Mulai hari ini sampai ke depannya, Jinan sudah tidak menjabat sebagai Ketua OSIS Pancasila lagi. Sudah ada adik kelas yang menggantikannya. Selama itu juga, Nayra belum memberi jawaban pasti ke Jinan.
Jinan tidak marah ke Nayra, tidak juga mengeluh kepada gadis itu. Setiap Jinan ngode, Nayra pasti langsung mengganti topik pembicaraan mereka. Akhirnya Jinan hanya bisa menunggu jawaban Nayra.
"Jinan." Panggil Nayra di depan Jinan. Mereka berdua lagi di perpustakaan, Nayra menemani Jinan belajar. Kelas mereka berdua sama-sama jam kosong di jam ketiga ini.
"Hmm?" jawab Jinan seadanya, lelaki itu masih terfokus pada buku matematika di depannya, berusaha menyelesaikan soal.
"Maaf ya." Kali ini Jinan menatap Nayra. "Maaf udah buat kamu nunggu selama ini. Aku tau kok kalo gak gampang buat kamu nunggu. Dulu, juga gak gampang buat aku waktu kamu iyain aja pas aku minta putus. Emang sih aku yang minta. Harapan aku dulu tuh kamu bisa pertahanin aku. Tapi nyatanya kamu emang gak ada niat buat pertahanin aku atau sekedar bela aku di depan banyak orang. Iya kamu udah jelasin semuanya, aku paham kok. Di saat aku udah ketemu Renjun, kamu datang ngancurin semua pertahananku gitu aja."
Jinan terpaku ditempatnya. Semua perkataan Nayra seperti duri tajam yang menancap di hatinya.
"Aku gak salahin kamu kok. Justru aku marah sama aku sendiri yang ternyata masih belum bisa ngelupain kamu sepenuhnya. Tapi kata Renjun aku gak boleh nyalahin diri aku sendiri. Cowok sebaik Renjun gak seharusnya ketemu sama aku terus aku sakitin kaya gitu."
"Jadi," Nayra menggantung perkataannya. Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya. "Kita kaya gini aja ya? Aku gak mau pacaran dulu. Ini semua demi Renjun, kamu, dan aku sendiri. Kita masih bisa deket kok tentu aja. Masih bisa kaya biasanya. Tapi aku mohon, aku gak mau terikat sama kamu dulu. Kalo kamu udah bosen sama aku, bisa kok cari cewek lain. Aku gak marah."
Tidak ada pilihan lain untuk Jinan selain mengiyakan permintaan Nayra. Mungkin memang itu jalan terbaik untuk hubungan mereka berdua, tanpa status sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.
Setelah itu, Jinan kembali mengerjakan soal matematika, Nayra kembali membuka handphone-nya untuk menonton youtube. Tidak ada yang pergi dari tempatnya karena memang mereka sudah sepakat akan tetap memperlakukan satu sama lain seperti biasa.
Keheningan itu terpecah dengan kehadiran empat orang temannya.
"Kasian Nayra di diemin, matematika lebih asik daripada elu kayanya Nay." Celetuk Heera yang mengambil duduk tepat di sebelah Nayra.
"Kasian pacarnya gak mau diajak ke perpus. Padahal elu lebih rumit dari fisika Ra." Balas Nancy membuat Heera mendelik ke arahnya.
Semua anak Pancasila, akhirnya mengetahui hubungan Jeri dan Heera setelah ditipu mereka berdua. Berita mereka pacaran juga langsung mengudara karena Felix.
"Kalian berdua kenapa sih ke perpus bareng kalo akhirnya bakal diem-dieman?" tanya Hilar.
Nayra menatap Hilar jengah. Saat ini, ia sedang tidak ingin diganggu siapa pun itu, ingin merenungkan apa yang telah ia katakan ke Jinan. Tetapi temannya menghancurkan harapan Nayra.
"Tau gak sih kalo ini perpustakaan? Kalo mau ngobrol di luar aja lah." Balas Nayra sewot membuat yang lain kaget.
Nayra kalau sewot berarti sedang tidak baik-baik saja. Nayra kalau begitu tandanya Felix tidak berani mengusilinya.
"Yang, kita kenapa ikut kesini deh?" tanya Felix yang merasa suasananya tidak enak.
"Ngadem Lix, udah mending ambil buku terus tiduran di sini." Jawab Nancy sambil menepuk pundaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Hot We Young [New Version]
FanfictionMasa remaja tidak akan terulang beberapa kali, hanya sekali seumur hidup. Selagi masih remaja, lakukan semua hal yang diinginkan sebelum menyesal. End : June 4, 2019 New Version Start : May 1, 2021 End : August 4, 2021