Dibandingkan tim lain yang pada nguras tenaga untuk jalan-jalan atau adu argumentasi, tim ini paling santai. Ketiga lelaki ini merasa beruntung ngintilin Enya. Mereka berempat memilih untuk makan mie ayam atas usul Enya tentunya. Tidak capek, tidak kepanasan, perut kenyang. Herannya kenapa harus mie ayam? Jauh-jauh ke Jogja tapi makannya masih itu-itu aja.
Makan mie ayam ditambah sambal lima sendok di cuaca seterik ini, hal itu sedang dilakukan Felix. Bayangin saja gimana rasanya jadi Felix.
"Pedes banget ini gila." Kata Felix mengibaskan tangannya ke wajahnya, antara kepedesan dan gerah.
Hilar menengok ke tempat sambel di depan Felix. "Ya jelas lah pedes. Sambelnya lu abisin semua bego," komentarnya sambil menoyor kepala Felix.
"Minum Lix. Ganteng lu kemakan sama sambel tuh." Tambah Jinan.
Wajah Felix saat ini sudah sangat kacau. Ingus dan keringatnya tidak ada henti-hentinya mengalir sampai Felix kewalahan sendiri mau mengelap ingus atau keringat. Setelah itu, Felix menjulurkan lidahnya saking tidak tahan dengan rasa pedas yang dirasakannya. Merasa tidak cukup meredakan pedasnya, lelaki itu beridiri sambil lompat-lopat di tempat.
"Pedes banget asuuuu. Mau mati aja gua. Mana mules lagi asem." Kata Felix frustasi menarik perhatian pelanggan lainnya.
"Lix diem deh Lix. Malu gua lama-lama temenan sama lu dari TK." Ucap Enya menarik lengan Felix agar kembali duduk di tempatnya.
Felix menurut, tapi tetap tidak bisa diam. "Aduh Nya, ini pedes banget anjing. Perut gua sakit," katanya yang sekarang memegangi perutnya yang sakit luar biasa.
"Makanya kalo ngasi sambel kira-kira. Jangan main ambil aja." Enya mengambil tisu di tasnya, mengelapi wajah Felix yang penuh keringat dicampur ingus.
Hilar yang melihatnya langsung membuang muka, berusaha tidak peduli. Padahal dalam hati memaki Felix habis-habisan.
"Mereka temenan dari TK, jadi lu gak usah cemburu sama Felix. Lu sama Enya juga masih belum jelas hubungannya." Bisik Jinan ke Hilar yang hanya dibalas anggukan kepala dengan bibir yang mengurucut.
Felix sama Enya itu teman dari TK, SD, SMP, sampai SMA. Heran juga kok bisa bareng terus, cuma ya SMP sama SMA gak sekelas. Tapi tetap saja dekat, walaupun gak banyak yang tahu kalau mereka sebenarnya sedekat itu. Jadi sikap Enya ke Felix tadi bukan apa-apa. Tidak akan membuat keduanya baper.
Enya menyodorkan minumannya ke Felix, tadi gak mau minum alasannya mau uji nyali. Akhirnya gak kuat juga. Setelah minum sebotol baru deh agak mendingan.
"Abis ini mau makan lagi apa gimana?" tanya Jinan setelah melihat Felix sudah agak baikan.
"Beli es kelapa muda dulu anjing, masi panas mulut gua." Balas Felix mengipasi lidahnya yang rasanya seperti terbakar.
"Iya-iya biasa aja anjing." Hilar ikut emosi, soalnya dari tadi Felix misuh-misuh mulu.
Kalau tempatnya sepi gak apa. Lah ini rame. Kan jadi gak enak sama pelanggan lain. Jinan yang tahu Hilar sedang tidak dalam mood bagus, diam-diam menepuk-nepuk bahu Hilar agar lelaki itu bisa sabar. Bisa-bisa mereka berdua gelut kalau Felix kepancing emosi.
Beres bayar mie ayam, sekarang gantian mencari warung yang menjual es kelapa muda. Biasanya di Borobudur banyak yang jualan es kelapa muda. Tapi tidak dengan hari ini. Sejauh apa pun mereka berjalan, tidak ada satu pun warung yang menjual es kelapa muda.
Hilar yang tadi sudah gerah karena emosi sama Felix sekarang makin gerah, "ini kenapa gak ada yang jualan es kelapa muda sih bangsat. Aus banget gua."
Enya mendengar Hilar mengumpat langsung mencubit lengannya, "heh, tadi Felix misuh-misuh marah sekarang kenapa gantian elu yang misuh-misuh?????"
"Alah bodo amat. Aus gua aussss pengen minum. Andai aja ada Heera atau Nayra yang tiap kemana-mana bawa air putih. Kan gua gak bakal dehidrasi." Ucap Hilar sambil mengibaskan tangannya ke depan wajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Hot We Young [New Version]
FanfictionMasa remaja tidak akan terulang beberapa kali, hanya sekali seumur hidup. Selagi masih remaja, lakukan semua hal yang diinginkan sebelum menyesal. End : June 4, 2019 New Version Start : May 1, 2021 End : August 4, 2021