42

1.1K 164 4
                                    

Berbeda dengan Savi maupun Heera yang berangkat ke sekolah dengan hati yang berbunga-bunga, Shirlee sungguh berada dalam kondisi sebaliknya. Dirinya kali ini sedang merutuki nasibnya yang jauh dari kata bagus pagi ini.

Ban motornya pecah di tengah jalan. Tidak ada bengkel motor di dekat sini. Gadis itu harus berjalan melewati sekolah dahulu baru bisa menemukan bengkel motor.

Berulang kali Shirlee menelpon Nancy tapi tidak ada jawaban darinya.

"Nancy lagi di jalan apa ya?" monolognya.

Tujuan Shirlee selanjutnya adalah Heera. Tetapi yang terjadi selanjutnya malah lebih buruk dari Nancy. Heera tidak menghidupkan paket datanya, menandakan gadis itu sedang berada di jalan.

Shirlee tidak mau menyerah, ia menelepon Heera menggunakan telepon biasa. Tetapi tetap sama, tidak ada jawaban dari Heera.

Berulang kali Shirlee menghembuskan napasnya kasar. Ia sudah kehabisan ide untuk meminta tolong dengan siapa lagi. Sebenarnya masih ada Savi. Namun, Shirlee yakin seratus persen kalau berangkat dengan Savi yang ada ia malah terlambat ke sekolah.

Shirlee tidak menelepon Sasha dan Nayra karena sudah tahu kalau mereka berdua tidak naik motor sendiri.

Kemudian muncul lah dua orang dipikiran Shirlee. Buru-buru gadis itu mencoba meneleponnya, siapa tahu bisa memberinya tumpangan.

Akhirnya, setelah beberapa kali menelepon tidak mendapat balasan, Shirlee berhasil dalam percobaannya yang ke sepuluh kali.

"HILAR, LU LAGI DIMANA SEKARANG?" teriaknya begitu pemilik telepon mengangkatnya.

"Buset dah, kenapa lu telpon pagi-pagi gini?" tanya Hilar dari seberang.

"BURUAN JAWAB LAGI DIMANA?" teriak Shirlee sekali lagi dengan tidak sabarannya.

"DI RUMAH ANJIR, KENAPA SIH TERIAK-TERIAK?" balas Hilar ikut berteriak membuat Shirlee sedikit menjauhkan 'handphone-nya'.

"SAMPERIN DI ALFAMART DEKET KOMPLEK GUA DONG."

Tidak ada balasan dari Hilar, yang ada malah sambungan telepon mereka yang Hilar putus sepihak. Tentu saja Shirlee ngamuk tidak karuan di pinggir jalan. Saat ia berusaha meneleponnya lagi, handphone Hilar malah dimatikan oleh pemilihnya.

"Hilar anjing, babi, buaya, kurang ajar." Umpat Shirlee sangat kesal.

Terpaksa Shirlee menelepon satu orang terakhir yang muncul di kepalanya.

"Kenapa Shir telpon pagi-pagi?" tanya seseorang di seberang.

Shirlee mengerjapkan matanya beberapa kali, tidak menyangka akan mendapat balasan secepat ini. Ia buru-buru menguasai dirinya lagi, mengesampingkan urusan hati demi sekolahnya.

"Jen, bisa bantuin gua gak? Motor gua bannya bocor, di sini gak ada beng-"

"Dimana?" potong Jeno cepat sebelum Shirlee berhasil menjelaskan kondisinya.

"'Alfamart' deket komplek gua."

"Tungguin, gua ke sana sekarang."

Setelah berkata demikian, sambungan telepon mereka terputus, lebih tepatnya Jeno dahulu yang memutuskannya. Sekarang Shirlee bisa bernapas lega.

Gadis itu memilih duduk di trotoar dengan helm yang masih terpasang di kepalanya sambil memainkan handphone-nya. Berkali-kali gadis itu mengumpati teman-temannya yang tidak ada di saat ia benar-benar membutuhkannya. Diam-diam Shirlee sedang menyusun rencana ingin membalas Hilar.

Hanya butuh waktu lima menit bagi Shirlee untuk menunggu kedatangan Jeno. Lelaki itu datang menggunakan motor ninja hitamnya membuat Shirlee menghembuskan napasnya kasar lagi.

We Hot We Young [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang