Penuh Rahasia

393 13 2
                                    

Pada hari ini Sehira ingin menunggu Angga, entahlah tapi ia benar benar ingin bertemu dengan Angga. "Gak tau kenapa gue pengen ketemu Angga dan harus bicara" Sehira menunggu hingga malam hari, pukul 7 lewat ia segera menuju fakultas Angga. Ia berlari dan mencari Angga. Dan benar saja, Angga masih ada di koridor kelasnya.

"Angga!" teriaknya sambil berlari dan menghampirinya. "Gue lagi nyariin lo, ada yang pengen gue katain sama lo"

"Apa itu? Apa tentang lo yang sudah berbaikan dengan teman pura pura lo?"

"Bukan, gue gak bisa baikkan sama mereka, mereka malah semakin menjauh dari gue, entahlah" ia menarik nafas lalu melanjutkannya "Tapi.. gue menyadari kalau segala sesuatunya tak akan selalu berjalan mulus, karena itulah gue ingin menekan tombol restart dan memulai membuat sesuatu yang baru, lagi. Gue rasa itu yang terbaik"

"Syukurlah kalau begitu" katanya datar. Mereka hanya saling bertatap dan membisu.

"Eh rupanya disini ada Angga sama Sehira ya" suara itu menghentikan mereka yang saling bertatapan satu sama lain.

"Kak gean" seru Sehira.

"hehe iya Sehira.." "Lagi lagi kamu pergi disaat kita tengah berbicara Angga, kakak sudah lelah" katanya protes pada Angga. Tapi Angga seperti tak perduli sama sekali.

"pembicaraan yang tadi sudah selesai kan? Cerewet sekali"

"Bukan pembicaraan yang itu, malam ini aku akan makan di rumahmu yah,jadi pastikan kau ada dirumah" Makan dirumahmu? Satu kalimat yang memiliki banyak arti. Apa mereka tidak satu rumah? Kenapa? Bukankah kakak adik? Apa hanya sepupu? Tapi mereka mirip kok.

"Malam ini aku mau keluar"

"Pokoknya kakak gak mau tau, kamu harus dirumah"

"Shh" gerutunya sambil menggarukkan kepala.

"Oh ya, kalian sedang pacaran yah?" tanya nya melihat ke Sehira. Muka Sehira memerah sekali sepertinya ia salah tingkah.

"Hah?! Pacaran sama cewek ini? Yang makannya lebih banyak dari gue? Yang bener aja"

Sehira yang kesal mendengar itu dia pun mengomentari "Dulu lo sayang banget sama gue, waktu SMP dan SMA" katanya sambil berkacah pinggah.

"Itu sudah beda lagi" beda lagi? Apa maksudnya ia benar benar tak menyukai Sehira lagi?

"Tapi sekarangpun lo masih suka kan ke gue? Hah?"

"Oh itu.. Cuma bohong belaka" adu mulut mereka semakin sengit seperti tom and jerry. "Gue hanya memanfaatkan situasi saja" katanya lagi. Gean bingung dengan tingkah mereka.

"Tapi waktu itu lo balas pelukan gue ga, lo waktu itu nolongin gue pas gue jalan sendiri, gue tau lo masih perduli jangan pura pura enggak deh"

"Bukannya itu yang lo minta yah? Lo kan yang ngelakuin duluan, bukan gue. Ya bukan salah gue juga" ia memasukkan tangan kedalam saku celananya dan mendeham "Ah, bodoh sekali, apapaun itu udah gak ada hubungan nya lagi sama gue" iapun berjalan meninggalkan mereka.

"Lo mau kemana? Kabur hah?"

"Hahaha, ternyata lucu juga ya kalian, masih saling sayang tapi gengsi" geanpun ikut bicara. "Tunggu deh, kayaknya aku inget sesuatu sama nama kamu" "Ah.. itu.." belum selesai omongannya.

"Ada dosen yang sedang menggoda mahasiswi nya" teriak Angga yang sadar bahwa kakaknya akan membocorkan rahasianya. Karena pada waktu Angga dan Sehira belum pacaran, ternyata Angga sudah mengagumi nya lebih dulu. Ia menulis nama Sehira di buku belajarnya ditambah foto Sehira. Ia selalu berharap Sehira dapat menjadi penyemangat belajar. Memang alay, karena itu lah Angga malu.

"Ah tidak tidak itu salah paham, saya tidak menggodanya." Gean berusaha memberikan penjelasan pada mahasiswa yang sedang duduk dan mengobrol di koridor itu. Lalu Angga, ia menarik lengan Sehira dan membawanya pergi.

"Dasar" gerutu gean yang sadar ditinggalkan olehnya"

Hari ini Angga tidak membawa motor akhirnya mereka jalan kaki untuk pulang. Angga masih mengenggam lengan Sehira, entah ia sadar atau tidak ia sadari. Melewati jalan yang penuh dengan pohon pohon di malam hari yang masih setengah sore ini.

"Jadi lo gak tinggal sama kak gean?"

"Karena gue dan dia adalah murid dan dosen disatu kampus, gue gak pengen orang orang salah paham. Apalagi kakak gue itu juga dosen di fakultas gue, pasti gue dikira dikasih jawaban ulangan sama dia. Padahal engga, dan lagi pula nilai gue juga jelek."

"Gimana kabar papah dan mamah lo? Terus kenapa lo ganti nama lo jadi putra?" langkah merekapun terhenti seketika.

"Sudah cukup bukan?" "Berisik sekali, itu gak ada hubungan nya sama lo kan? Jadi jangan ikut campur" ia pun melepaskan lengan Sehira. Dan berbalik menghadap nya, hingga mereka saling bertatap.

"I... tu ada hubugannya sama gue Angga, karena lo melibatkan gue dengan ini semua, liat tadi lo narik gue" katanya menunjuk lengan yang tadi sudah dilepas Angga.

"Baiklah, jadi kalau gue udah gak ngelibatin lo lagi itu udah cukup?" mendengar itu Sehira terdiam seketika, matanya mulai berkaca kaca. Ia tak mengharapkan jawaban itu sama sekali. "Angga.." lirihnya dalam hati "Kenapa?.. gue ngerasa asing meski kita bertatapan seperti ini, Angga seperti gak ada disini" katanya dalam hati.

Sehira memegang lengan Angga yang tengah berdiri dihadapannya.

"Bukannya lo udah gak ingin terlibat lagi sama urusan gue?, kalau gitu, mulai sekarang gak usah ikut campur" tanya nya. Sehira terkejut mendengar itu "Angga.. hati lo sedang dimana sekarang?" katanya dalam hati. "Lo tiba tiba menghilang..." serunya dengan lantang dan berani pada Angga. Ia berusaha menahan air matanya untuk jatuh lagi karena Angga. "... dan sekarang lo tiba tiba muncul lagi di kehidupan gue, ada banyak hal yang pengen gue tanyain sama lo, pertanyaan ini udah gak bisa gue bendung lagi.." Sehira menarik lengan Angga dan menundukkan kepalanya. "...Ada banyak hal yang berhak gue ketahuin dari lo ga" akhirnya air mata itu terjatuh lagi dan lagi karena Angga.

"Bukannya gue dulu pernah bilang, menyebalkan, kalau harus liat lo nangis" katanya dengan datar dan lembut. Suara yang membesar itu seketika hilang, ia menundukkan kepalanya di bahu Sehira. Kenapa dia seperti ini? "Maaf" lirihnya pada Sehira dengan masih menundukkan kepalanya dibahu Sehira.

"Angga.."    

Why ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang