Pagi-pagi jam tujuh, mereka berlima belas minus Jeri yang lagi di dapur sudah duduk anteng di ruang tamu. Sudah rapi, jadi pada cantik dan ganteng semua. Alasan mereka jam tujuh sudah rapi karena mau menentukan destinasi wisata mereka. Kemarin setelah sampai langsung istirahat biar besoknya segar, makan malam juga pada delivery order, pokoknya tidak ada satu pun dari mereka yang keluar dari villa. Inilah resiko tidak menentukan destinasi wisata jauh hari.
"Jadi, kita mau kemana?" tanya Jinan membuka suaranya.
"Ngikut aja deh gua." Sahut Jeri yang habis dari dapur lalu duduk di sebelah Heera dengan pandangan masih ke layar 'handphone-nya'.
Heera sedikit terperanjak kaget, menoleh ke Jeri bermaksud memprotes, namun gadis itu tidak mendapatkan jawaban apa pun. Di depan Heera ada Enya yang melihat Jeri tiba-tiba duduk dekat Heera dengan santainya. Kedua pasang mata Heera dan Enya sempat bertemu sebentar, setelahnya Heera segera mengalihkan pandangannya ke Jinan.
"Gua ngikut aja deh, tapi Shir, ini gak ada colokan deket sini apa? Gua mau nge-charge." Kata Savi celingak-celinguk mencari stop kontak.
"Tuh pake punya Hilar aja. Tadi gua liat hp dia udah hampir penuh tapi masih aja di-charge." Jawab Heera yang berada di dekat stop kontak. Tadi gadis itu sempat membuka handphone Hilar untuk mengecek batreinya.
Tanpa berpikir panjang, Savi langsung mengganti handphone Hilar dan mengganti dengan handphone-nya. Tentunya secara diam-diam, tanpa sepengetahuan Hilar.
"Ke Borobudur aja gimana?" usul Nayra yang dijawab gelengan kepala oleh beberapa anak.
"Jangan ke sana. Gua bosen. Lagian disana cuma liat batu doang Nay." Elak Nancy.
"Emang udah berapa kali Nan ke Borobudur?" tanya Jinan.
"Sekali doang sih. Tapi masa kesana lagi?"
"Ya gak apa dong. Borobudur kan tempat bersejarah. Jadi kita bisa sekalian belajar."
"Bener tuh kata Jinan. Liburan sambil belajar." Kata Renjun ikut menambahi.
Nancy memanyunkan bibirnya, rasanya ia sedang diserang dua ksatria Nayra.
"Gak usah manyun Nan, lu jelek." Kata Hilar beranjak dari tempatnya, mencari keberadaan handphone yang tadi di-charge. "Woi hp gua siapa yang ngambil? Ini kenapa jadi hp-nya Savi yang disini?" protes Hilar setelah tahu kalau handphone-nya sudah tidak ada di tempat awal.
"Hp gua butuh makan Hil. Tadi kata Heera ganti aja gitu. Ya udah." Jawab Savi enteng.
Hilar tidak terima, lelaki itu mendekat ke Heera, "heh Heera, hp gua ke mana?" tanyanya tidak lupa sambil menoyor kepala Heera.
"Biasa aja dong anjir! Yang mindahin hp lu Savi bukan gua. Kenapa gua yang disalahin?" jawab Heera tidak terima.
Bukan Hilar kalau ia akan berhenti ketika temannya sudah emosi. Lelaki itu menoyor kepala Heera sekali lagi, "kan elu yang nyuruh Savi. Gak mau tau, lu harus tanggung jawab. Cari hp gua sampe ketemu."
"Hp lu tadi di situ Hil, coba cari lagi." Kata Savi bermaksud menghentikan omelan Hilar.
"Tuh dengerin kata Savi. Jangan nonyor-nonyor gua mulu anjir. Pagi-pagi udah bikin emosi aja." Balas Heera dengan memukul lengan Hilar kuat-kuat.
Hilar masih belum puas, lelaki itu tetap mengajak Heera ribut, "heh! Gak mau tau ya, lu kudu nyari hp gua."
Heera berdiri dari tempatnya, "GUA GAK TAU DIMANA HP LU ANJIR. TUH APA TUH DI TANGAN LU. MASIH PAGI JANGAN NGAJAK RIBUT DONG." Teriakan Heera pecah, ditambah lagi gadis itu tahu kalau handphone Hilar ternyata sudah dipegang sama pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Hot We Young [New Version]
FanfictionMasa remaja tidak akan terulang beberapa kali, hanya sekali seumur hidup. Selagi masih remaja, lakukan semua hal yang diinginkan sebelum menyesal. End : June 4, 2019 New Version Start : May 1, 2021 End : August 4, 2021