"Nayeon, berhenti menggerakkan kakimu." Tegur Taehyung sembari menyentuh lutuku. Aku bahkan tidak sadar kalau kakiku bergerak-gerak.
"Mian."
"Nayeon, dengar." Aku menoleh kearah Taehyung agar kami bisa saling menatap. "Aku tahu kau gugup, aku juga. Tapi ingat, kita tidak akan datang dengan membawa kabar kematian. Kita datang kesana membawa kabar gembira. Jadi berhentilah menyiksa dirimu dengan kekhawatiran yang tidak perlu."
Aku mendesah, kusandarkan dahiku dipundaknya. "Arra. Tapi aku tidak bisa mencegah rasa kawatir yang muncul. Aku takut dengan reaksi mereka."
Taehyung mengusap lembut rambutku, tangan satunya melingkari pinggangku. "Apa sebenarnya yang kau takutkan, Nayeon?"
Aku menghela nafas dalam-dalam. "Aku takut kalau mereka benar-benar mengira kalau aku ini sudah seratus persen gila. Bahwa aku sudah terlalu jauh berkhayal dan kau…" Kutarik wajahku dari pundaknya, memandang mata hijaunya yang dalam. "aku takut kalau mereka akan berpikir bahwa aku memanfaatkanmu karena kemiripan kalian."
"Nayeon," Taehyung mengusap pipiku. "Itu tidak mungkin. Mereka sangat menyayangimu. Mereka tidak mungkin berpikir buruk tentangmu. Dan aku… aku memang Taehyung. Mereka pasti akan sangat bahagia mengetahui aku masih hidup." Dikecupnya ujung hidungku.
"Semoga saja mereka mau mendengar penjelasan kita terlebih dahulu." Ucapku penuh harap.
"They will." Taehyung menarikku kedalam pelukannya. "Percayalah padaku."
Kuanggukkan kepalaku dan semakin mendekatkan badanku kedalam pelukannya. Berharap semua kekhawatiranku akan segera musnah dengan kehangatan pelukkannya.
~oOo~
Kami sampai di BUI Daegu Beberapa jam kemudian. Kali ini tidak ada yang menunggu kami. Tidak seperti yang sebelum-sebelumnya. Tidak ada Lisa yang melompat-lompat tidak sabar, tidak ada Jimin yang selalu bisa membuat atmosfir disekitarnya menjadi terasa kalem, tidak ada senyum hangat Jennie, dan tidak ada tatapan sayang dan bangga dari Yixing. Aku tidak sadar sampai saat ini betapa aku sangat merindukan mereka.
Aku merasakan tangan Taehyung dipundakku. "Berhenti berpikir terlalu keras." Taehyung menghaluskan kerutan diantara alisku. "Lebih baik kita memanggil taxi."
"Okay." Kugandeng tangan Taehyung lebih erat dan berjalan untuk mencari taxi.
Tidak butuh waktu lama untuk menunggu taxi. Taehyung membukakan pintu untukku sebelum Ia masuk kedalam mobil. Kami duduk sedekat mungkin. Udara tidak terlalu dingin. Tapi aku merasa lebih tenang dengan merasakan Taehyung ada disisiku. Mungkin sedikit paranoid, karena takut Taehyung akan menghilang. Tapi apakah aku salah?
"Okay, kita sampai." Suara Taehyung memecah lamunanku. Kutatap rumah yang ada di depan kami. Apapun yang akan terjadi, aku harus siap. Demi Taehyung dan keluarganya. Aku tidak akan peduli dengan apa yang mereka pikirkan tentangku. "Siap?"
Kuambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "Yeah aku siap."
Taehyung keluar dan bergegas membukakan pintu untukku. Yeah, tidak perduli dia sendiri yang menyetir atau tidak, dia selalu membukakan pintu mobil untukkku. Kami hanya membawa masing-masing satu tas, jadi barang bawaan kami tidak banyak.
"Taehyung, lebih baik kau jangan terlihat terlebih dahulu." Kataku sambil memegang lengannya.
"Kau yakin?" Aku hanya mengangguk. Taehyung lalu memelukku. "Kau pasti bisa, Nayeon. Dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever & Always | VNAY
FanficSUMMARY: "Ini adalah Cinta Sejati, dan Cinta Sejati Takkan Berakhir. Selalu dan Selamanya!" Disclaimer : Ini bukan FF asli author ya. FF ini aslinya milik penulis di fanfiction.net yang nama usernya Irabella Robsten. Author disini cuman ganti castn...