Part 32 .... Bukti

4.4K 363 63
                                    

Hari kedua di rumah sakit, Syifa terlihat lebih segar dan sehat. Ia merapikan tatanan rambutnya dengan menyisir tanpa mengikatnya. Hari ini ia dijadwalkan pulang oleh dokter dengan syarat-syarat yang Syifa yakin bisa mematuhinya.

Tante Chandra memasukan beberapa barang putri bungsunya ke dalam tas. Ia dan Syifa hanya tinggal menunggu kedatangan Om Romel dan Bang Randy yang sedang mengurus administrasi.

"Pagi tante," sapa laki-laki bersuara serak basah dan menyalami tangan Ibunda Syifa, "pagi, Sayang. Gimana keadaan kamu? Maaf yaa, kemarin aku gak jadi jenguk. Padet banget jadwalnya."

Syifa tersenyum lebar dengan kedatangan Rizky yang terlihat fresh seperti baru selesai mandi. Aroma mint dari tubuhnya saat memeluk Syifa semakin menyegarkan.

"Alhamdulillah aku udah baikan. Hari ini udh diizinin pulang juga."

Rizky baru sadar dengan keadaan Syifa yang sudah rapi tanpa selang infus. Ia pun mencubit hidung Syifa gemas.

"Kenapa gak ngabarin kalau hari ini pulang? Untung masih ketemu di sini. Kalau enggak aku udah stress pasti cariin kamu karena aku pikir ilang."

Bukannya membalas, Syifa justru membelai lembut pipi Rizky, "aku juga baru tau tadi. Karena semalam dokter masih bimbang buat kasih izin pulang."

Ditengah keakraban keduanya ngobrol. Pintu kamar rawat Syifa kembali terbuka. Kali ini seorang gadis bersama keluarganya yang datang. Ibunda Syifa menyapa ramah keluarga tersebut.

"Gimana Syifa, Jeung? Udah lebih baik sepertinya."

"Alhamdulillah, hari ini sudah diizinkan pulang."

Megan berjalan lurus mendekati Syifa dan Rizky yang masih duduk di atas ranjang. "H...hai, Syif," sapanya ragu karena takut dengan reaksi yang diberikan Rizky.

"Hallo, Meggy. Jadi ngerepotin pagi-pagi dateng ke sini. Sama keluarga lagi. Thanks ya," jawab Syifa ceria.

Brayn mengajak mommy, daddy dan tante Chandra keluar dari ruangan. Karena ia sudah bicara pada Megan untuk mengakhiri semuanya saat ini juga.

"Syif, gue minta maaf ya. Karena kesalah pahaman kemarin lo sampai sakit gini."

Syifa tersenyum lembut, "bukan salah lo, karena emang gue ajah yang gak bisa jaga diri."

"Tapi gara-gara obsesi gue, lo jadi harus tersakiti. Maafin keegoisan gue."

Syifa membawa Megan ke dalam pelukannya. Rizky yang masih terduduk di atas kasur Syifa pun terluluh dengan sikap Megan. Ia yang awalnya sangat murka pada gadis itu, akhirnya mencoba memaafkan.

"Gak ada yang perlu dimaafin. Gue kok yang mau untuk kak Rizky bisa ngebahagiain lo. Dan itu tanpa ada paksaan dari siapa pun." Syifa melepaskan pelukannya dan memegang jemari Megan.

"Emang gak ada paksaan, tapi lo kasihan. Miris banget ya emang jadi gue. Udah penyakitan, cinta bertepuk sebelah tangan, obsesi sama cowok temen dan...,"

"Shhhttt!" Syifa meletakan jari telunjuk tepat di bibirnya, "lo itu gadis yang kuat. Gue yakin lo bisa ngelewatin ini semua. Lo harus semangat untuk sembuh jangan menyerah."

Megan terharu dengan ucapan Syifa. Orang yang hampir ia sakiti dengan kelakuannya, kini sedang menyemangati dirinya untuk sembuh dari penyakitnya.

Megan mengambil tangan kanan Syifa dan mengambil tangan kiri Rizky. Ia menyatukan kedua tangan pasangan kekasih itu untuk saling menggenggam.

"Kalian beruntung memiliki pasangan yang sama-sama berhati baik dan tulus. Bahkan kalian gak memiliki dendam sedikitpun. Gue beruntung pernah mengenal kalian. Maaf karena sempat akan memisahkan kalian. Dari kalian gue sadar, bahwa mencintai dan rasa ingin memiliki itu gak sama. Dan saat hati dua insan berpisah di belahan dunia mana pun, maka akan tetap disatukan. Makasih udah ngajarin gue arti cinta dan persahabatan yang sesungguhnya."

Stuck In One HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang