Gue? Gak Akan Nyerah!!

490 15 1
                                    

( Menyerah hanya untuk orang yang lemah, dan aku bukan orang yang lemah walaupun aku ini seorang wanita.)

            Hari ini ia pergi bertanya tanya tentang Putra nama lain Angga (mungkin) kepada mahasiswa yang memiliki jam kuliah sore. Dan ternyata, Putra itu mahasiswa jurusan arsitek. Ia mengambil kelas karyawan, mungkinkah Angga bekerja sambil kuliah? Kenapa? Bukankah ia orang yang teramat kaya?

Sehira menuju ke kelas dimana ia kira Angga berada disitu, sorry Putra maksudnya. Dan benar saja, Angga sedang mengobrol bersama dengan teman temannya. Nampaknya, Angga hanya bersikap datar ketika teman temannya tertawa, hanya dia yang tidak tertawa dan focus membaca novel Serendipity karangan Erisca Febriani.

"Angga.." Sehira menghampiri Angga dan memanggilnya namun Angga seolah pura pura budeg, atau memang budeg.

"Ciee ga siapa nih cewek? Cantik bener"

"Buat gua dah ga haha, lumayan ayam kampus haha"

Angga menutup bukunya lalu menarik lengan Sehira pergi dari tempat itu. Ia membawa Sehira ketaman kampus. Setelah itu Angga melepaskan tangannya.

"Makasih" Sehira tersenyum. Angga memiringkan alisnya pertanda ia tak mengerti yang dikatakan Sehira. "Makasih buat tadi, tandanya lo masih perduli sama gue, gak mau gue digodain kayak tadi." "Shh" Angga pun melangkahkan kaki untuk pergi namun ditahan oleh Sehira. "Angga jangan pergi dulu.." tapi Angga langsung melepaskan tangan Sehira. Ia lalu pergi meninggalkan Sehira. "Gue gak akan pernah nyerah luluhin hati lo Angga." Katanya dalam hati dengan senyuman seringai, saatnya bertarung untuk meruntuhkan kerasnya hati seorang Angga...

Ketika dosen Angga masuk ke kelasnya, Sehira pun ikut masuk.

"Lho kamu mahasiswi mana? Kok disini?"

"Oh iya pak maaf, saya ada penelitian, tentang arsitek, jadi saya kefakultas sini, hehe gak apa apa kan?"

"Penelitian?" dosen itupun bingung dengan tingkah Sehira, sejak kapan ada penelitian antar fakultas?

"Iyah pak, saya masuk duluan pak, rileks aja pas ngejelasin gak usah salting pak gara gara ada anak fakultas lain, saya gak ganggu kok hehe.." Sehira pun masuk tanpa bersalah. Ia melihat Angga tengah duduk dibarisan tengah. "Eh misi dong, gue ada penelitian jadi gue harus duduk disini" Sehira mengusir mahasiswi yang tengah duduk disamping Angga. Angga meliriknya, tapi tak berkomentar apapun. Ketika dosen, menerangkan, Angga hanya memainkan pulpennya dan Sehira, menatap Angga sambil tersenyum. Benar saja perjuangan Sehira sampai segitunya.

Setelah dosen selesai memberi materi, kelaspun selesai. Angga bangkit dari tempat duduknya dengan catatan masih saja kosong. Ia memasukannya lalu segera pergi keluar kelas. Sehira mengikutinya "Kok lo tadi gak nulis sih? Buku lo kosong banget, jadi materi apa yang lo ambil dari si dosen?" Angga menghentikan langkahnya "Jadi ngapain lo masuk kekelas gue berlagak so ada penelitian, lo merhatiin gue terus terusan sambil senyum gak jelas bukan neliti, jadi apa yang lo dapetin dari itu semua?" Sehira tersenyum mendengarnya, tandanya Angga sadar bahwa Sehira tengah disampingnya. Memandangnya sambil tersenyum tulus.

Angga melanjutkan langkahnya di ikuti langkah Sehira. "Stop!" merekapun berhenti "Jangan ikutin gue lagi, gue masih ada kelas, lo pulang aja sana." Angga kembali berjalan meninggalkan Sehira. "Gue gak akan nyerah Angga!!" teriak Sehira sambil mengangkat tangannya. "Putra bukan Angga" teriak Angga tanpa membalikan badan.

Hari sudah semakin sore, matahari tak lagi terlihatdengan jelas. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Sehira masihmenunggu didepan kelas Angga yang tak kunjung keluar. "Duh tuh dosen kasihmateri atau apasih, lama bener deh" gerutu Sehira. Panjang umur juga, Tak lama,Angga pun keluar dari kelas diikuti mahasiswa lainnya. "Angga!!" teriak Sehirasambil melambaikan tangan. Angga melihatnya lalu ia tak memperdulikan nya iasegera berjalan menuju parkiran. "Angga tungguin Sese ih.." "Ga, gue nebengyah? Anterin yayaya" pinta Sehira dengan manjanya, mata hitamnya membesarberharap Angga akan mengantarnya. "Gak" yup ia hanya mendapatkan jawaban itu. "Tapikanini udah sore Angga, udah mau malem, serem.. gimana kalau ada kuntilanakngikutin gue dijalan? Kalau gue digodain kayak tadi gimana? Pocong dan.. ihserem ga.." Angga masih saja diam dan terus berjalan hingga depan parkiran. "Anggaiih!!" rengeknya. 

"Denger yah, gue gak pernah minta lo buat nungguin gue sampai malam gini, gue juga gak minta lo buat cerita hal hal gak jelas kayak gitu. Kalau lo penakut ngapain balik malem?" Anggapun segera pergi meninggalkan Sehira yang terdiam mendengar ucapan Angga. Sehira menundukkan kepalanya. "Oh iya satu lagi, gue putra bukan Angga" teriaknya.

Sehira pun segera berjalan menuju kedepan jalan besar agar ia mendapatkan angkutan umum. Berjalan sendirian diantara rindangnya pohon pohon beringin, memang benar benar menakutkan. Namun Sehira harus melakukannya karena ini juga kesalahannya menunggu Angga sampai larut seperti ini. "Duh kalau ada kuntilanak nyulik gue gimana ini? Nanti populasi orang imut berkurang lagi" dia pun terus berjalan dengan perasaan takut dan khawatir.

"Cepet naik!" mendengar suara itu, sontak mengejutkan Sehira. Angga, ternyata itu dia. Ternyata jauh dilubuk haitinya yang terdalam ia masih memiliki keperdulian terhadap Sehira.

"Lo mau naik atau digodain sama pocong seperti kata lo?" Sehira pun segera menaiki motor Angga. Benar sekali, rasanya senang dapat berboncengan dengan orang yang ia sayangi, mantan terindah untuknya. Tunggu bukan mantan, karena belum ada kata putus.

Selama di perjalanan Sehira bercerita banyak hal hal lucu. Tapi Angga hanya terdiam focus memandangi jalanan yang ramai saat malam hari. Angga benar benar tak perduli yang Sehira katakan, baginya itu bukan hal lucu. Tapi menurut Sehira itulah hal lucu.

".. ih sumpahnya juga ngakak banget ga, masa si alvaro malah makan itu satenya padahal sate tokek.."

"Rumah lo dimana? Gue lupa"

"eu.. belok kekanan ga.." Sehira menunjukkan jalan tanpa ada balasan apapun dari Angga.

Sesampainya dirumah Sehira "Makasih ya Angga" "putra." Tegasnya, Angga menghidupkan motornya. "Ga.. gue boleh yah panggil lo Angga aja? Bukan putra? Gue janji deh just me kok ga yang manggil angga. Yayaya ga?" mintanya dengan ekspresi memelas, bagi angga itu sangat imut mungkin sehingga ia tak tega menolaknya. "Terserah lo deh" Anggapun segera pergi meninggalkan Sehira. Menyerah, bukan hal yang Sehira suka. Ia lebih suka memperjuangkan apa yang seharusnya diperjuangkan, apa yang seharusnya miliknya. Itulah dirinya.

Why ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang