Answer My Questions, please...

386 12 0
                                    

"Yaudah, kita pamit yah Angga.. makasih buat makanannya" seru arnita sambil tersenyum.

Ketika Sehira berjalan, lengannya pun ditarik oleh Angga "Tunggu!" serunya dengan suara yang begitu lembut, benar benar melelehkan. Angga, malam itu benar benar sedikit lembut dan kembali hangat.

"Ya?"

"Ikut gue yu"

"Kemana?"
"Udah ikut aja.. arnita,sakura gak apa apa kan duluan tanpa Sehira?" mereka mengangguk mengerti bahwa Sehira dan Angga membutuhkan waktu untuk berdua.

"Kita mau kemana Angga?" tanya Sehira. Tapi Angga hanya diam membisu, ia menarik lengan Sehira dan membawanya ke garasi. "mau ngapain kesini? Lo gak bakal ngapa ngapain gue kan? Lo gak akan jadiin gue...." Angga pun menjitak kepala Sehira "Aduh, kasar ih!" "Bisa gak sih sehari aja lo gak usah bawel? Hidup lo penuh dengan keingin tahuan, dan satu lagi, jangan picik" "Ya gue bawel dari lahir,kan lo tau itu, dan gue juga kepo gue pengen tahu, karena gue punya seribu pertanyaan buat lo yang harus lo jawab. Makanya gue bakal terus cari tahu itu" "Shh.." Angga pun menyalakan motornya. "Cepet naik" perintahnya. Sehira pun menaiki motor itu, entah Angga akan membawanya kemana?

Malam itu begitu sunyi sekali, tak ada suara apapun,hanya angin malam yang menggibaskan rambut lembut Sehira. Benar benar, Angga penuh dengan misteri yang harus ia pecahkan. Kenapa semua tindakan Angga selalu saja diakhiri menjadi sebuah pertanyaan. Dan Angga sama sekali gak bisa buat jawab pertanyaan itu.

"Kita mau kemana Angga?"
"Nanti juga tahu" Angga pun menarik lengan Sehira agar ia memeluknya. Sehira benar benar salah tingkah, mukanya memerah sekali. Sehira benar benar senang, untuk pertama kalinya ia benar benar memeluk Seseorang yang ia sayangi(Selama kurang lebih 2 tahun). Bintang dan Bulanlah yang menjadi saksinya.

Mereka turun di tempat yang memang akan menjadi masa depan mereka. Tempat yang sunyi tapi pasti semua orang akan menginginkannya. Tempat dimana kita akan merasakan kesedihan, tempat dimana kita seharusnya berada..

"Kuburan? Apa maksudnya Angga?"

Angga tersenyum dan memegang lengan Sehira, kali ini dengan lembut dan seperti penuh kasih sayang. Ia membawanya kesalah satu makam disitu.

"Renita Binti Serenida?, jadi ini...?"
"Kuburan mamah" katanya, ia langsund jongkok dan mengelus nisan itu. Malam itu Sehira benar benar terbelalak melihat tingkah Angga. Ia baru tahu bahwa Angga sangat rapuh.

"Mamah lo kenapa bisa meninggal? Dia sakit atau ..?"
Angga mengangguk "sakit kanker rahim"

"Yaampun!" Sehira menutup mulutnya karena terkejut, ia segera mengelus pundak Angga yang sedang jongkok itu.

"Sebelum mamah pergi, ia nitip salam sama lo se, dia bilang dia sayang sama lo" Sehira terdiam.

"Kenapa lo gak cerita sama gue Angga? Kenapa? Kalau gitu gue bisa bantu lo Angga, lo malah tertutup sama gue, jadi waktu itu lo Anggap gue ini apa ga? Gue sayang sama lo, tapi lo? Malah kayak gak ngAnggap gue orang penting di hidup lo, mamah lo meninggal aja gak sedikitpun lo kasih tau ke gue, gue seharusnya bisa ada disamping lo, saat sulit sulit begitu ga.. jahat lo Angga!" Sehira pun menangis, air matanya kini jatuh dihadapan Angga, lagi untuk kedua kalinya sangat deras. Sehira memang kesal dengan Angga, sikapnya membuat ia benar benar membencinya.

"Maaf.." lirihnya, lalu menjatuhkan kepalanya di bahu Sehira. Sehira terdiam seketika.

"...dan satu lagi, gue butuh jawaban kenapa lo saat itu gak datang ga?"

"Gue..."

Sehira menjauh dari Angga, "Kenapa? Lo gak mau ngasih tau gue? Lo masih mau diem aja? Lo tau gak sih ga? Malam itu gue sendirian, nungguin lo, Cuma bintang sama bulan yang temenin gue malam itu, lo gak ada perasaan perduli sedikit sama gue? Gak takut gue kenapa kenapa? Lo tuh nyakitin gue ga, sakit hati gue, bertahun tahun gue coba berusaha buat gak mengingat hal buruk itu, tapi susah, dan sekarang lo datang ke kehidupan gue lagi, seolah masa lalu gak pernah terjadi diantara kita? Gak bisa Angga... gak bisa susah.. sulit, luka lama yang lo buat itu belum sembuh sama sekali, dan sekarang lo malah buat luka lagi,lo itu orang jahat yang udah ngancurin kepercayaan gue selama ini. Dan lo, adalah orang pengecut yang gak berani bilang alasan kepergian lo malam itu, jahat Angga!" Sehira menangis semakin keras, lalu Angga menarik lengan Sehira hingga tubuhnya jatuh tepat di pelukan Angga. Pelukan yang begitu hangat dengan penuh kasih sayang. "Lo jahat Angga!, jahat!!" Lirih Sehira sambil memukulnya. Angga benar benar speechless.

Angga melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Sehira "Menyebalkan, gue benci ngeliat lo nangis"

"Kalau lo benci liat gue nangis, kenapa lo yang selalu jadi alasan gue buat nangis Angga?" Angga terdiam seketika. "Lo gak bisa jawabkan ga?"

"Gue minta maaf, bukannya gue gak ngAnggap lo penting di hidup gue, lo itu penting banget se, lo itu kebahagian gue, sama seperti yang kak arga bilang waktu gue ketemu dia dirumah lo, lo kebahagiaan dia, bahagia lo bahagia dia juga, sama seperti gue se... gue sayang sama lo se.. tapi kadang, kita gak tahu harus berbuat apa dan bersikap seperti apa ketika kita mengalami masa masa sulit.."

"Maksud lo ga?"
"Malam itu... sebenernya gue mau datang cuma..."

"Cuma apa?"
dengan berat hati ia pun mengatakan semuanya, semua yang Sehira tanyakan selama ini.

"..Mamah sakit kanker udah dari 4 bulan sebelum hari jadi kita, dan waktu itu, mamah benar benar lagi dimasa sulitnya se, seminggu sebelum mamah meninggal, papah pergi ninggalin gue dan mamah, dia pergi keluar negeri, dan sehari setelah papah pergi ninggalin ternyata dia punya istri lagi, hancur hati gue se.. hancur banget.." Anggapun menangis pertama kalinya dihadapan Sehira ".. gue gak tau harus berbuat apa saat itu, gue gak pengen mamah gue tau. Setiap hari dia selalu tanya papah dimana, tapi gue berusaha selalu nutupin dan selalu bilang dia sibuk kerja. Terlalu bodohnya mamah, ia malah bilang gak apa apa, padahal gue yakin dia gak baik baik aja... dan tepat hari jadi kita, mamah pergi ninggalin gue se.." iapun menarik nafas "..papah pergi ninggalin gue disaat masa masa tersulit gue, dan kakak? Malah sibuk dengan dunianya, dia malah ikut test buat jadi dosen.. gue benci saat itu se, gue gak tau harus apa, gue bingung.. yang gue liat Cuma mamah terbaring lemah, mamah pergi ninggalin gue, dan mamah tinggal dikuburan sekarang. Gue tersiksa saat itu se, pedih.."

"Jadi itu alasan lo gak datang?"
"Iyaa.."
"Tapi kenapa lo gak bilang ga? Terus kenapa darin bilang lo kuliah diluar negeri?"
"Gue gak mau bikin lo repot se, gue gak mau lo khawatir se.. soal gue kuliah diluar negeri itu bener, gue sempet kuliah di oxford, dan juga sambil cari papah"

"dan itu juga alasan lo gak mau denger kakak lo?"
"Ya, tentu, tapi gue juga gak bisa nyalahin kakak gue, dia juga ingin mengejar impian tapi, tapi.. kenapa dia gak bisa nunda buat sementara waktu?"
"Mungkin dia mikir, kalau kesempatan itu gak akan datang dua kali"

"Ya mungkin, sudahlah, maafin gue yah se.." Sehira sontak memeluk Angga, Sehira tau sekarang atas pertanyaan dia selama ini. Dia tahu kalau Angga juga benar benar sudah dewasa sekarang, Angga benar benar berubah. Ia berharap Angga bisa berubah ke jalan yang baik.

"Yaudah sekarang kita doain mamah lo ya.. Lo jangan nangis lagi ya ga.. pokoknya lo harus janji mulai sekarang kita harus terbuka masalah apapun. Walaupun kita udah gak pacaran, tapi kita masih bisa jadi sahabat.." kata kata itu refleks keluar dari mulut Sehira, padahal itu kata kata yang menyakitinya, karena ia masih sangat mencintai Angga. Kenangan ia selama 6 tahun tak bisa ia lupakan begitu saja, bagaimana mungkin orang yang telah bersama lama bisa dengan cepat melupakan semua itu? Apalagi hanya kenangan indah yang menyelimuti mereka.

Anggapun tersenyum pada Sehira.. Malam itu, Sehira tau bahwa Angga tak seburuk yang ia kira. Ternyata ada udang dibalik batu yang membuat dia seperti itu, membuat dia menjadi lelaki yang pengecut dan dingin. Mungkin Sehira mulai sekarang akan belajar menerima Angga yang sekarang dan melupakan Angga yang dulu, Angga yang penuh kasih sayang. Mungkin kisah mereka akan berakhir sampai disini. Hanya tuhan lah yang tahu akhir dari semua ini, akhir dari kesakitan ini.

"Yaudah, kita pulang ya se, gue anterin lo pulang"

"Lo masih inget jalan kerumah gue? Katanya lupa haha"

***

Maaf ya udah lama gak update sibuk sekolah persiapan PKL hehe:)

Ada kisah sebelum ini, untuk membacannya boleh difollow dulu :) nanti difollback kok kalau minta hehe..

Update: Every Thursday

Why ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang