Jangan Malu Malu

365 13 0
                                    


     "Angga!!!" ia mengedor gedor pintu rumah angga, karena sedari tadi ia menekan bel tak ada tanda tanda Angga sedang dirumah. Jadi tak ada pilihan lain selain mengetuk pintu rumahnya dengan keras. "Duh! Si Angga kemana sih, katanya mau belajar dih" "Angga!! Keluar lo, atau gue dobrak nih pintu" teriaknya lagi. Tak lama kemudian anggapun keluar masih menggunakan pakaian tidur, rambut yang acak acakan membuatnya terlihat lebih cool.

"Apaan sih! Ganggu aja"

"Ih bauuu.. lo belum mandi yah?" katanya sambil menutupi hidungnya.

"Ya terserah gue lah, mau ngapain lo disini?" tanya nya ketus.

"Sejak kapan lo pikun?"

"Pikun?" tanya nya sambil menggaruk garuk kepala. Ia merasa bingung yang dikatakan sehira.

"Iiih udah deh lo sana mandi dulu, gue udah yakin sih lo belum mandi makanya tadi gue sempet mau dobrak pintu rumah lo"

"So kuat banget deh lo, badan kecil juga" "Cuma makannya banyak" katanya lagi dengan suara lebih kecil dari sebelumnya, seolah olah sehira tak boleh mendengarnya.

"Ih sumpah yah, nyebelin lo gak berubah, udah deh sana mandi, gue tungguin di ruang tamu" sehira pun mendorong Angga masuk kedalam, lalu ia meninggalkannya yang sedang berdiri dan ia duduk di kursi ruang tamu.

Setelah selesai mandi, Angga segera menuju ke ruang tamu untuk menemui Sehira, namun nihil. Ia tidak sedang diruang tamu "Shh, dimana lagi itu anak?!" gerutunya. Kemudian, ia berjalan untuk mencarinya, dan ketemulah... ia sedang asyik bergulat dengan pisau dan bahan masakan yang ada didapur milik Angga. Anggapun menatapnya dari jauh sambil bersandar di tembok, ia tersenyum, sehira awalnya tidak sadar ada angga disitu, akhirnya iapun menyadarinya karena parfume coklat angga benar benar semerbak dan sangat ia kenali sekali.

"Lo gak ada daging atau ikan gitu? Cuma ada telur sama sayur itupun bahannya gak lengkap" tanya nya tanpa melirik angga sedikitpun, ia malah fokus memotong cabai dengan irisan kecil kecil. Angga yang sadar ternyata sehira menyadari kehadirannya ia segera bangkit dari bersandarnya dan mendekati sehira.

"Ngapain lo disini?" tanya nya sambil memegang sayuran yang sedang direndam oleh sehira.

"Lo gak liat gue lagi masak? Lo kira gue lagi lari marathon gitu?"

"Sejak kapan suka masak?"
"Sejak putus sama lo, gue sempet bosen jadi gue alihin kemasak" katanya masih tetap fokus mengiris cabai, ia tidak menyadari mengatakan hal seperti itu.

Angga pun menghampiri sehira, karena ia sadar dengan perkataan sehira yang terlihat terpuruk karena kepergian angga sewaktu itu. Memang benar, ditinggalkan disaat lagi sayang sayangnya itu sakit.

Angga memegang tangan sehira hingga sehira berbalik kearahnya. Tatapan angga sungguh tajam, sedangkan sehira sangat bingung dengan kelakuan angga. Kini mereka saling bertatapan satu sama lain. Terlihat bahwa angga masih sangat mencintai sehira, namun ia tak ingin kembali dan tak ingin pergi, karena ia merasa ia akan menyakiti sese kalau ia pergi dan ia akan menyakiti sese juga jika mereka balikan. Ia memutuskan untuk berteman dengannya.

"Maaf" lirihnya.

"For what ga? Lo gak salah kok, kan gue udah tau apa alasannya, jadi lo gak perlu merasa bersalah lagi yah.." katanya dengan senyuman manis dan tulus, walaupun terlihat lebih berat untuknya menyunggingkan senyum di wajahnya.

Tiba tiba angga menarik lengan sehira keras hingga tubuh kecilnya jatuh dipelukannya. Angga yang dulu sangat ia cintai, angga yang dulu sangat berarti untuknya, angga yang memiliki sikap hangat kepada siapapun, angga yang humoris, tapi kini.. pelukan itu rasanya berbeda, rasanya lebih dingin, walaupun masih terasa nyaman. Sehira meneteskan air matanya, semua masa lalu dengan nya terasa terulang kembali, semuanya, hal menyenangkan hingga menyakitkan sekalipun.

"are you okay?"

"hmm" ia pun menghapus air matanya lalu tersenyum sangat manis padanya. "Yaudah gue lanjutin masaknya yah ga, lo tunggu diruang tamu, sebentar lagi arnita,sakura dan kakak lo datang" serunya kemudian mengambil sayuran yang sudah direndamnya.

"hmm"

Setelah sekitar setengah jam, akhirnya masakannya selesai juga "Yey! Akhirnya masakan nya selesai juga, semoga angga suka haha" katanya dengan mencium harum masakan itu. Angga yang sedari tadi berdiri jauh sambil bersandar ditembok melihat kelakuan sehira sambil tersenyum. Ketika sehira membalikan badannya "Eh!?" ia pun menjadi gelagapan "Duh tuh cowok denger omongan gue gak yah? Maluuuu!!" gerutunya di dalam hati. Pipi merah nya mulai terlihat, menurut angga ia terlihat sangat manis saat seperti itu, salah tingkah.

"Okey! Katanya udah selesai, jadi gue mau coba yah" iapun berjalan menuju meja makan dan menarik kursinya untuk duduk. Sehira yang mematung, akhirnya bergerak dan menyajikan makanan, dari mulai sayuran hingga omelet yang ia buat ala ala karena bahannya pun sekadarnya.

Ketika angga mencicipi tak ada ekspresi sedikitpun, sehira mulai khawatir makanannya gak enak sama sekali,ia khawatir rasanya keasinan atau...

"enak" katanya datar. Sehira yang mendengar itu sangat senang, pipinya mulai merah merona lebih dari sebelumnya. Ia benar benar malu sekali, angga yang menyadari hal itu segera bangkit dari kursinya, dan menarik lengan sehira agar ia duduk menemani dirinya makan. "Sini, gue gak suka makan sendiri, rasanya kayak gue majikan dan lo pembantu, lo gak mau kan gue sebut pembantu?" "Ishhh dasar"

"Sehira keliatan lebih manis kalau dia lagi malu gitu"katanya di dalam hati lalu tertawa kecil melihat tingkah sehira.     

Why ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang