06

2.3K 285 14
                                    

Remaja, masa peralihan dari anak-anak menjadi sosok yang lebih dewasa. Masa di mana semua pasti merasakan bagaimana jatuh cinta itu. Bukan hanya jatuh cinta, tapi mereka juga perlahan merasakan bagaimana dunia luar sebenarnya.

Ada yang tanpa disuruh sudah jatuh hati ke banyak orang, ada yang ingin jatuh hati tapi tidak bisa dengan alasan belum menemukan seseorang yang membuatnya jatuh hati. Salah satunya Hilar.

Hilar mau punya seseorang yang selalu ada buatnya, mau diperhatiin ini itu, mau ngerasain gimana sih rasanya berdebar itu? Ia ingin seperti teman-temannya yang mendapat perhatian lebih oleh pacar masing-masing. Ada yang khawatir kalau luka, gak makan, atau gak ngabarin. Pokoknya mau punya pacar juga.

Sejauh ini belum ada cewek yang berhasil menarik perhatiannya, berhasil membuatnya kagum, apalagi berhasil membuatnya berdebar. Semuanya sama saja. Padahal jika diperhatikan lagi, IPA 3 itu berisi cewek cantik, jomblo, dengan pesona yang beragam. Tapi semua itu tidak cukup menarik untuk Hilar.

Jahil, salah satu hobi lelaki Virgo itu. Terutama jahil ke anak cewek. Jahil ke anak cowok itu gak asik. Kalau beneran marah, Hilar bisa bonyok. Kalau ke cewek, paling tangannya merah-merah karena dipukuli.

Heera, cewek yang terkenal paling galak sekelas, sedang berjalan masuk ke kelas. Hilar bersiap-siap di pintu depan dengan tangan melambung di udara untuk menyentil jidat Heera.

Heera yang kaget sekaligus kesakitan langsung membalas dengan memukul lengan Hilar berulang-ulang sampai merasa puas. "HEH GILA YA LU? ADA ORANG JALAN MALAH DISENTIL. SAKIT BEGO SAKITTTTTT," teriaknya masih setia menjadikan Hilar samsak tinju.

"Aduh Ra, sakit juga nihhhhh. Sorry gua tadi gak liat, abisnya lu kecil." Balas Hilar mengelus-elus lengannya yang lumayan panas karena dipukul terus-terusan oleh Heera.

"KECIL GUNDULMU, SAKIT INI SAKIT! BEGO BANGET SIH HERAN." Heera masih memukuli lengan Hilar tanpa ampun.

Merasa tangannya sudah semakin panas, Hilar memutuskan untuk menahan kedua tangan Heera agar ia berhenti memulinya. "Udah, iya sakit, lu galak sih, pantes si Haider gak mau sama lu," ujarnya menjulurkan lidah lalu berlari keluar kelas meninggalkan Heera yang memaki Hilar di tempatnya.

Kebetulan Hilar bertemu Shirlee dan Savi saat keluar kelas. Dengan iseng, Hilar menjambak rambut panjang Shirlee dan langsung berlari menjauhi kedua gadis itu.

"HILARIO GILA! SAKIT BEGO! AWAS LU NANTI MASUK KE KELAS." Teriak Shirlee yang sudah mengepalkan tangannya di udara membuat Savi di sebelahnya sedikit menjauh dari sisi Shirlee.

Hilar yang mendengar teriakan lantang itu hanya tertawa penuh kemenangan. Lelaki itu merasa puas karena sudah berhasil menjahili dua cewek tergalak di kelas.

Tujuan selanjutnya, Hilar mau keliling sekolah saja, bosan di kelas. Sekalian mencari udara segar. 11 IPA 3 lagi jam kosong, guru seni mereka sedang sakit, jadi hanya memberi tugas.

Lelaki itu menghentikan langkahnya ketika melihat seorang gadis di depan ruang TU. Dari kejauhan, gadis itu tampak sibuk dengan kertas-kertas yang ada ditangannya.

Jelas Hilar mengenal betul gadis itu, tapi ia enggan mendekatinya untuk menawarkan bantuan. Ia hanya berniat untuk memandanginya dari kejauhan. Kedua mata Hilar hanya terfokus pada gadis itu. Setiap gerakan kecil yang dilakukan gadis itu tidak lepas dari netranya.

"Weits, anak OSIS bolos nih ceritanya?" Hilar terperanjat kaget ketika tiba-tiba bahunya ditepuk oleh seseorang.

Hilar menengok melihat siapa yang menepuk bahunya. Setelah tahu siapa, ia mengalihkan pandangannya. Kembali melihat gadis itu. "Ya lu apa kabar? Lu juga anak OSIS, terus bolos juga?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.

We Hot We Young [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang