Part 1 .... Perpisahan

7.7K 355 6
                                    

     Jalan ibukota masih tampak lenggang. Perjalanan menuju bandara Soekarno Hatta tetap hening sejak mobil meninggalkan pekarangan rumah. Hanya ada dentuman suara radio yang sama sekali tidak membantu membuat ceria keadaan. Tidak ada yang berniat membuka suara, keduanya tetap diam bahkan saat mobil telah keluar dari tol.

"Ekhm!"

Laki-laki yang berada di belakang kemudi mencoba meruntuhkan egonya dengan berdehem. Namun tidak ada respon. Gadis cantik di sampingnya tetap memilih memandang jalan ketimbang menatapnya sejenak.

"Fine! Aku nyerah! Aku minta maaf."

Kembali, laki-laki dengan suara bass membuka suara. Berharap gadisnya melihat ke arahnya walau satu detik.

"Kamu yang bohongin aku kenapa kamu yang nyuekin aku sekarang?" Lagi-lagi Rizky membuka suaranya dengan tetap fokus menatap jalan. Sebentar lagi mereka akan tiba di pelataran bandara namun Syifa belum juga membuka suara untuk menjelaskan semuanya.

"Syifa! Aku udah sabar dari tadi ngadepin kamu ya, tapi kamu emang gak ada rasa sedikit pun untuk nyelametin hubungan ini kayanya."

Rizky menepikan mobilnya untuk menyelesaikan masalah dengan kekasih yang baru saja berjalan dua bulan.

"Aku minta maaf."

"Aku gak butuh permintaan maaf kamu syifa. Aku butuh penjelasan. PENJELASAN!"

Syifa masih belum berani menatap Rizky. Matanya penuh dengan air mata. Tak sanggup lagi, ia pun memejamkan matanya hingga robohlah pertahanannya. Air mata mengalir jelas dan tubuhnya bergetar.

"Kenapa kamu selalu menangis sih, Syif? Masalah ini gak akan selesai cuma dengan tangisan."

"Aku rasa kita memang gak cocok. Seharusnya aku sadar itu."

"Maksud kamu apa sih? Liat aku, Syifa!"

Dengan air mata yang masih mengalir, Syifa membalikan tubuhnya. Mata sembabnya menatap jelas mata kekasihnya yang juga telah memerah. Ia tau Rizky tengah kecewa. Ia menangkupkan kedua tangannya di pipi mulus kekasihnya. Berbicara dengan lembut agar tidak menyakiti meski ia tau apa yang akan dikatakannya akan membuat Rizky kecewa.

"Dunia aku beda dengan kamu. Biarkan aku menjalani kehidupan aku yang normal di Jogja untuk kuliah. Dan kamu di sini dengan gemerlap dunia sandiwara kamu."

"Aku gak ngerti, " ujar Rizky seraya melepaskan tangan Syifa yang berada di kedua pipinya.

"Aku sadar banget siapa pacar aku ini. Seorang public figure yang akan selalu tampil di kamera dengan perlakuan manis di depan lawan mainnya."

"Kamu cemburu?" potong Rizky.

Syifa mengubah posisi duduknya. Kini ia menatap ke depan jalan yang banyak kendaraam berlalu lalang.

"Sebagai wanita normal aku pasti punya perasaan itu dan aku coba untuk mengontrolnya."

"Terus masalahnya apa? Kenapa kamu sampai mau ke Jogja tanpa kasih kabar ke aku? Aku masih pacar kamu, Syif. Dan aku berhak tau."

Syifa menatap Rizky kembali dan mencoba mencari jawaban dari laki-lakinya. Apakah Rizky tidak tau jika Syifa benar-benar sangat cemburu melihatnya beradu akting dengan lawan mainnya? Oh god!

"Masalahnya adalah aku sangat-sangat cemburu dan aku belum siap punya pacar seorang artis. PAHAM!"

"Apa?!"

Syifa menarik napasnya dalam dan menyandarkan tubuhnya ke belakang jok.

"Pembicaraan kita gak akan pernah selesai selama kamu masih gak peka. Kita ke bandara sekarang atau aku jalan sendiri?"

Rizky langsung menyalakan kembali mobilnya menuju bandara yang telah terlihat sejak memulai pembicaraan dengan Syifa.

*****

Syifa terus menarik kopernya cepat tanpa mempedulikan Rizky yang sedikit tertinggal di belakangnya.

"Tunggu, Syif!" cegah Rizky memegang pergelangan tangan gadisnya.

"Apalagi sii, Ky"

"Aku gak mau kita selesai. Kita LDR yaa," pinta Rizky sebelum Syifa benar-benar masuk ke dalam bandara.

Syifa melepaskan genggaman Rizky dan mengusap bahu tegap kekasihnya yang dilapisi jaket kulit. Turun hingga ke dada bidang Rizky.

"Kalau kita berjodoh, pasti hati ini akan kembali ke kamu dan hati kamu gak akan berpaling dari aku."

"Syif...,"

"Aku pamit yaa, Sayang. Sekarang kamu bisa bebas berinteraksi dengan lawan main siapa pun tanpa harus mikirin perasaan aku."

Rizky hanya bisa mematung saat Syifa memberi kecupan perpisahan di pipi kanannya. Ia pun menatap nanar kekasihnya yang pergi dengan menarik koper besar. Syifanya akan pergi dalam jangka waktu yang lama. Itu pasti.

- Bersambung -

Bekasi, 05 Juli 2018

Stuck In One HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang