Chapter Twenty Six.

38.6K 1.2K 17
                                    

Ceklek.

Suara pintu terbuka terdengar sangat nyaring hingga membuat Ellfa terkejut dan segera mengalihkan pandangannya kearah pintu tersebut. Dilihatnya seorang perempuan paruh baya dengan pakaian yang cukup modis berjalan mendekatinya dengan membawa sebuah totebag berukuran sedang dilengannya. Perempuan itu sontak saja memberikannya pada Ellfa yang kini sudah berdiri dihadapannya dengan tatapan heran. Dia tersenyum manis pada Ellfa meyakinkan bahwa dirinya adalah orang baik bukan seperti yang Ellfa kira saat pertama melihatnya tadi. "Pakailah. Tuan Marc sudah menunggumu." Disodorkannya totebag itu kearah Ellfa agar dia segera memakai apa yang ada didalam totebag tersebut.

Ellfa menerimanya dengan ragu. Dia terheran semua ini. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh prianya itu? Dia sungguh tidak mengerti dengan apa yang dilakukannya saat ini, benar-benar membuatnya sangat bingung dan tak dapat berpikir jernih seperti biasanya. "Apa ini? Dan dimana Marc?" Tanyanya seraya menatap perempuan asing yang ada dihadapannya itu.

"Pakailah. Jangan banyak bertanya. Kau akan mendapatkan jawabannya nanti." Ujarnya dengan penuh keyakinan. Memberi kepastian bahwa apa yang diberikannya itu tidak akan memberikan sesuatu yang membuat dirinya celaka dan tersakiti.

"Baiklah." Ellfa menurut dan berjalan mendekati kamar mandi yang berada dikamar rawatnya itu. Setelah limabelas menit akhirnya Ellfa keluar dan sudah berganti pakaian yang telah diberikan perempuan asing itu. Gaun putih gading yang sesuai dengan warna kulitnya menambah aksen kecantikan yang dimiliki oleh Ellfa. Tak lupa dengan flatshoes yang menghiasi kaki jenjangnya senada dengan gaun yang dipakainya saat ini.

"Mari ku dandani, supaya kecantikanmu bertambah." Perintahnya yang dituruti oleh Ellfa. Perempuan itu mengeluarkan sebuah kotak besar yang dimana terdapat make up berkelas didalamnya. Tangannya saat ini sudah mulai beberapa alat yang akan digunakannya untuk merias Ellfa agar terlihat semakin menarik.

Dengan waktu yang lumayan sebentar, akhirnya Ellfa telah menampilkan tampilan yang berbeda dari sebelumnya. Tatanan make up yang tidak terlalu tebal namun tidak terlalu natural terlihat sangat pas dan elegan bagi siapapun yang melihatnya saat ini.

"Baiklah, sekarang aku akan mengantarmu kedepan untuk segera menaiki mobil yang akan membawamu kesuatu tempat." Dia menuntun Ellfa untuk berjalan kedepan pintu rumah sakit ini untuk menuju sebuah mobil yang terpakir didepan pintu masuk itu.

Setelah sampai didepan mobil, Ellfa semakin ragu untuk menaikinya. Karena terdapat pria berbadan besar tengah berdiri disekeliling mobil itu dengan pakaian hitam serta tangannya yang memegang senapan api. "Apa kau yakin jika tidak akan terjadi apa-apa?"

Perempuan asing itu tersenyum pasti kearah Ellfa. "Percayalah. Ini semua adalah rencana dari calon lelakimu." Tangannya mengusap pergelangan Ellfa dengan lembut berusaha menyalurkan keyakinan yang dia miliki.

Tanpa waktu lama akhirnya Ellfa memasuki mobil yang akan membawanya itu. Decitan serta suara deru mesin terdengar sangat jelas menandakan bahwa mobil yang dia naiki itu segera berjalan ketempat tujuan yang dia sendiri pun tidak tahu kemana arahnya.

Setelah menempuh perjalanan limabelas menit akhirnya dirinya telah sampai di tempat yang dimaksud orang-orang asing itu. Ellfa menuruni mobil itu dan berjalan menelusuri sebuah taman yang dihiasi dengan lelampuan serta beberapa rangkaian bunga edelweiss yang bertaburan membentuk gambar hati. Suasana tersebut terbilang sangat romantic bagi siapa saja yang melihatnya. Dan Ellfa yakin ini semua adalah ulah pria yang dia cintai itu.

"Kau senang?" Suara baritone itu tiba-tiba muncul yang berasal dari arah belakang tubuhnya. Ellfa berbalik mendapati Elmarc dengan setelan kemeja yang berwarna senada dengan gaunnya serta jas hitam elegan membaluti tubuh atlestis nya itu.

"Marc? Kau..." Menatapnya dengan tatapan tak percaya kearahnya. Seakan ini semua seperti mimpi. Dia pikir Elmarc benar-benar meninggalkannya seorang diri. Namun semua itu salah.

"Aku sudah berjanji bukan, bahwa aku tidak akan meninggalkanmu sampai kapanpun?" Dia mendekati wanitanya dan langsung melingkarkan tangan berototnya disekitar pinggang ramping itu.

"Maafkan aku telah meragukanmu." Wajahnya telah menempel sempurna dengan wajah Elmarc dan sudah dipastikan aroma khas Elmarc dapat dia rasakan. Matanya terpejam menikmati aroma mint yang berasal dari tubuh Elmarc itu.

"Aku maafkan. Tapi aku tidak mau itu terulang lagi." Ucapnya tegas.

"Aku janji." Jawabnya lantang. Ellfa merasakan benda kenyal milik Elmarc kini telah bersarang dibibirnya yang mungil. Decapan itu semakin terasa panas kala mereka sedang beradu lidah untuk menelusuri setiap rongga pasangannya.

Elmarc melepaskan ciuman panas itu dan menyuruh Ellfa untuk melihat kebelakang tubuhnya untuk melihat sesuatu. Disana terdapat papan yang bertuliskan 'Happy Birthday My Future Wife' Oh Tuhan... Ellfa menangis haru saat itu juga. Dirinya tidak menyangka Elmarc mengingat tanggal lahirnya yang bahkan dirinya saja lupa akan hal itu.

"Happy Twenty Years Old, My Future Wife." Bisiknya seraya memeluknya dari belakang. Dia senang melihat apa yang dilakukannya ini menuaikan hasil yang memuaskan.

"Kau senang sayang?" Tanyanya seraya membalikan tubuh wanitanya agar menghadap kepadanya. Matanya memancarkan kasih sayang yang luar biasa. Tak dapat dipungkiri bahwa Elmarc memang sangat menyayanginya.

"Sangat. Terimakasih atas semuanya." Ellfa berhambur kedalam pelukan Elmarc. Dirinya tidak bisa lagi merangkai kata-kata. Menurutnya ini semua sangat membuatnya seolah bisu. Oh Elamrc... Pria bengis nan kejam yang selalu bisa membuatnya luluh setiap harinya. Tak ada lagi pria yang dia cintai selain ayah dan dirinya. Elmarc terlalu berharga untuknya. Dan dia tidak ingin kehilangannya.

"Dan kita akan menikah dua minggu mendatang. Maka persiapkan dirimu sayang." Elmarc berujar dengan sangat tenang seolah-olah itu adalah perintah yang tidak bisa ditolak. Ellfa yang mendengarnya pun sontak melepaskan pelukan itu dan menatap mata tajam bak elang kearah Elmarc.

"Apa itu tidak terlalu cepat?" Tanyanya membuat Elmarc menatap mata teduh miliknya seolah tak terima wanitanya bertanya seperti itu. Apa itu tanda bahwa Ellfa tidak ingin menikah dengannya?

"Tidak. Bahkan aku berpikir akan menikahkanmu hari ini. Tapi setelah aku pikir kau pasti ingin menikmati pertambahan usiamu itu , maka jadilahaku beri waktu kau untuk menikmati usia duapuluh tahunmu ini dua minggu sebelum akhirnya kau menikah denganku." Ucapnya yang memang tidak masuk diakal dan diluar nalar Ellfa. Dia tidak menyangka pikiran Elmarc akan sampai ketahap itu. Benar kan yang Ellfa bilang bahwa prianya ini memang mempunyai pikiran yang diluar dari manusia biasa. Ada-ada saja.

"Baiklah. Aku turuti kemauanmu tampan." Jawabnya dengan senyum mengembang seolah dirinya sangat senang menyetujui apa yang barusan saja Elmarc ucapkan. Dirinya yakin, bahwa Elmarc mampu menjaganya dari semua marabahaya yang akan menimpanya serta dia juga sangat yakin bahwa Elmarc akan membuatnya bahagia seumur hidupnya.

To be Continue...

Aku sudah menepati janjiku, untuk Update 2 part hari ini. Gimana menurut kalian 2 part itu? Komen dibawah ya... Dan aku juga mau ngucapin selamat berpuasa, bagi kalian yang menjalankan.

Minggu, 19 Mei 2019.

Exitium Mendax [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang