Chapter Eighteen.

43.4K 1.5K 11
                                    

Ellfa terbaring dibrangkar rumah sakit dimana tubuhnya terdapat beberapa luka lebam yang membiru serta mengeluarkan cairan kental berwarna merah yang menghiasi sekujur tubuhnya yang mulus. Perempuan itu memang tidak menyadari mobil tronton bermuatan besar melaju dengan kecepatan diatas rata-rata yang dapat membuat dirinya terpelanting lumayan jauh hingga dirinya harus dilarikan ke rumah sakit dan mau tidak mau dia harus merasakan aroma obat yang sangat menyengat disekelilingnya.

Selama hampir satu jam perempuan yang menyandang sebagai kekasih Elmarc ini tidak sadarkan diri akibat kecelakaan yang hampir saja merenggut nyawanya. Melihat luka yang ada disekujur tubuh kekasihnya membuat pria berbadan kekar ini tak kuasa menahan amarahnya mengingat kejadian yang berlangsung sejak satu jam yang lalu. Dimana disana dirinya harus melihat perempuan yang di cintainya harus terpelanting akibat sebuah mobil tronton. Elmarc menggeram sejak beberapa menit lalu anak buahnya memberikan informasi jika kejadian tadi sudah di manipulasi oleh seseorang. Dirinya yang awalnya menyangkal pun akhirnya percaya jika dialah dalang dibalik ini semua, "Tidak akanku buat kau tenang. Lihat saja apa yang akan terjadi!" Elmarc seolah memupuk rasa dendam yang kian menumpuk dilubuk hatinya. Seakan janji yang sudah dirinya ucapkan tempo lalu harus dia buktikan saat ini.

Samar-samar Ellfa mendengar desisan seseorang didekatnya. Matanya terbuka sedikit demi sedikit akibat cahaya yang kian benderang membuat dirinya harus menyesuaikan cahaya itu untuk dapat diterima oleh retina matanya. Lengannya yang memar memegang keningnya yang terasa pening dibaluti dengan seonggok perban berwarna putih menghiasi wajahnya yang cantik. Tak bisa dipungkiri, walaupun dengan kondisi wajah yang terdapat luka tetap saja pancaran kecantikan itu masih ada.

Dirinya melihat ke sisi kanannya terdapat pria yang dicintainya tengah menatap dirinya. Ellfa begitu mengetahui jika pria itu sedang mencemaskan keadaanya saat ini. Ellfa langsung tersadar dari alam bawah sadarnya. Dirinya tidak boleh terlalu mudah untuk luluh karena pancaran mata legamnya itu. Mengingatnya saja sudah membuat Ellfa sesak. Air mata mengalir begitu saja dari kelopak matanya yang bulat bak boneka itu.

"Untuk apa kau berada disini?" Ellfa tidak lagi menatap Elmarc yang kini menatapnya dengan tatapan tajam seraya menggenggam erat lengannya yang terluka dengan sangat lembut. Elmarc harus bisa meyakinkan Ellfa bahwa semua yang dilihatnya sebelum dirinya tertabrak itu adalah sebuah jebakan yang dilakukan oleh sahabatnya, Samantha. Dan pria itu menyesali itu semua. Karena Samantha lah semua nya berubah. Kau tidak mengetahuiku, Samantha.

"Kau salah paham sayang." Elmarc mendekatkan wajahnya dan mengarahkan bibirnya yang sexy ke dekat bibir Ellfa yang tipis nan menggoda lalu dikecupnya Ellfa dengan perasaan gusar. Seakan ingin membagi rasa apa yang sedang ia rasakan saat ini. Elmarc akan memberi sedikit peringatan keras kepada Samantha karena telah berani mengusik hubungannya dengan Ellfa. Dan yang harus perempuan itu ketahui bahwa dirinya tidak akan segan-segan menghabisi nyawanya karena telah mengusik wanitanya.

Lenguhan Ellfa semakin keras tak kala Elmarc semakin gusar mencium bibirnya. Tangannya yang semula biasa, kini bergerilya menelusuri setiap bagian sensitif miliknya. "Aghhh... Marc, kau..." Ellfa tak kuasa menahan birahinya yang kian memuncak akibat ulah kekasihnya itu. Lengannya yang mungil semakin mendekatkan wajah kekasihnya untuk memperdalam ciuman panasnya itu.

Elmarc yang mengetahui respon dari kekasihnya itu, semakin gencar membuat Ellfa mabuk akan sentuhan yang diberikan. "Aku tidak suka saat kau marah padaku, maka berjanjilah untuk saling percaya." Ucapnya sambil mencium dan mengigit pelan leher jenjang, putih nan mulus milik wanitanya itu hingga menimbulkan jejak merah disana.

"Aku berjanji..." Seakan tanpa pemikiran yang panjang, Ellfa menuruti perkataan Elmarc itu.

***

Samantha tersenyum puas ketika melihat sepupunya itu terbaring mengenaskan di brangkar rumah sakit. Luka tak seberapa itu sebagai simbol peringatan darinya. Karena gadis kecil itu telah merebut sesuatu yang sudah menjadi miliknya. Ya, Samantha tidak akan pernah membiarkan semua itu terjadi. Dirinya seakan tidak rela, jika dia harus mengalah pada sepupunya itu. Elmarc adalah satu-satu pria pujaannya yang akan dia perjuangkan. Jika ada perempuan yang berani merebutnya, maka sudah dipastikan akan dia singkirkan jauh-jauh.

"Apakah tugasku sudah selesai?" Pria berbadan gempal mendekati Samantha yang kini tengah tersenyum kepadanya. Dirinya seolah mengucap kata terimakasih atas perbuatannya itu. Supir tronton yang pada saat itu menabrak Ellfa adalah orang yang diperintah olehnya untuk membuat gadis kecil itu celaka.

Samantha memberi sebuah amplop coklat yang dimana didalam amplop tersebut sudah terdapat nominal yang sudah dijanjikan sebelumnya. "Ambillah, dan jangan pernah membocorkan kejadian ini pada siapa pun. Mengerti?!" Otak kecilnya sedang memikirkan bagaimana cara agar Elmarc menjauhi gadis kecil yang menurutnya tidak berguna itu.

"Semua sudah ku bereskan." Pria itu tertawa puas sambil memegang amplopnya dengan mata berbinar. Tak perduli apa yang baru saja dilakukannya itu. Pria itu hanya memikirkan uang yang dia dapat untuk berpesta bersama para jalang. Menyenangkan.

"Pergilah sejauh mungkin, dan hilangkan jejakmu dari negara ini. Aku tidak ingin kau malah tertangkap dan melampiaskannya padaku." Perintahnya agar pria itu segera menjauh dari hadapannya agar tidak dapat memberikan jejak.

Pria itu tersenyum penuh arti. Namun setelahnya dia memilih pergi meninggalkan Samantha yang telah berhasil, sedikit demi sedikit untuk menyingkirkan Ellfa. Matanya memandang lurus kedepan sambil bersidekap dan memikirkan apa yang akan dia lakukan untuk benar-benar menyingkirkan Ellfa. "Tunggu waktu yang tepat, untuk membuat kau hancur gadis kecil."

Samantha mengambil telepon genggamnya mengetik beberapa digit nomor telepon yang dia tuju lalu diarahkan ke gendang telinganya. Sambungan yang terdengar membuatnya semakin senang karena akan melanjutkan permainan yang dia buat ke tahap selanjutnya. Permainan jahat yang mampu memusnahkan seorang gadis kecil yang mempu merebut Elmarc dari genggamannya. Tak menunggu waktu lama, sambungan telepon itu akhirnya membuahkan hasil yang bagus karena orang yang dia tuju mengangkat teleponnya, "Jalankan perintahku, dan aku tidak ingin kau gagal dalam menjalankan misi ini. Buat dia jauh sejauh kau bisa." Samantha memutuskan sambungan teleponnya lalu memancarkan aura kejahatan yang dia punya.

***

"Kau ingin sesuatu?" Ujar pria berbadan kekar yang terkenal akan bringasnya dan menjabat sebagai ketua agensi salah satu mafia dengan lembut menawarkan apa yang diinginkan oleh kekasihnya. Senyuman maut ala pria itu mampu membuat Ellfa kembali jatuh cinta pada prianya tersebut.

"Tidak, cukup dengan kau berada disini saja sudah membuatku senang Marc." Gadis yang diketahui sebagai kekasihnya, Ellfa tersenyum lembut membalas pertanyaan yang ditawarkan prianya. Ellfa tidak pernah menyangka jika Elmarc dapat bersikap selembut ini. Tak hanya mampu membuatnya kembali jatuh hati tapi juga mampu membuat dirinya terpesona dengan perhatian yang selama ini dia berikan. Betapa beruntungnya dia...

"Kau tidak meminta pun, aku pasti akan menemanimu disini sayang..." Elmarc menggenggam lengan kekasihnya itu dengan lembut, diciumnya dengan penuh perasaan dan menatapnya dengan penuh kasih sayang. Tak dapat dibayangkan jika Ellfa meninggalkannya disaat dirinya sedang terpuruk, dia lebih memilih mati daripada harus menjalani hari-hari temaramnya tanpa Ellfa, gadis yang dia cintai.

"Istirahatlah," Perintahnya dengan tegas dan terbantahkan. Pria itu tidak ingin jika gadisnya memikirkan sesuatu yang dapat membuatnya malah semakin memburuk.

Ellfa tidak ingin ambil pusing, dirinya langsung memejamkan matanya dan berusaha untuk terlelap merehatkan tubuhnya sejenak. Sebenarnya Ellfa ingin lebih lama lagi, bercanda gurau dengan Elmarc. Namun dia juga tidak ingin membuatnya marah karena tidak dituruti. Jadi lebih baik dirinya mengikuti apa yang diujarkan oleh pria bringas itu.

To be Continue...

Sebelumnya aku mau ngucapin terimakasih buat kalian yang udah ngucapin hbd sama ngasih doa yang baik untuk aku di Part kemarin. Semoga doa yang baiknya terkabul untuk aku, dan balik lagi ke kalian ya...

BTW, udah pada bosen ya sama cerita Ellfa dan Elmarc? HEHE... Sedih lho mereka. Aku tau percintaan mereka konfliknya berat, jadi buat kalian yang gak suka konflik berat mending gak usah baca ya :) ... Tar malah nyalahin aku karena konfliknya gak ada ujungnya hehe...

Yuk, seperti biasa komen dibawah gimana part ini menurut kalian!

See the next chapter.

Rabu, 23 Januari 2019.

Exitium Mendax [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang