Oh My God!

468 12 1
                                    

            Ketika istirahat, Sehira pergi kekantin sendirian karena Elena dan Shinta berkata tidak ingin ke kantin. Mereka membawa bekal dan ingin memakannya di kelas. Namun nampaknya Sehira tidak membawa bekal hingga akhirnya ia memutuskan pergi kekantin,sendirian. Ia tidak melihat ada andika, entahlah akhir akhir ini ia merindukan andika yang selalu membuatnya jengkel dan risih.

Ia mengambil 5 buah roti isi coklat di salah satu warung yang menjual makanan ringan. Ia sering sekali melakukan itu ketika teman temannya tak membawa bekal. Membeli banyak makanan agar ia dibenci oleh seorang lelaki. Lelaki yang berada dikantin selalu memperhatikannya dan berkata "ko makannya banyak yah" biasanya ia hanya menunjukan bahwa porsi makannya banyak pada keluarga dan Angga.

Dari kantin ia segera menuju ke kelas, tapi ia ingin melewati koridor dekat perpustakaan, ketika ia melewati koridor menuju perpus dengan niat ingin mencari andika yang sedari tadi tak ada. Ia melihat seorang lelaki, bertubuh tinggi sama seperti... Angga. Ketika ia berusaha untuk mengikutinya langkahnya terhenti "Sehira.." ia pun membalikkan badannya "Eh kak dika" "kita ke kelas lo yu, gue bikin nasi goreng tadi pagi" "Eu okey" Sehira pun memilih untuk pergi ke kelasnya. Meninggalkan lelaki yang tengah berjalan itu, lelaki yang mirip dengan Angga.

"Eh ada kak Dika, kok bisa bareng si Sese kak?" tanya Shinta meledek.

"Iyah nih abis dari perpus eh ngeliat dia" "Btw, kakak bawa nasi goreng buatan sendiri, mau nyobain gak?"

"Duh yang gratis mah gue gak nolak kak haha" kata Elena di ikuti gelak tawa semuanya. Kecuali, Sehira. Ia masih memikirkan laki laki itu, seperti nya itu Angga. Entahlah..

"Se, ini nasi goreng khusus buat lo" kata andika menghentikan lamunannya.

"Cie cie hem ehem" shinta dan elena.

"Makasih kak" hanya dibalas anggukan oleh dika. Nasi goreng itu, sangat lucu. Seperti layaknya bento. Dihiasi dengan gambar gambar lucu, dan Sehira pun suka dengan itu. Ia tersenyum dan berkata "Gue suka kak" andika pun senang mendengarnya. Sedikit demi sedikit ia dapat lampu hijau dari Sehira. Kini hatinya yang beku sudah mencair,benar juga tak ada yang mustahil, bahkan gunung es di antartika pun bisa mencair sekarang. Lalu kenapa hati Sehira tak bisa?

Sepulang sekolah, Sehira memilih pulang sendiri. Andika sempat menawarkan, tapi ia harus ada kumpul organisasi dulu jadinya akan sedikit sore pulangnya. Sehira memutuskan menolaknya agar ia segera pulang, dan andika memakluminya.

Angkot tak kunjung datang, akhirnya ia memilih untuk berjalan kaki. Ketika berjalan kaki, ia melihat pemandangan kota Bandung yang sangat indah. Jalanan dikampusnya memang sedikit sepi, hanya motor dan mobil mahasiswa yang biasanya lewat, jadi ia harus jalan ke depan untuk mendapatkan angkutan umum. Taksi pun tak lewat lewat, mau tidak mau ia harus meneruskan perjalanannya.

Langit sudah mendung, pertanda akan turunnya hujan. Sehira mempercepat langkahnya, sambil memandangi jalanan, saat ia bersama Angga ia pernah melewati jalan tersebut. Tak disangka hujun turun cepat tak sesuai dengan perkiraan Sehira. Sehira pun berlari dan memilih berteduh di halte. Ia mengeringkan bajunya dengan cara menggibas gibaskannya. Setelah selesai walaupun belum kering, ia terdiam melihat hujan. Menadahkan tangannya ke air hujan yang menetes di depan halte. Ia teringat masa masa kenangan bersama orang yang sangat ia sayangi, orang yang sangat ia cintai dengan sepenuh hati, Angga. Ketika ia menoleh ke kanan betapa terkejutnya dia.. "Angga" lirihnya pelan. Entah mengapa nampaknya laki laki itu mendengarnya dan melihat kearah orang yang memangilnya yaitu Sehira. Karena disitu mereka hanya berdua untuk meneduh. Tapi Angga tidak membalasnya dengan senyuman atau sapaan seperti yang ia lakukan dahulu. Ia hanya melirik lalu kembali melihat lurus kedepan. Entah apa yang sedang di pikirkan Angga, tapi itu membuat Sehira benar benar terluka. "Apakah Angga lupa ingatan? Tak seperti biasanya ia sedingin itu, tak menyapa atau senyum sekalipun. Setelah putus sama gue? Eh belum, belum ada kata putus diantara kita." Tanya Sehira dalam hati. Dan laki laki itu masih saja tak memperdulikan Sehira yang tengah memperhatikannya. Itu membuat semakin banyak pertanyaan di otak Sehira tentang Angga. Ia benar benar ingin bertanya, meluapkan segala uneg uneg nya.

"Angga.." lirihnya sambil meneteskan air mata namun tertupi oleh air yang terjatuh dari rambut basahnya.

"Putra" kata nya.

"Apa?"

"Putra..., itu nama gue" katanya dengan nada datar dan sama sekali tak melirik Sehira, tak menatap matanya. Seolah olah ia benar benar tak perduli dengan gadis itu. Sehira mematung, ia benar benar speechless tak tahu harus bagaimana. Sekitar 2 menit kemudian laki laki yang mengaku bernama Putra itupun pergi meninggalkan Sehira yang mematung.

Benarkah itu Angga? Kenapa juga dia berubah jika benar itu Angga? Mirip sekali, matanya tubuhnya dan parfumenya masih sama. Namun, hanya rambutnya yang sedikit gondrong dan cara berbicara dia lebih dewasa,berat tidak lembut seperti dulu. Yang terpenting, adalah dia lebih dingin. Sangat dingin, sisi hangatnya menghilang seperti ditelan bumi.

Ketika Sehira sampai dirumahnya, ia segera mengambil chargeran hp dan mencharge ponselnya. Ia menghidupkan dan segera menghubungi Darin,saudara dari Angga. Tapi ketika ia menelfon ternyata nomornya sudah tidak aktif. Ia juga menelfon teman teman Angga seperti alvaro dan martin. Namun, hasilnya? Nihil. Ia benar benar bingung sekarang, ia ingin bercerita dengan siapa? Benar benar bingung. Tiba tiba ia teringat, Ratu. Sahabat yang selalu menemani Sese dimanapun dan kapanpun. Tapi setelah di fikir fikir, ia kan sekolah di STAN sekarang, mungkinkah? Ia bisa menemuinya sekarang?. Setelah berfikir, ia mencoba untuk menelfon Ratu.

"Ratu..." lirihnya sambil menangis.

"Lho Sehira, kenapa? Ada apa ?"

"Bisa ketemu gue gak sekarang?"

"Eum gue lagi dikemang, gini deh nanti malem insyaallah gue keBandung deh, langsung kerumah lu aja yah.. tungguin gue okey"

"Hmm"

"Udah jangan nangis, nanti jelek." Itulah Ratu,walaupun ia terlihat jutek dan cuek,tapi ia memiliki sisi baik hati. Ia setiakawan sekali dengan Sehira. Ratu, teman Sehira dari ia kecil sampai SMA, ratuadalah satu satunya teman wanita yang Sehira punya. Karena dari dulu Sehirasangat dibenci oleh gadis gadis disekolahnya, hanya karena parasnya yang cantikdan imut. Terlebih pacarnya seorang Angga.    

Why ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang