Bintang Kulkas : Minnion, gue baik-baik aja.
Semua berjalan baik-baik saja beberapa bulan ini. Kevin masih membuntuti Christel di mana pun. Namun Christel tidak ingin mempermasalahkan hal itu. Toh selama ini mereka memang berteman.
Juga, Kevin memperlakukannya seperti saat sebelum kejadian 'penembakkan' waktu itu. Bersyukurnya Christel tidak kehilangan teman baik seperti Kevin. Baginya, Kinan dan Kevin adalah saudaranya di Jakarta. Karena mereka-lah tempat terbaik untuk sebuah bantuan.
Hanya beberapa bulan. Ya. Semua baik sampai pesan dari Alta seperti sebuah tanda bahwa dia akan kembali 'menghilang'.
Benar saja. Christel tak lagi melihat Alta menyambutnya dengan senyum di depan rumah. Tidak ada godaan-godaan yang menciptakan semburat merah jambu di pipi Christel.
Beberapa kali Christel sengaja lewat di gedung jurusan Alta, dan lagi, pria itu memang tidak ada.
"Gak papa, Tel. Gue bakal anter-jemput lo kok kalo emang lo mau." Dengan semangat Kevin memberi tawaran.
"Gue naik angkot aja, Kev." Tolak Christel dengan senyum tipis.
"Masih aja gak enak sama gue, Tel. Katanya gue temen lo." Kevin menyenggol pelan lengan gadis yang sekarang tersenyum lebih lebar.
"Bener tu, Tel. Kita kan temen, tapi karna keadaan gue gak bisa nebengin lo. Lagian selain Alta, gue cuman percaya Kevin buat bawa lo ke mana-mana." Kinan memasukkan coklat ke dalam mulutnya.
Christel tersenyum menatap teman-temannya bergantian.
"Buat sementara aja deh. Kalo Alta udah ada gue serahin ke dia lagi lo-nya." Sambung Kevin dengan senyum.
"Makasih, ya." Christel tersenyum ke arah Kevin yang mengangguk.
"Alta ke mana emang, Tel?"
Pertanyaan Kevin membuat Christel menunduk. Kinan melempar sebuah tissu ke arah Kevin yang menaikkan alis bingung. Dengan isyarat Kinan terlihat mengomel yang dibalas hendikkan bahu dari Kevin.
"Ini kali kedua Alta ilang. Dan gue gak tau dia ke mana."
Kevin terdiam menatap Kinan yang menggeleng pelan. Seolah mengatakan jangan tanyain apa pun lagi.
"Kan kak Rana bilang kalo Alta cuman jalan-jalan, Tel. Bentar lagi dia bakal balik dong." Kinan mengusap bahu Christel yang masih menunduk.
"Apa harus jalan-jalan dengan gak ada kabar, Kin?" tiba-tiba saja, airmata itu menggenang di sudut matanya.
"Kok jadi nangis sih, Tel?" buru-buru Kinan memeluk Christel yang benar-benar menangis kini.
Kevin hanya mengelus lengan Christel sekilas. Merasakan kesedihan temannya. Memang Kevin menyukai Christel, tapi untuk berbahagia karna gadis itu bersedih untuk laki-laki lain, bukankah itu terlalu egois?
"Soal pertanyaan lo malam itu," Christel menghapus airmatanya dan menatap Kevin. "Gue emang suka sama Alta, Kev. Gue akui, gue sayang sama dia." Kembali Christel tergugu.
Kevin mendesah. Dia sadar bahwa sudah kalah telak sejak bertemu Alta waktu itu. Bukan karna Kevin mudah menyerah, tapi untuk membuat Christel menerimanya lebih dari seorang teman itu tidak mungkin.
Alta sudah menjadi orang pertama yang bisa membuat Christel tertawa karena merasa mencintai, menatap penuh makna dan menangis karena khawatir. Kevin tidak punya celah untuk masuk ke hati gadis mini itu.
Bukan lawannya yang terlalu kuat, tapi perasaan mereka yang sangat nyata menjadi alasan mutlak untuk Kevin mundur.
"Tapi dia selalu menghilang tanpa kabar kayak gini." Airmata lagi-lagi turun dari gadis cepol itu.
Christel tidak bermaksud untuk cengeng di depan teman-temannya. Tapi entah kenapa perasaannya menjadi sensitif tentang Alta. Kejadian beberapa bulan lalu, saat Alta kembali, membuatnya takut akan terjadi hal serupa untuk kali ini.
Menepisnya berkali-kalipun tidak cukup menenangkan Christel untuk saat ini. Alta tidak ada, bagaimana bisa dia tenang?
"Dia gak menghilang, Tel. Tapi lo yang ngerasa kehilangan karena Alta udah jadi orang penting buat lo." Ucapan Kinan membuat Christel menoleh.
"Dia penting. Dan lo udah sadar itu. Tapi lo gak boleh kayak gini. Alta baik-baik aja, Tel. Sikap lo sekarang seolah Alta lagi ngadepin hal buruk."
Benar. Kenapa dia sampai menangis? Sedang dia tau bahwa Alta hanya pergi berlibur.
"Kinan bener, Tel. Jangan nangis-nangis gini dong." Ujar Kevin menjadi khawatir.
Christel menghapus airmatanya dan menenangkan diri. Benar, dia tidak boleh begini. Bukankah dia malah membuat teman-temannya khawatir?
"Hai." Suara seorang wanita membuat mereka mendongak serempak. Gadis berwajah timur tengah itu tersenyum ramah.
"Aku gak ganggu kan?"
☺☺☺
Up lagi dong😈😈, muehehheehe
Sebenernya udah selesai dari tadi malem, cuman mau aplut udah kemaleman dan paginya repot sampe sore😌. Weekend itu malah gak ada istirahatnya👻.
Jadi sore ini deh baru bisa apdet. wekawekawekakaka😂
Happy reading ya semua🤗, vomen-nya jangan lupa😉. Biar jadi semangat mbak Uti apdet cepet.😇
KAMU SEDANG MEMBACA
Je t'Aime [Sudah Terbit]
General Fiction(Tersedia di shopee dan playstore) Warning !! Sebelum baca Je t'Aime Aussi, disarankan buat baca cerita ini dulu. Biar gak bingung. Tengkiyu Hidup gadis itu berubah setelah bertemu dengan Alta Prasiarkana. Lelaki yang beberapa tahun lebih muda darin...