Chapter One.

140K 4.7K 32
                                    

Keesokan harinya Ellfa diperintah oleh ayahnya untuk merias diri agar terlihat cantik menyambut pengawal pribadinya yang sudah diperintahkan untuk menjaganya dari seorang mafia yang sedang mencarinya. Ellfa terheran mengapa ia harus merias diri hanya untuk menyambut sang pengawal?

HAHA... Katakanlah jika saat ini ayahnya tengah bergurau!

Setelah satu jam lewat lima belas menit ia dan ayahnya menunggu diruang makan, namun pengawal itu tidak menampakan diri juga hingga kini dirinya terkantuk karena sudah menunjukan pukul sembilan malam. Pengawal kurang ajar! Menyuruh majikannya menunggu hingga hampir larut malam. Setidaknya itulah yang Ellfa pikirkan.

"Ayah mana pengawal yang ayah maksud itu? Aku terkantuk hanya karena menunggunya hingga larut seperti ini. Kurang ajar sekali dia menyuruh kita menunggu! Hufftt... " Ujar Ellfa dengan kesal. Ia tak suka jika harus menunggu. Apa lagi menunggu yang tidak pasti seperti ini.

"Bersabarlah sayang... Pasti ia akan datang. Jangan menggerutu seperti itu. Lihatlah, dandanan yang ada diwajahmu hilang begitu saja karena kau menggerutu seperti itu." Ayahnya coba menenangkan sang putri yang tengah merajuk layaknya seorang bocah berumur lima tahun. Padahal, umurnya sudah memasuki sembilan belas tahun.

***

Dilain tempat terdapat seorang pria tampan nan gagah sedang melancarkan aksinya. Ditangannya terdapat sebuah pistol ternama yang didesain secanggih mungkin untuk menancapkan peluru dengan sangat cepat dan tepat. Tidak pernah pistol tersebut mengecewakan sang pemiliknya, selalu saja pistol itu melesatkan peluru dengan sangat pas pada sasarannya. Uhhh.. Sungguh pistol idaman para penjahat bukan? Dan dia beruntung memilikinya karena hanya diproduksi satu didunia.

"Dapat! Sialan pria tua itu. Hampir saja aku lengah. Lihat saja pak tua, putrimu akan jadi miliku." Pria itu menyeringai tajam setajam mungkin, membuat siapa saja yang melihatnya ketakutan akan itu.

***

"Selamat malam. Maaf saya terlambat tuan, tadi ada sebuah peristiwa kecil yang melibatkan saya untuk mengurusnya."

Akhirnya pengawal suruhan ayahnya pun datang. Pengawal yang Ellfa sumpah serapahi sedari tadi. Bagaimana tidak kesal? Ini sudah pukul sepuluh malam dan ia baru datang? Sungguh pegawai tidak tahu diri! Pikir Ellfa.

Melihat wajah Ellfa yang kesal membuat pengawal barunya itu tersenyum tipis, sangat tipis tidak terlihat. Dia sungguh gemas dengan perilaku gadisnya itu.

'Kau milikku sayang. Milikku. Tidak ada yang bisa menghalangi itu semua. Termasuk ayahmu itu.' Pria itu tersenyum misterius hingga siapa saja yang melihatnya tidak tahu arti senyuman itu.

"Perkenalkan ini putri saya, Ellfa. Ellfa kenalkan dia..." Ucapannya terjeda beberapa saat. Karena beliau pun tidak tahu siapa nama pengawal yang ia perintah tersebut.

Sungguh payah pak tua ini!

"Aku Elmarc. Panggil saja, Marc." Jawabnya seraya menundukan kepala sebagai simbol hormat kepada tuannya.

"Oh baiklah, Marc."

To be continue...

Exitium Mendax [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang