Part 21 .... Surat Izin

2.1K 227 17
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Rizky tidak memejamkan matanya. Padahal biasanya, tidur adalah rutinitasnya setiap kali pulang syuting. Membiarkan Edo menyetir dengan ditemani mp3.

Rizky masih memikirkan permintaan kakak-beradik yang membuatnya kebingungan. Bagaimana bisa keduanya kompak meminta bantuannya untuk hal yang sangat mustahil untuk diwujudkan. Ini bagai buah simalakama untuknya.

"Lo kenapa sih, Bos? Kusut amat. Bukannya udah balikan sama bulu?"

Rizky hanya melihat Edo tanpa menjawabnya. Ia teringat Syifa. Apa dia harus membicarakan ini dengan gadisnya tersebut? Ia tidak mau Syifa salah paham lagi dengannya. Membuat gadis itu cemburu dan marah kepadanya.

"Woi, ditanya diem ajah. Lo kenapa sih? Gue perhatiin sebaliknya dari taman, muka lo gak enak diliat. Ada masalah?"

Rizky tidak bisa menganggap Edo tidak ada. Sepupu dari mamanya yang merangkap sebagai managernya ini termasuk bisa diandalkan. Bukan hanya soal kerjaan tapi juga untuk tempat curhat.

Chiiiitttt!

Edo menginjak rem mendadak saat Rizky menceritakan perihal permintaan Brayn dan Megan kepadanya.

"Sorry, gue kaget, Bos." Edo kembali melajukan mobil dengan kecepatan sedang. "Gak nyangka, ternyata dede gemes bener-bener kebawa perasaan dengan akting lo."

"Ya itu dia. Gue harus gimana menurut lo? Kalau kontrak sinetron udah selesai, gue sih gak masalah. Bisa ajah gue cuekin perintaan konyol mereka. Lah, kenyataannya sinetron kita diperpanjang durasi episode karena ratting yang bagus. Gue harus profesional, Do."

Edo memainkan jemarinya di atas stir mobil yang berhenti melaju karena lampu merah. Otaknya mulai memikirkan cara untuk perjalanan cinta bosnya. Sebagai manager yang mendampingi proses syuting Rizky, dia tau betul bagaimana kalutnya Rizky saat diputuskan oleh Syifa.

"Ada satu cara sih, Ky, biar Syifa gak salah faham sama lo."

Rizky antusias Edo mendapatkan cara dari masalahnya. Ia membenarkan duduknya yang semula bersandar pada kursi.

"Apa, Do?"

Ada keraguan menyelimuti Edo. Ia yakin jika idenya ini akan ditolak mentah-mentah oleh Rizky.

"Lo jujur sama bu boss tentang permintaan mereka."

"APA?! Cari mati itu mah!"

Edo mengutarakan alasan mengapa ia memberikan solusi itu. Satu sisi Rizky membenarkan alasan Edo. Tapi sisi lain ia tidak yakin jika Syifa bisa memahaminya. Ia benar-benar galau sekarang.

*****

Syifa bangun pagi sekali hari ini. Seperti biasa, ia membantu Budeh Rina untuk menyiapkan sarapan dan menyirami taman belakang rumah yang membuatnya selalu merasa lebih tenang. Taman yang ditumbuhi bunga warna-warni, ada juga pohon jambu air dan mangga yang sering diambil untuk ngerujak.

Dalam kesibukannya, tiba-tiba Syifa teringat Rizky. Terakhir kali Rizky mengabarinya sore hari. Selebihnya tidak ada lagi. Biasanya hampir setiap jam Rizky memberi kabar meski hanya mengirim satu kata seperti kangen, laper atau ngantuk.

Syifa pun melepas selang siraman dan mengambil ponselnya. Masih belum ada kabar juga. Syifa pun mengalah dan mengirimkan pesan terlebih dulu.

"Selamat pagi bewokku tampan."

Meski Syifa sedikit geli dengan panggilan kesayangan untuk Rizky, ia tetap mengirimkan pesannya tersebut.

Stuck In One HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang