03

3.4K 367 16
                                    

IPA 3 tidak salah saat memilih Parahito Renjun Arkan sebagai ketua kelas mereka di kelas sebelas. Kepribadian Renjun yang tenang dengan aura yang tegas mampu membuat semua anak IPA 3 tunduk kalau lelaki itu sudah turun tangan. Konon, kalau ngamuk seram. Makanya IPA 3 memilih menurut apa yang ketua kelasnya katakan dari pada harus diomelin.

Mau sebandel kaya Felix, seaneh kaya Nancy, ataupun segalak Heera, kalau Renjun udah bertindak mereka semua pasti langsung diam. Walaupun kadang kalau sama Heera masih ada sedikit cekcok mengingat gadis itu tidak mau mengalah segampang itu dengan lawan bicaranya.

Gitu-gitu, Renjun kalau ke pacarnya sabarrrrrr banget. Hampir tidak pernah memarahinya, padahal pacarnya, Nayra, kalau diajak ngobrol nyambungnya sering lama. Tapi Renjun rela mengulangi semua perkataannya supaya Nayra paham. Cuma Renjun yang bisa begini ke Nayra, temannya mana ada yang mau. Contohnya kaya sore hari ini, mereka berdua lagi di cafe berduaan dengan Renjun yang setia menjelaskan semua hal ke Nayra dengan sabar.

"Ih Renjun ini daerah mana sih?" tanya Nayra menyerahkan handphone-nya yang kini sedang menampilkan laman google maps.

"Itu kan udah ada tulisannya Nayra, ini jalan anggrek yang deket rumahnya Nancy ituloh." Jelas Renjun dengan sabar.

"Loh emang rumah Nancy disekitaran sini?"

"Iya, tuh buktinya ada Cafe Cangkir. Kamu tuh sering main ke sana malah gak ngeh." Nayra hanya tersenyum mendengar penjelasan Renjun.

"Terus ini ke mana lagi? Masa rumahnya deket sama rumah Nancy? Kok Nancy gak pernah cerita kalo rumah dia deket sama rumah Pak Boni?" Renjun hanya tersenyum tipis melihat ceweknya yang sedari tadi tidak kunjung paham mengenai rumah Pak Boni, guru Kimia mereka.

"Kamu mau les ke sana? Ya udah deh nanti aku juga ikut les kesana, kita berangkatnya bareng biar kamu gak nyasar." Kata Renjun memberi jalan keluar. Jalan keluar agar dirinya tidak meledak saat ini juga.

Sungguh pacar idaman sekali seorang Parahito Renjun Arkan.

Nayra menggeleng keras, "enggak ih, gak mau. Kamu kan paling males kalo disuruh les gini. Udah kamu tunjukin aja ini tuh dimana."

Lagi-lagi Renjun hanya tersenyum tipis, "ya udah sini aku jelasin arah-arahnya." Nayra dengan semangat langsung mendekat ke arah Renjun.

"Rumah Pak Boni kan di jalan mawar, terus yang sebelah sini ada jalan anggrek. Kamu pernah kan ke rumahnya Nancy? Rumah Nancy itu di jalan anggrek. Nah kalo kamu merhatiin jalan rumah Nancy, nanti lurus sekitar 500 meter nanti ada pertigaan, dari pertigaan itu kamu belok kiri. Di situ udah sampe di jalan mawar. Nanti tinggal lurus aja ada gang kiri jalan, kamu masuk situ nanti rumah Pak Boni yang ketiga dari gang masuk tadi. Udah jelas?" jelas Renjun panjang lebar.

Nayra hanya membalas dengan cengiran khasnya, menggaruk kepalanya pelan. Sudah dipastikan gadis itu masi bingung tentang letak rumah Pak Boni, "masi mudeng setengahnya doang ehehehe," balasnya dengan polos.

Untung Nayra bertanya ke Renjun. Coba aja kalau tanya ke Heera, bukan hanya digalakin, bisa-bisa ditinggal pulang juga saking kesalnya.

Dengan tatapan teduh khas Renjun, lelaki itu mencoba menjelaskan lagi ke Nayra. "Kamu kurang jelasnya di daerah mana?"

"Ini, kok bisa rumahnya Pak Boni deket sama rumahnya Nancy? Nancy gak pernah cerita kalo mereka tetanggaan." Tanya Nayra dengan polosnya.

"Kan mereka emang bukan tetanggaan Nayra Fanny Ercilia. Jarak rumah mereka tuh hampir satu kiloan, ya mana mungkin Nancy bilang kalo mereka tetanggaan."

"Loh, emang iya?"

"Ya iyalah, kamu gimana si Nay? Udah jelaskan? Mana lagi yang masi bingung?"

"Eum, jarak rumah Pak Boni ke rumah aku kok keliatan deket ya?"

We Hot We Young [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang