Chapter Ten.

83.6K 2.4K 9
                                    

Kini wanita yang sudah menyandang gelar sebagai istri dari seorang Charles Renaldi tengah memasak sup untuk makan malamnya bersama sang suami tercinta. Mayni Olani. Dirinya tidak menyangka akan membangun rumah tangga bersama pria yang kejam dan telah melecehkan dirinya beberapa waktu lalu, akibat kesalahpahaman yang mengira Mayni sebagai adik dari seorang Elmarc Fransisco.

Jari-jari cantiknya tengah memotong-motong wortel untuk dijadikan sup yang akan dibuatnya sebagai menu makan malamnya. Setelah wortel tersebut terpotong kecil, akhirnya wortel itu ia celupkan kedalam air yang sudah mendidih dan telah tercampur dengan rempah-rempah.

Saat dirinya sedang asyik mengaduk-aduk sup-nya. Mayni terbayang-bayang kejadian beberapa waktu silam dimana dirinya bertemu, jatuh cinta, dan kemudian disekap hingga menjadi istri sah dari pria pujaannya. Charles Renaldi-si pemilik universitas tempatnya menimba ilmu sarjananya.

Flashback

Hari ini adalah hari yang melelahkan bagi Mayni. Bagaimana tidak? Dirinya diutus oleh ketua senat untuk menjadi panitia penyambutan pemilik Universitas yang ia pijaki selama belajar jenjang sarjananya. Berhubung Mayni adalah wakil dari ketua senat tersebut dan sang ketua tidak bisa menjadi panitia penyambutan, akhirnya Mayni-lah yang harus menggantikannya.

Diusianya yang sudah menginjak duapuluh satu tahun ini, Mayni sudah memasuki jenjang S2 dengan jurusan Manajemen Bisnis. Jangan heran jika usia duapuluh satu dia sudah mendapatkan gelar S1, karena memang Mayni termasuk mahasiswi yang terbilang cerdas dalam hal apapun. Baik dalam bidang akademik maupun nonakademik.

"Ku dengar pemilik kampus ini adalah seorang pria yang tampan. Bahkan usianya tidak jauh dari kita, yaitu 26 tahun. Ughh.. Aku semakin tidak sabar melihatnya." Ujar salah satu wanita yang kini sedang bergabung dengan dua temannya.

"Oiya? Belum bertatap muka dengannya saja, sudah membuatku basah. Bagaimana jika aku sudah bertemu dengannya, bisa kuterjang dia sampai pagi. Hahahah..." Jawab teman satunya itu dengan nada vulgar seperti membayangkan apa yang baru saja diucapkan.

Sedangkan temannya yang lain. Mempraktekan adegan yang sangat menjijikan menurut Mayni. Diremasnya gundukan yang ada didadanya dengan pelan seolah sedang bercinta. "Agrhhh.. Fuck me now, baby." desahnya yang membuat Mayni ingin sekali memuntahkan apa yang ada diperutnya. Oh ayolah, mereka sedang ada diaula dan tak jarang orang berlalu lalang sibuk dengan tugas mereka mendekor ruangan ini. Mereka dengan beraninya membicarakan hal yang tidak patut didengar oleh orang lain. Sungguh menggelikan.

Mayni mendengar ucapan senior-senior wanita sedang membicarakan sosok pemilik kampusnya itu. Dengan masa bodoh akhirnya Mayni melanjutkan tugasnya sebagai panitia yaitu merapihkan dekor yang ada diruang aula tersebut agar terlihat menarik. Dirinya tidak mau ambil pusing dengan apa yang baru saja diucapkan oleh para seniornya itu. Senior? Bukankah seharusnya mereka memberikan contoh yang baik kepada juniornya? Dan Mayni tidak melihat itu dalam diri mereka.

"Dasar wanita rempong. Tidak sadar apa, kalau yang mereka bicarakan adalah pemilik kampus ini. Kalau saja orangnya sampai mendengar ucapan wanita kurang belaian itu, kuyakin bahwa wanita-wanita tersebut akan dikeluarkan dari kampus ini." gerutu Mayni. Tangannya dengan cekatan merapihkan untaian hiasan yang ada didinding dengan penuh ketelitian. Dirinya tidak mau, apa yang sudah ia kerjakan tidak memuaskan jika dilihat.

***

Keesokan harinya tepat pada hari senin sang pemilik kampus itu datang, kini mahasiswa/i pun sibuk dengan jobdesknya masing-masing. Tak berselang lama, seorang yang ditunggu-tunggupun datang dengan mobil mewah yang ia punya. Disambutnya beliau dengan karpet merah yang menjutai panjang hingga ke aula yang memang terletak dilantai bawah.

Pria tampan berjas hitam dengan kemeja biru laut lengkap dengan dasinya, kini sudah menampakan kakinya menginjak karpet merah yang sudah dipersiapkan. Pria dengan sejuta pesona itupun akhirnya berjalan mendekati aula dengan gagahnya. Siapapun yang melihatnya pasti akan terdiam kaku begitu saja, terutama kaum hawa.

"Aku tidak menyangka jika akan setampan ini. Lihatlah, dirinya bak dewa yunani yang baru saja datang." gumam seorang mahasiswi dengan penuh antusias. Tangannya mengenggam erat sahabatnya yang kini berada disampingnya itu. Dan wanita yang sedang menggenggam tangannya itu adalah prisia, sahabat dari seorang Mayni Olani.

'Dia memang tampan. Pantas saja jika mahasiswi tergila-gila padanya.' Ujar Mayni dalam hati. Tak disangkanya pria tersebut melewati Mayni dan menatapnya dengan penuh misterius seolah ada sesuatu yang ada difikirannya.

Sontak membuat Mayni terbujur kaku saat pria itu menatapnya dengan jarak yang sangat dekat. 'Tuhan... Ada apa dengan detak jantungku?' Mayni memegang dadanya saat pria itu sudah pergi dari hadapannya.

'Kena kau manis. Aku akan membuatmu menyesal, dan membuat kakakmu itu merengek minta ampun kepadaku.' Ujar pria itu dengan senyuman smrik yang ia punya. Dan melanjutkan langkahnya meninggalkan target yang sedang ia incar itu.

***

Sudah beberapa hari Mayni melewati kegiatan rutin dikampusnya itu. Diusapnya peluh yang mengalir didahinya itu dengan kasar. Mayni tidak tahu mengapa dirinya bisa ditunjuk sebagai ketua cheers, yang membuatnya selelah ini. Padahal sebelumnya Mayni adalah anggota cheers yang tak dianggap. Mayni tak habis fikir dengan takdir yang sedang ia jalani ini.

"Kemanakah angkutan umum yang melintas depan kampus ini? Oh Tuhan, rasanya aku ingin segera merebahkan diri dikasur milikku itu." Mayni menggerutu kesal saat tak ada satupun angkutan umum yang melintas. Kakinya tersentak-sentak seolah menunjukan kekesalan yang sedang ia rasakan.

Saat Mayni sedang menunggu tak sadar jika terdapat seorang pria dibelakangnya.

"Mpphh... Mpmmmhh..." Mayni memberontak ketika ada seseorang yang membekap mulutnya. Dan tak butuh waktu lama, kesadaran Maynipun menghilang.

***

"engghh..." Mayni tersadar setelah sekian lama dirinya tertidur akibat obat bius itu. Matanya mengedarkan kesekelilingnya dan beberapa detik kemudian dirinya sadar bahwa ini adalah tempat asing. Mengetahui hal itu Mayni merasakan takut yang luar biasa, belum lagi kini dirinya terikat kuat disebuah kursi yang terletak ditengah ruangan yang sangat memuakan ini.

"Kau sudah sadar rupanya."

To be continue...

Exitium Mendax [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang