Chapter 1 - First Sight

3K 167 6
                                    

Part I - Nayeon POV

        "Kenapa kau melihatku seperti itu?" Tanyaku saat melihat Kim Taehyung terus menatapku.

        "Apa aku dilarang untuk menatap orang yang sangat kucintai?" Jawabnya, masih terus menatapku.

        Ini membuatku risih. Bukan karena aku tidak suka, tapi karena tatapan Taehyung selalu saja bisa membuatku sesak nafas-bahkan pingsan—memalukan.

        "Tidak, bukan itu maksudku. Um. . .kalau kau masih mau melihatku hidup dan bernafas dengan normal, berhenti menatapku seperti itu." Tegasku.

        Taehyung tertawa, tawa yang sungguh merdu—membuatku semakin mabuk.

        Taehyung menggenggam tanganku erat. "Aku tidak akan pernah bisa berhenti menatapmu, bahkan jika aku sudah tidak bisa membuka mata ini, aku pasti masih bisa menatapmu disini," Taehyung menaruh tanganku yang digenggamnya didada. "Dihatiku. Karna kau tidak akan pernah bisa tergantikan dihatiku, Nayeon. Tidak dulu, sekarang ataupun nanti." Taehyung meremas tanganku. "Jadi, apakah aku harus berhenti menatapmu?"

        Kutatap dia lama, matanya mengisyaratkan semua perasaannya itu. Dan itu membuatku sangat tersanjung. Aku tidak mengerti kenapa Taehyung bisa begitu mencintaiku, ini adalah anugrah terindah. Taehyung merengkuh kedua pipiku lalu mendekatkan wajahnya padaku, Taehyung menciumku lembut, akupun balas menciumnya. Lalu ku peluk dia, menyembunyikan wajahku di dadanya.

       "Ini adalah Cinta Sejati, dan Cinta Sejati Takkan Berakhir. Selalu dan Selamanya!" Kata kami bebarengan.

        Ya, itulah simbol kami untuk cinta ini. Cinta yang tidak akan pernah bisa terpisahkan, tidak bahkan jika kami mati.

        "Nayeon!"

Aku mendengar ada yang memanggil namaku. Kubuka mataku perlahan, kembali ke masa kini, masa yang paling kelam dalam hidupku.

        "Apa yang kau lakukan di taman? Ayo masuk, hujan sudah semakin deras, apa kau tidak merasakannya?'

        Kutatap langit, benar, memang sudah hujan tapi bahkan aku tidak sadar kalau sedari tadi aku menggigil kedinginan.

        Dengan langkah gontai aku berjalan kerumah, Sehun masih menungguku didepan pintu.

        "Aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi padamu, Nayeon." Ucap Sehun saat aku sudah didalam. Dialah kakakku satu-satunya, yang paling mengerti aku, tapi tidak belakangan ini.

         "Tidak ada yang menyuruhmu untuk berbuat apapun padaku." Jawabku dingin.

        Sehun menyentak tanganku. "Nayeon, hentikan! Ini sudah benar-benar keterlaluan! Kau bahkan tidak sadar dari tadi kau kehujanan dan menggigil begitu. Demi Tuhan, Nayeon, ini sudah dua tahun. Kau harus tetap melanjutkan hidupmu. Taehyung sudah meninggal!"

        Aku tersentak mendengar perkataannya yang terakhir, aku paling benci mendengar Sehun mengatakan itu.

        Kutatap matanya. "Berhenti mengatakan itu! Taehyung belum meninggal! Dia masih hidup!" Aku berteriak dengan badan yang masih menggigil.

        "Demi Tuhan, Nayeon, kita sama-sama tahu kalau Taehyung meninggal dalam kecelakaan itu!" Sehun balas berteriak.

        "Oh ya? Kalau begitu tunjukkan padaku dimana makamnya? Dimana mayatnya?" Tantangku. "Kau tidak akan bisa membuktikannya karena memang Taehyung belum meninggal. Taehyung belum meninggal!" Aku berteriak sejadi-jadinya lalu berlari menuju kamarku dilantai atas. Kututup pintunya dengan suara keras dan menguncinya.

        Aku berjalan ke kamar mandi, menyiram tubuhku dengan air yang membuatku semakin menggigil, tapi aku tidak menghiraukannya.

        Taehyung belum meninggal. Sekeras apapun mereka memaksaku untuk mempercayainya, mereka tidak akan berhasil, karena memang Taehyung belum meninggal. Dia masih hidup, hanya saja entah berada dimana. Dan aku yakin suatu saat aku akan bertemu lagi dengan Taehyung.

        Dua tahun yang lalu, Setelah kelulusan, orang tuaku menyuruhku tinggal bersama mereka lagi. di Seoul. Taehyung beserta keluarganya tetap di Daegu. Suatu hari, saat  sedang berkendara menuju bandara saat akan menjemputku, dia mengalami kecelakaan. Remnya blong dan mobilnya masuk jurang. Atau setidaknya, begitulah yang mereka katakan padaku. Dan mereka juga mengatakan bahwa Taehyung sudah meninggal, tapi bahkan mereka tidak pernah menemukan jasadnya. Bagaimana bisa mereka mengatakannya jika buktinya tidak ada? Mereka itu pembohong, pembohong besar. Dan aku masih tetap dipaksa untuk mempercayainya? Jangan harap.

        "Nayeon, kau sudah berkemas?" Tanya suara lembut itu padaku. Pemilik suara itu adalah Kim Seulgi, dia adalah Eomma ku.

        "Ne, eomma, sudah beres semua. Tinggal dibawa saja kebawah."

        "Biar Sehun yang mengambilnya, ini," Eomma menyodorkan sepotong roti untukku. "Makan dulu sarapanmu, perjalanannya memang tidak memakan waktu terlalu lama, tapi kau harus tetap mengisi perutmu."

        Hari ini aku dikirim Appaku, Kim Joonmyeon dan Eomma untuk berkunjung kerumah Samchon dan Imoku di Gwangju. Well, bukan hanya aku sebenarnya, karena Sehun juga akan menemaniku selama berkunjung kesana. Sebenarnya sudah lama mereka menyuruhku untuk pergi Gwangju, tapi aku selalu menolaknya. Aku tidak mau jauh-jauh dari Taehyung. Bagaimana nanti kalau dia kembali? Bagaimana nanti kalau dia mencariku? Taehyung pasti akan sangat kebingungan. Tapi kemarin aku sudah meninggalkan surat untuknya. Surat itu kuletakkan ditempat biasa aku dan Taehyung berkirim-kirim pesan. Tidak ada yang tahu tempat itu kecuali aku dan Taehyung. Dan aku yakin Taehyung pasti bisa menemukannya.

        "Ayo, semua sudah beres. Kau sudah selesai Nayeon?" Tanya Sehun padaku.

        "Yap, barang-barangku sudah diambil semua?"

        "Sudah, jangan khawatir. Lagi pula kau hanya membawa sedikit barang, apa kau tidak punya baju?" Ledek Sehun.

        Aku menarik nafas jengkel. "Apa aku harus membawa semua jaket dan sweaterku kesana? Memangnya aku gila mau memakai semua pakaian hangatku di tempat sepanas itu."

        "Ha ha. Kau benar."

        Kami bergegas masuk kemobil sebelum hujan semakin besar. Aku pasti akan sangat merindukan hujan. Aku mendesah.

        "Apa kau baik-baik saja, Nayeon?"

        "Aku Baik, Eomma."

        "Baiklah semua, kita berangkat sekarang." Kata Appa sebelum menyalakan mobilnya.

        "Geurae, Appa. Tapi kami mohon jangan terlalu pelan menyetirnya kalau kau tidak mau membuat kami katinggalan pesawat." Kata Sehun dan langsung disambut geraman dan tawa dari kami semua. Tapi tidak benar-benar bisa menghiburku.

        Mobil mulai melaju ditengah guyuran hujan. Aku memandang kebelakang, menyerap semua pemandangan yang ada disana. Terutama semua kenanganku bersama Taehyung. Aku terus memandang kebelakang sampai semua menghilang dari pandangan.

TBC...

***

Picture : Im Nayeon

Forever & Always | VNAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang