Kamar luas dengan cat berwarna putih terlihat rapi. Seprai pun tampak belum ditiduri. Rizky masih setia di atas sofa dengan berbaring mengotak-atik galeri fotonya. Memperhatikan deretan gigi Syifa yang rapi. Melihat senyum tulus dari kekasihnya yang lugu.
"Aku gak ngerti dengan jalan pikir kamu, Syif. Kamu terlalu baik."
Rizky mencoba untuk memejamkan matanya, namun masih sulit. Ia tidak mengira jika kedatangan Syifa berlibur ke Jakarta justru menyulitkan hubungan keduanya.
Haruskah ia menuruti keinginan Syifa? Bukankah pada akhirnya, ia justru akan menyakiti hati kedua wanita itu.
Rizna ke kamar Rizky dengan stelan piyama, rambut rol dan wajah yang mash menggunakan sheet mask. Ia ke sana untuk meminjam carger hp. Melihat kasur adiknya kosong, ia pun mendekati Rizky dan melihat tatapan kosong di matanya. Ia perlu jawaban mengapa Rizky masih terjaga di pukul dua pagi ini.
"Belum tidur, Dek?"
Rizky hanya menggelengkan kepalanya tanpa menjawab pertanyaan kakaknya.
"Tumben begadang bengong! Biasanya main ps."
Lagi-lagi Rizky hanya diam.
"Bukannya abis nge date sama Syifa ya? Kok bete gini muka lo?" ujar Rizna seraya melepas masker dari wajahnya.
"Gue bingung sama cewek, Na. Kenapa si cewek itu susah ditebak jalan pikirannya. Kenapa cewek selalu egois, gak peka. Padahal mereka sendiri yang menuntut keadilan dari kita laki-laki. Mereka yang minta buat dingertiin dan dinomor satuin. Kita, laki-laki selalu ajah salah dimata kalian cewek-cewek. Sebenarnya mau kalian apa sih?"
"Wait! Wait! Wait! Lo ngomong apa sih, Ky? berantem sama Syifa, Dek?"
Rizky bangun dari rebahannya dan duduk bersandar pada dinding sofa. "Syifa minta gue ngebales perasaan cinta Megan. Gila kan? Aneh!"
"What?! Serius Syifa yang minta? Wah. Parah parah parah. Gue! Gak akan mau diduain, Ky. Sama siapa pun itu, sekalipun sahabat gue sendiri."
"Makanya, gue curiga Syifa dapet tekanan dari Megan atau Brayn."
"Emang gimana awal mula ceritanya sih?"
Rizky pun menceritakan semuanya secara mendetail pada Rizna. Termasuk peristiwa saat Syifa ke toilet dan bertemu Megan.
"Kamu beruntung punya pacar sebaik Syifa yang rasa peduli sosialnya tinggi. Aku yakin, dia gak ada maksud untuk nyakitin perasaan kamu," jelas Rizna yang menggunakan bahasa sopan disituasi serius, "sementara, kamu ikutin ajah maunya Syifa dulu dengan catatan, kamu kasih penjelasan kalau kamu lakuin ini memang semata-mata untuk Syifa bukan karena kamu ada perasaan sama Megan."
"Apa?! Lo sama gilanya kaya Syifa, Na."
"Kalau nolak, yang ada kalian malah berantem. Mending sekarang ikutin ajah dulu permainan dia. Toh cuma sampai Megan ke Singapore kan?"
Rizna bangkit dari duduknya dan bergegas kembalu ke kamarnya. "Kamu yang paling tau, pilihan apa yang terbaik sekarang untuk hubungan kalian. Aku ke kamar ya."
Rizky semakin bingung. Haruskah ia menjalankan nasehat kakaknya?
*****
Jam menunjukan pukul 8 pagi. Rizky sudah rapi dengan kaos santai putih dan celana sebatas lutut. Hari ini adalah syuting terakhir sebelum libur dua hari kedepan karena weekend.
Ia berdiri di depan gerbang berwarna hitam dan memencet bel. Menjemput gadis muda yang membuatnya susah tidur semalam.
"Kak Rizky? Kok tumen pagi-pagi ke rumah aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In One Heart
FanfictionMenjalin hubungan dengan seorang superstar memang harus memiliki hati baja. Melihat pasangan bermesraan dengan lawan main dengan chemistry yang mampu meluluhkan hati para penonton setia. Akankah tatapan mata dengan lawan main mampu menggetarkan hati...