Hari sudah semakin gelap. Syifa masih setia menunggu Rizky di dalam mobil seperti permintaan kekasihnya. Kegiatannya hanya bermain hp, membaca dan tidur. Ia pun mulai bete dan ingin keluar tapi ia mengurungkan niatnya saat perutnya bereaksi.
Perut Syifa berbunyi. Ia ingat, tadi siang belum makan nasi. Hanya makan salad buah yang ia bawa. Syifa menggigit bibir bawahnya untuk menahan rasa sakit. Ia membongkar isi tasnya namun tidak juga menemukan obat lambung.
Syifa mencoba untuk menghubungi Rizky namun tidak aktif. Sepertinya kekasihnya itu sedang take. Ia pun menghubungi Edo, belum juga diangkat. Tidak pikir panjang ia menghubungi Brayn dan yap! Berhasil.
"Tolong! Gue di mobil Kak Rizky."
Hanya itu kata-kata yang keluar dari mulut Syifa. Brayn yang semula menelaah maksud Syifa pun menghampiri mobil Rizky.
"Syif! Buka pintunya! Syif!"
Brayn mengetuk-ngetuk kaca pintu.
Clek!
Tidak terkunci.
Ia melihat Syifa tergeletak di mobil dengan keringat dingin membanjiri tubuh gadis mungil itu.
"God! Syif! Bangun, Syif!"
Percuma Brayn menepuk-nepuk pipi Syifa, gadis itu sedang pingsan. Ia pun membawa Syifa ke mobilnya dan menuju rumah sakit.
Meski dalam keadaan panik, Brayn tetap berusaha fokus menyetir. Sesampainya di rumah sakit terdekat, keduanya diboyong ke ruang UGD. Menunggu Syifa diperiksa, Brayn pun menghubungi Rizky.
Rizky kaget bukan main saat Brayn memberinya kabar gadisnya masuk rumah sakit. Ia meminta izin pamit lebih dulu dan menunda take tiga terakhir besok.
"Gimana ceritanya Syifa pingsan?"
"Gue juga gak tau, Bro. Waktu gue lagi break, dia telepon dan minta tolong. Dan pas gue dateng dia udah pingsan di mobil lo."
Pikiran Rizky melayang-layang. "Segitu marahnya kamu sama aku, sampai gak ngehubungi aku, Syif?"
"Keluarga nona Syifa?"
"Saya, Dok."
"Orangtuanya ada?"
"Hmmm, maaf, Dok. Saya pacarnya. Kebetulan tadi saat pingsan, Syifa sedang bersama saya dan saya belum mengabari kondisi Syifa saat ini."
"Oke, baiklah. Nanti tolong disampaikan kepada keluarga Nona Syifa agar lebih menjaga pola makan putrinya. Asam lambungnya naik. Penyebabnya stress, kecapean dan terlambat makan. Sepertinya harus beristirahat dulu malam ini di sini untuk pemulihan."
Mendengar penjelasan dokter, Rizky semakin merasa bersalah. Meninggalkan Syifa di mobil sampai siang tanpa mengecek keadaannya.
"Ini pasti karena Syifa stress mikirin Megan. Harusnya gue gak cerita kondisi adik gue dan minta Syifa berbagi kasihsayang Rizky buat adik gue. Sorry, Syif."
Rizky dan Brayn sibuk dalam pikiran mereka masing-masing. Saling menyalahkan dengan keadaan yang menimpa Syifa saat ini.
"Lo udah hubungin orangtuanya?"
Pertanyaan Brayn membuyarkan lamunan Rizky. Ia pun menggelengkan kepalanya lemah. Ia tidak tau alasan apa yang akan ia berikan pada orangtua Syifa nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck In One Heart
FanfictionMenjalin hubungan dengan seorang superstar memang harus memiliki hati baja. Melihat pasangan bermesraan dengan lawan main dengan chemistry yang mampu meluluhkan hati para penonton setia. Akankah tatapan mata dengan lawan main mampu menggetarkan hati...