Part XVIII - Nayeon POV
Kebas.
Seluruh tubuhku kebas. Jika dua tahun yang lalu aku masih bisa merasakan sesuatu, tidak kali ini.
Saat aku mendengarkan perkataan Ayah Jisoo, aku tahu aku tidak punya pilihan lain. Pilihan yang tidak akan menyakiti hati orang lain. Tapi dalam prosesnya, aku menyakiti hatiku sendiri. Dan Taehyung.
Dalam sepersekian detik aku berusaha mencari jalan yang terbaik, jalan dimana tidak akan ada yang terjatuh dan terluka. Tapi semua itu mustahil. Pilihannya adalah ini atau itu. Dua-duanya sama-sama menyebabkan orang terluka. Dan yang lebih memperburuk suasana adalah kondisi Jisoo.
Jika Ia tidak sakit, mungkin keluarganya akan paham dengan apa yang menjadi keputusan Taehyung. Bagaimana jika kami menunggu untuk memberitahu Jisoo terlebih dahulu? Atau bagaimana jika saja kecelakaan itu tidak pernah terjadi. Tapi kita tidak bisa hidup berdasarkan dengan 'bagaimana jika'.
Sekarang dengan keputusan yang sudah kami ambil—lebih tepatnya keputusan yang aku ambil—bukan berarti semua menjadi mudah. Aku harus menghadapi rasa itu lagi. Rasa dimana kau hidup tapi tidak benar-benar hidup karena kau hanya ada.
Atau perasaan dimana sesuatu yang sangat kau inginkan sudah berada tepat didepan matamu tapi kau sama sekali tidak punya kuasa untuk mengambilnya, atau bahkan menyentuhnya. Karena bagaimanapun juga, meski ada, tapi itu bukan milikmu.
Aku kembali ketahap itu. Tahap dimana semua penderitaan ini bermula.
Sampai saat ini Sehun masih berada di rumah sakit. Sedangkan Taehyung… aku tidak tahu Ia dimana, kemungkinan dia bersama Jisoo. Aku tidak bisa menyalahkannya toh aku yang meminta Taehyung untuk tetap bersama Jisoo.
Taehyung beberapa kali mencoba menghubungiku, tapi setiap kali Ia menelfon selalu tidak kuangkat dan membiarkan Voice Mail menjawabnya. Aku tidak punya kekuatan untuk menghadapinya saat ini, karena dengan mendengar suaranya saja sudah bisa membuatku tidak berdaya. Tapi aku harus kuat, aku tidak boleh egois.
Kadang ini membuatku bertanya. Apakah aku benar-benar orang yang tidak pernah mementingkan diri sendiri? Apakah jika aku tidak mau mengalah dalam hal ini, ini bisa membuatku menjadi orang yang serakah? Karena apa arti bahagia jika orang lain menderita dengan kebahagiaan kita?
"Hei." Aku tidak sadar sudah berapa lama aku duduk diam disini sampai Irene Imo masuk dan duduk disebelahku. "Kau baik-baik saja? Sehun sudah memberitahu Imo semuanya."
Aku hanya mengangkat bahuku. Sejujurnya, aku sendiri tidak tahu kalau aku baik-baik saja atau tidak. Aku tidak tahu lagi bahwa aku harus merasa apa.
"Nayeon, kau tahu, tidak semuanya harus seperti ini. Kau tidak harus selalu mengorbankan dirimu hanya demi membahagiakan orang lain. Kau juga berhak bahagia."
Aku memang berhak bahagia, tapi apakah Jisoo juga berhak menderita?
Aku masih diam, aku tidak tahu harus menjawab apa tanpa mengeluarkan air mata. Aku tidak ingin terlihat lemah. Aku tidak ingin membuat keluargaku menderita lagi seperti dulu.
Kudengar Imo mendesah sebelum melanjutkan. "Imo pikir sebaiknya kau bicarakan lagi hal ini dengan Taehyung. Mencari jalan keluar yang tepat dengan kepala dingin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever & Always | VNAY
FanfictionSUMMARY: "Ini adalah Cinta Sejati, dan Cinta Sejati Takkan Berakhir. Selalu dan Selamanya!" Disclaimer : Ini bukan FF asli author ya. FF ini aslinya milik penulis di fanfiction.net yang nama usernya Irabella Robsten. Author disini cuman ganti castn...