Tiga hari meninggalkan kampus membuat Syifa sedikit tertinggal materi kuliahnya. Walaupun Adam dan yang lainnya tetap memberi kabar ketika ada tugas. Seperti hari ini, ia bersama dua teman wanitanya sedang rumpi di perpustakaan mengerjakam tugas kuliah, meninggalkan Ilham dam Adam yang juga sedang ngobrol di kantin.
"Gimana kebersamaan lo sama Syifa selama tiga hari? Makin deket dong? Ciyee, kayanya bakal ada yang mau traktir makan-makan nih."
Ilham tersenyum getir mendengar guyonan Adam. Apanya yang makin deket? Yang ada justru ia patah hati karena harus membuang jauh-jauh perasaannya pada Syifa.
"Kayanya gue mundur ajah. Percuma!" Ilham membuka suara.
"Percuma gimana? Lo udah nembak dia?"
Ilham membuang napasnya kasar dan mencari-cari sesuatu di ponselnya seraya meneguk orange juice faforitnya.
"Syifa udah dimilikin sama cowok lain," ujar Ilham dengan menunjukan foto Rizky dari google.
"Itu bukannya artis ya? Pemain sinetron Backstreet kan? Mereka pacaran?"
Ilham meletakan ponselnya di meja dan mengedarkan pandangannya ke segala arah. Mencari sosok yang ia nanti sejak keluar kelas.
"Kurang tau juga. Tapi yang pasti mereka mantanan."
"Lo pepet ajah terus. Mantan kan cuma masa lalu."
Ilham menanggapi cuitan Adam bagai angin lalu. Sahabatnya itu tidak tau bagaimana tatapan Syifa pada Rizky. Ilham sangat paham, jika gadis yang ia taksir masih memiliki rasa yang besar untuk sang mantan. Jika tidak, untuk apa ia ke Jakarta hanya karena khawatir dengan kabar penangkapam Rizky di malam naas itu.
*****
Rizky hampir tidak bisa fokus dengan adegannya hari ini. Beberapa kali ia harus mengulangi take dengan lawan mainnya. Pikirannya sedang terbagi ke tempat lain.
"Cut! Kita break satu jam!" ujar Opa.
Namanya adalah Rully, tapi sering dipanggil Opa karena rambutnya yang telah banyak beruban. Seorang sutradara sinetron yang sedang dimainkan Rizky, Megan, Bryn, Cassandra dan masih banyak lagi Artis dari PH Art Fim.
"Urusin dulu moodnya Rizky, Do. Pusing saya. Adegan gampang kaya gitu ajah gak bisa. Pemain film ternama harusnya one take oke! Profesional dong!"
Edo hanya bisa diam dan menganggukan kepala mendapati teguran dari Opa Rully. Memang sudah menjadi tugasnya untuk mencari cara agar Rizky bisa fokus kembali.
"Lo kenapa sih, Ky? Ada masalah? Itu adegan gampang, Ky." Edo membuka suara setibanya di basecamp tempat Rizky istirahat.
Rizky yang sedang memejamkan mata pun bangun dari tidurnya. Menyandarkan tubuhnya di dahan tempat tidur.
"Gak tau! Gue cuma kepikiran Syifa ajah."
"Astaga! Jadi ini karena Syifa?! Lo profesional dong, Ky. Gue yakin cewek lo pasti ngerti kok."
Rizky mengambil permen mintnya. Ini sudah menjadi kebiasaannya selama beberapa bulan terakhir sejak bertemu Syifa. Setiap kali pusing dan mumet, ia akan memakan permen mint Pagoda sebagai ganti rokok yang sering jadi pelampiasannya.
"Tau, Do. Gue lagi gak mood banget. Sumpah! Baru sehari dia ke Jogja, gue udah kangen ajah sama dia."
Edo nampak sedang berpikir menemukan jalan memgembalikan mood bosnya yang sedang menahan rindu.
Ia pum mengambil ponsel dan mengetikan sesuatu di sana. Mengirimkan chat yang cukup panjang dan... Send!
Senyum mengembang di wajah Edo yang lebar saat membaca balasan dari chat yang ia kirim.
Edo beralih melihat Rizky yang tampak gembira bukan main saat ponselnya berdering dan langsung menyapa penelpon di seberang dengan semangat.
"Aku seneng kamu telpon aku," ujar Rizky kepada penelpon.
"Salam dulu dong. kak. Assalamu'alaikum."
"He he he, Wa'alaikumsalam. Maaf-maaf, saking senengnya kamu telpon aku, jadi lupa deh."
"Kenapa? Kangen ya? Hihi."
"Kok tau? Aku sampai gak konsen syuting nih karena kangen sama kamu."
"Aduh, jangan kangen dong. Berat! Mending rindu ajah."
"Sama ajah dong!"
"Ha ha ha, kalau kangen kenapa gak telpon? Masa aku duluan yang mulai?"
"Bukan gitu, aku udah mau telpon, tapi takut ganggu kamu kuliah. Aku kan gak tau jadwal kamu."
Syifa yang menelpon Rizky, datang untuk menghiburnya. Edo curhat panjang lebar tentang situasi terkini bosnya.
"Gimana syutingnya hari ini? Seru?" tanya Syifa basa-basi.
"Kan aku udah bilang tadi. Gak konsen karena mikirin kamu. Jadi aku ditegur gitu sama Oppa."
Syifa yang mendengar jawaban Rizky menjadi tidak enak. Berarti karena dirinyalah Rizky tidak fokus hari ini.
"Kak, aku selalu ada kok di dekat kamu. Raga aku mungkin di Jogja tapi hati aku udah tertanam di hati kamu. Jadi, kamu gak perlu gak konsen karena mikirin aku."
"Aku cuma takut kamu salah paham karena liat adegan aku nanti di tv."
"Kak, aku paham profesi kamu. Sebagai artis profesional, kamu harus bisa bedain urusan di dunia nyata dan di sinetron. Dan insyaallah aku bisa ngerti kok sekarang. Yang terpenting, kita harus saling percaya dan komunikasi. Jangan ada gengsi untuk bilang kangen dan cemburu."
Rizky terdiam dengan rentetan panjang ucapan Syifa. Ternyata gadisnya sekarang sudah berubah. Bukan Syifa yang pencemburu lagi. Sekarang ia sudah dewasa dan mengerti profesinya sebagai public figure.
"Terimakasih ya, Sayang. Kamu udah percaya sama aku. Aku janji gak akan kecewain kamu lagi. Aku gak akan sia-siain kepercayaan kamu. Love you."
Edo pun kini bisa bernapas lega melihat perubahan wajah Rizky. Sekarang bosnya sudah bisa tersenyum lebar. Wajahnya sudah kembali fresh.
"Thankyou Bulu. Kamu emang moodbosternya Iky dah," ujar Edo seraya mengetikan kata-kata tersebut di ponselnya.
"Do, ayo ke lokasi. Main game ajah, Lo!"
Keduanya pun melenggang menuju taman Wiladatika yang berlatar air mancur. Tempat berjalannya proses syuting. Para kru sudah siap dengan jobdesknya masing-masing. Para cast pun kembali di make up agar terlihat bagus di kamera.
"Aku senang kamu bisa semangat lagi untuk take hari ini. Gak apa-apa, walaupun hanya syuting dan pura-pura, aku tetap bahagia bisa di samping kamu. Menjadi pacar kamu."
- Bersambung -
Bekasi, 16 Juli 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In One Heart
FanfictionMenjalin hubungan dengan seorang superstar memang harus memiliki hati baja. Melihat pasangan bermesraan dengan lawan main dengan chemistry yang mampu meluluhkan hati para penonton setia. Akankah tatapan mata dengan lawan main mampu menggetarkan hati...