Chapter Sixteen.

53K 1.8K 28
                                    

Samantha berjalan mendekati Ellfa yang sedang menatapnya bersama Elmarc tepat didekat anak tangga terakhir. Dirinya berangsur memeluk sepupunya itu dengan erat. Walaupun mereka sepupu jauh, namun hubungan keduanya cukuplah dekat. Karena selisih usia mereka yang tidak terpaut jauh itulah salah satu faktor yang membuatnya dekat.

Tak hanya itu, mereka berdua juga memiliki banyak kesamaan. Salah satunya adalah mereka sama-sama penyuka sesuatu yang berwarna pink.

"Aku sangat merindukanmu," Samantha memeluknya dengan erat, yang juga dibalas dengan pelukan tak kalah eratnya oleh Ellfa. Samantha sangat merindukan sepupunya itu, karena setelah dirinya menyelesaikan pedidikan tingkat akhir sekolahnya, Samantha melanjutkan studynya diColumbia untuk menganyam pedidikan kejenjang yang lebih tinggi disana.

Ellfa tersenyum saat melihat sepupunya kini telah kembali, seraya melepaskan pelukan hangat dari keduanya. Tak bisa dipungkiri, jika Ellfa juga sangat merindukan sosok perempuan yang ada dihadapannya ini.

"Aku juga begitu merindukanmu, kak..." Ellfa memang memanggil Samantha dengan sebutan Kak, karena memang usianya terpaut 3 tahun lebih tua dibandingkan dengan Ellfa. Usia Samantha memang sama seperti Elmarc, itulah yang membuat keduanya terlihat dekat saat semasa sekolah dulu.

"Kalian berdua memang sangat akrab rupanya," Ujar Elmarc seraya tersenyum menatap keduanya. Perempuan yang telah membuat harinya lebih berwarna.

Ellfa terdiam sesaat. Dirinya baru saja teringat kejadian tadi, dimana Elmarc kekasihnya itu bercanda gurau dengan sepupunya, Samantha. Ragu. Rasa itulah yang kini hinggap dihatinya. Entah mengapa melihat keduanya tertawa lepas membuat perasaannya gundah begitu saja. Ellfa takut jika kehadiran Samantha malah berdampak buruk dalam hubungannya dengan Elmarc. Dan Ellfa tidak mau jika itu terjadi.

"Tentu saja, Marc. Kami berdua adalah sepupu. Walaupun kita sepupu jauh, namun kita sangat dekat sekali. Bahkan kita memiliki kegemaran yang sama." Samantha tersenyum polos menatap Ellfa yang kini terdiam. Untuk saat ini, memang Samantha tidak tahu hubungan yang telah terjalin oleh Elmarc dengan sepupunya itu.

"Oh... Baguslah jika memang seperti itu. Jadi aku tidak harus menyatukan kalian berdua agar bisa dekat." Elmarc tersenyum menggoda keduanya.

Ellfa yang melihat itu pun geram. Elmarc seolah-olah tidak menyadari perubahan mimik wajah Ellfa yang kurang mengenakan. Ellfa tidak mau, jika kehadiran Samantha membuat Elmarc lupa siapa Ellfa saat ini. Ya, saat ini Ellfa sedang dilanda api cemburu oleh keduanya.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi kekamar terlebih dahulu ya... Karena badanku, sudah sangat lengket sekali minta dibersihkan." Samantha menarik koper yang dibawanya menuju kamar tamu rumah ini. Samantha memang sudah tahu, dimana letak kamar tamu rumah Ellfa. Karena dahulu, dirinya sangat sering sekali menginap dirumah Ellfa hanya untuk menghabiskan waktu dengan bercerita berbagi pengalaman yang telah dilalui oleh keduanya.

Elmarc menatap Samantha yang kini menjauh meninggalkan dirinya dan juga Ellfa. Oh betapa ia merindukan sosok perempuan lembut itu. Perempuan yang selalu saja membela dirinya saat dirinya dihina oleh teman sebayanya. Elmarc tidak mengerti mengapa Samantha begitu baik pada dirinya. Dan Elmarc telah berjanji, akan membalas semua kebaikan Samantha itu dengan menjaganya hingga Samantha memiliki seorang yang tepat untuk mendampinginya kelak.

"Apa kau mencintainya?" Ucapan Ellfa menyadarkan lamunan Elmarc yang sedang menatap kearah pintu kamar tamu miliknya. Dadanya begitu sesak saat melihat pria yang sangat ia cintai itu seakan-akan tidak menganggap kehadirannya.

Elmarc menatap tajam kearahnya seakan tidak suka dengan apa yang baru saja dilontarkan oleh calon istrinya itu. "Dengarkan aku, jika sekali saja kau bertanya pertanyaan konyol seperti itu lagi, maka siap-siaplah aku akan membawamu kedepan altar pada saat itu juga!"

Exitium Mendax [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang