Chapter Twenty.

39.6K 1.5K 14
                                    

"Berteriaklah sekencang kau bisa, karena tidak akan ada satu orang pun disini. Hanya ada antara kau dan aku. Hahaha...." Suaranya yang menggema sangat terdengar menakutkan bagi Ellfa. Perempuan itu menangis sejadi-jadinya hingga matanya yang bulat terlihat sangat bengkak. Ellfa masih melafalkan nama kekasihnya itu dalam benaknya. Dirinya masih menyimpan harapan besar akan kehadiran kekasih pujaannya. Perempuan itu sangat membutuhkan bantuannya terbebas dari situasi yang sangat menyesakkan seperti ini. Tak pernah dia bayangkan akan berada diposisi seperti ini. Ellfa sungguh sangat merasa kecewa pada Samantha, atas dasar apa dia melakukan ini semua? Ellfa sendiri pun tidak mengerti mengapa sepupunya itu melakukan tindak kejahatan seperti ini.

Pria berbadan gempal itu berjalan mendekati Ellfa yang masih berusaha untuk melepaskan ikatan yang melekat ditubuhnya. Sebisa mungkin dia harus bisa melepaskan tali sialan itu dari tubuhnya, karena dirinya tidak ingin pria berbadan gempal itu berhasil melecehkan harga dirinya sebagai wanita. Dia lebih baik mati daripada harus melayani pria jelek yang ada dihadapannya ini.

Lengan kasar milik Rex merambat ke pucuk kepala Ellfa membelainya dengan penuh nafsu. Jujur saja, Rex memang sudah tertarik pada Ellfa perempuan yang memiliki nasib tak seindah seperti parasnya itu. "Jangan berusaha terus cantik, tubuh mulus mu akan terluka jika kau terus saja berusaha melepasnya." Wajahnya yang tak tampan itu mendekati paras cantik milik Ellfa yang sudah memerah akibat tangisannya.

Ellfa berusaha berteriak sekencang mungkin agar pria itu melepaskan seuntai kain yang menutupi bibir tipis nan menggoda itu. Matanya menatap jijik ke arah Rex, seolah menyalurkan apa yang tengah dirasakannya saat ini.

"Kau ingin berbicara padaku manis? Baiklah." Rex melepaskan kain yang menutupi mulut Ellfa dengan sekali sentakan. Tak di sia-siakan kesempatan itu. Ellfa langsung berbicara dengan bringasnya agar pria itu takut dengan ucapannya itu, "Kau akan menyesal melakukan ini padaku, karena kekasih ku adalah seorang pemimpin mafia yang memiliki kecerdikan dan ketangkasan melampaui batas untuk menghabisi musuh-musuhnya. Jadi lebih baik kau lepaskan aku dari sini, jika kau tidak ingin terbujur kaku dan terkubur di dalam tanah yang sangat pengap dan menyesakkan." Ellfa berusaha meyakinkan Rex dengan ucapan-ucapan yang sebenarnya memang benar adanya.

Rex terkekeh dengan keras, seakan meremehkan apa yang baru saja di ucapkan oleh Ellfa. Dia hanya menganggap apa yang di ucapkan oleh Ellfa adalah guyonan semata agar dirinya mau melepaskan dirinya dari tempat ini. Dan tentunya Rex tidak akan membiarkannya pergi dari sini dengan mudahnya. Minimal dirinya harus mencicipi tubuh molek perempuan itu di malam yang sangat dingin ini. Ughhh... Menyenangkan sekali bukan? Rex tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatan emas ini. "Kau ingin aku lepas bukan? Maka dari itu aku mempunyai syarat agar kau dapat pergi dari sini." Tawar Rex.

Ellfa mencerna apa diucapkan oleh Rex. Dirinya merasakan sesuatu yang ganjal ketika pria itu berbicara seperti itu. Dia tidak yakin dengan syarat yang akan di berikan olehnya. "Baiklah, ucapkan padaku apa syarat itu?" Dengan terpaksa dirinya menyetujui syarat yang akan diberikan oleh Rex. Perempuan itu memang tidak mengetahui apa syarat yang akan di berikan, namun percayalah jika pria tersebut sudah melepaskan ikatan dari tubuhnya ini dirinya akan langsung mencari cara agar dapat lolos dari tempat memuakan ini.

"Bercintalah dengan ku. Bagaimana?" Rex mengangkat sebelah alisnya dan menampilkan senyuman menantangnya pada Ellfa. Dirinya harus membuat perempuan yang ada dihadapannya ini bertekuk lutut padanya. Tidak perduli akan berontakannya yang dia anggap percuma karena kekuatannya lebih besar daripada perempuan yang sedang menatapnya dengan tatapan tak percaya padanya itu.

"Aku tidak akan pernah sudi tubuh suci ku harus bersentuhan dengan tubuh mu yang dekil dan menjijikan itu." Ujarnya dengan lantang menentang apa yang baru saja diucapkan oleh Rex. Dirinya seperti menjilat air liurnya sendiri karena sempat menyetujui persyaratannya itu.

"Kau telah setuju sayang..."

Ellfa memutar balikan otak cantiknya agar dirinya dapat lolos tanpa harus melakukan hal konyol tersebut. Seketika terlintas suatu rencana yang memiliki persenan lebih tinggi untuknya dapat lolos dari tempat itu. "Baiklah, bagaimana kau lepaskan dulu ikatan ku lalu aku akan mengabulkan permintaanmu itu?" Ellfa berusaha sebisa mungkin untuk meyakinkan Rex agar segera melepaskan ikatan menyesakkan ini.

Sedikit ragu namun tak ambil pusing, Rex langsung segera melepaskan ikatan tali tambang yang sudah kumuh namun masih dapat mengikat erat tubuh mungilnya gadis itu satu persatu. Setelah dirasanya sudah terlepas semua dia langsung saja menatap Ellfa dengan tatapan nakal. "Permintaan mu sudah terkabul, kini giliran kau yang harus melaksanakan permintaan ku." Rex sungguh tidak sabar menunggu Ellfa dengan senang hati menjajakan tubuhnya kepada dirinya.

"Baiklah, tapi aku ingin kau menutup mata mu terlebih dahulu." Ellfa menatap Rex dengan menantang. Ada sesuatu yang harus dia lakukan. Dan dia berharap semua rencananya itu berhasil membawanya lolos dari sini.

Rex tidak ingin banyak tingkah, dirinya ingin Ellfa segera melakukan perintahnya. Bodoh, hati Ellfa berbicara dengan senang saat melihat Rex dengan bodohnya melakukan apa yang dirinya pinta. Ellfa langsung mengambil sebuah balok yang terletak di belakang tubuh gempal Rex, pria itu tidak menyadari jika terdapat sebuah balok yang akan digunakan Ellfa untuk,

"Argghhhh..." Balok itu mendarat sangat pas mengenai kepala Rex. Membuat Rex langsung limbun seketika. Kepala gundulnya menghasilkan cairan darah yang mengalir begitu deras hingga membuat Rex tak mampu untuk bangkit melawan gadis itu. Matanya terpejam akibat rasa sakit yang mendera di kepalanya.

Ellfa melepaskan balok yang sudah berlumuran darah itu dengan tatapan tak percaya. Matanya menatap kedua tangannya yang sudah gemetar akibat perbuatannya tadi. Dirinya sendiri pun tidak percaya jika akan seberani seperti ini. Dilihatnya Rex sudah terbujur kaku akibat darah yang mengalir terus menerus dikepalanya. Kini yang Ellfa rasakan adalah takut, takut jika nyawa Rex tidak dapat tertolong karenanya.

"Aku tidak bersalah. Aku hanya menyelamatkan diri. Ya, lebih baik aku pergi dari sini sebelum Samantha melihat semua ini." Ellfa segera berlari membuka pintu ruangan tersebut dengan penuh perjuangan, karena pintu tersebut terkunci dengan rapat hingga mau tidak mau dirinya harus mencari cara membuka pintu tersebut.

Setelah beberapa menit berusaha, akhirnya pintu itu terbuka lebar dan disambut dengan senang hati oleh Ellfa. Perempuan itu langsung serlari menuju pintu utama gudang kumuh tak terpakai itu dengan perasaan gusar. Semua rasa telah tercampur menjadi satu seakan dia telah diambang dengan kematian.

Baru saja dirinya akan berusaha membuka pintu utama tersebut, terdengar ucapan seseorang yang membuatnya terkejut sekaligus menakutkan dalam waktu bersamaan.

"Kau tidak akan bisa lari Ellfa."

To be Continue...

Maafkan aku sudah sebulan lebih gak UP. Sekarang kasih target aja ya, biar enak.

Komen: 20+
Like: 100+

Kasih tau ke aku gimana chapter ini menurut kalian. Komen sebawel-bawelnya biar greget.

Bisa?

Minggu, 3 Maret 2019.

Exitium Mendax [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang