Ellfa menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya saat mendengar cerita Elmarc masuk kedalam agensi mafianya itu. Dirinya tidak percaya bahwa suami adalah seorang psikopat yang dengan tega membunuh orang yang tidak bersalah sekali pun. Tanpa sadar dirinya menjauh dan menatap seolah suaminya itu adalah penjahat yang pantas dia jauhi. Elmarc yang melihat sikap istrinya seperti itu sontak mendekat lalu berusaha mendekap lebih erat untuk menyalurkan semua perasaan yang dia rasakan. Ini yang dia takutkan, dikala dirinya menceritakan semua sisi buruknya Ellfa terkejut dan takut berada didekatnya.
"Ku mohon sayang. Aku seperti ini karena pria brengsek itu. Semua sisi baikku seakan hilang begitu saja. Kau tahu apa yang aku rasakan saat itu? Hancur. Perasaanku hancur melihat orang yang aku cintai mati dengan begitu mengenaskan didepan mataku sendiri." Air mata yang selama ini dia tahan agar tidak terlihat rapuh akhirnya menetes begitu saja tanpa diperintah. Tidak tahu harus berkata apa, yang pasti dia ingin istrinya tahu bahwa Elmarc tidak sekejam apa yang dibayangkan. Dia hanya membunuh bila orang itu sudah berani menyentuh dan mengusik apa yang telah menjadi miliknya.
Ellfa merasakan tubuh suaminya yang bergetar hebat saat tengah mendekapnya. Lengannya yang semula meronta kini terulur untuk membelai punggung tegap milik suaminya yang tidak tertutup pakaian. Ellfa merona kala menyadari itu. "Maafkan aku. Lagi-lagi aku berkata yang tidak seharusnya aku katakan. Bodoh memang. Padahal aku sudah sejak lama tahu kau adalah seorang ketua mafia yang identik dengan kejahatan. Dan aku terima dengan lapang dada. Maafkan aku, aku hanya terlalu terkejut saat mendengar penuturan yang kau katakana tadi." Ellfa lagi-lagi merasa bersalah pada suaminya. Dia semakin mengeratkan pelukannya dan semakin memperdalam wajahnya untuk memasuki kedalam tubuh Elmarc yang membuatnya sangat nyaman.
"Tidak apa-apa sayang, aku paham." Parau Elmarc. Dirinya sangat pengecut kala melihat perempuan yang dia sayangi ini menatapnya dengan ketakutan. Dia tidak ingin melihat semua itu. Yang dia ingin hanyalah membuat Ellfa nyaman berada didekatnya.
"Jangan bersedih suamiku. Maafkan aku yang membuat malam hari ini menjadi kacau. Seharusnya aku tidak menanyakan semua itu." Ellfa melepaskan pelukannya dan menundukan kepalanya. Dirinya merasa sangat bersalah ketika Elmarc menceritakan semua yang terjadi dalam hidupnya. Dia tidak menyangka semuanya seperti abu-abu. Kehidupan yang kejam dan gelap selalu mengiringi langkahnya. Dan dia juga tidak habis pikir, mengapa ayahnya dengan tega membunuh kedua orangtua Elmarc, sehingga Elmarc tumbuh menjadi kepribadian ganda. Tapi dia sangat yakin, ayahnya tidak akan seperti itu jika tidak ada masalah yang dihadapinya.
"Ssstt... Lebih baik kita lanjutkan kegiatan kita yang tertunda tadi." Elmarc langsung menindih tubuh mungil Ellfa sehingga dia berada dibawah kukungannya. Entah apa yang Ellfa lakukan membuat Elmarc seolah-olah tidak ada puasnya akan percintaan panas yang mereka lakukan saat ini.
***
Hari ini adalah akhir pekan dimana semua orang-orang ingin memanjakan tubuhnya dari penatnya aktivitas yang setiap hari digelutinya. Termasuk Elmarc dan Ellfa, sepasang suami istri ini disibukan dengan tayangan televisi yang menjadi tontonan mereka diwaktu senggangnya. Elmarc sengaja tidak mengambil pekerjaan setelah hari pernikahannya. Karena dia ingin terus disamping istrinya dan memanjakannya bak puteri kerajaan. Mungkin dengan begitu, semua ke penatan yang ada di dalam otak busuknya akan menghilang.
"Marc, apakah ayah sudah tahu jika kau adalah anak dari orang yang dibunuhnya?" Tanya Ellfa tanpa ragu. Dia tidak bisa menahan rasa penasarannya pasca cerita yang suaminya jabarkan tadi malam. Dan rasa penasarannya tertuju akan fakta apa ayahnya sudah mengetahui jika Elmarc adalah anak yang dibunuhnya sejak duapuluh tahun yang lalu?
"Ayahmu belum mengetahui semuanya sayang. Karena aku memang sengaja menyuruh bawahanku agar menutup semua akses agar ayahmu itu tidak mengetahui siapa aku. Dan ada satu hal yang belum kau ketahui." Elmarc menatap lurus ke arah sang istri yang sedang menatapnya dengan intens. Hatinya terasa semakin mendebar kala sang suami berkata seperti itu. Wanita itu hanya takut jika sesuatu itu akan menimbulkan sikap buruk pada suaminya.
Wajahnya yang terlihat menggemaskan semakin membuat Elmarc ingin sekali mengurung wanitanya itu di dalam kamar dan memadu kasih dengan panasnya. Dia sengaja mengulur waktu berbicaranya agar dapat melihat mimik wajah Ellfa dengan sedikit lama.
"Elmarc!" Ucap Ellfa sedikit menggeretak dia menarik kerah baju Elmarc agar pria itu tersadar dan melanjutkan ceritanya yang sempat tertunda itu.
"Kau sangat menggemaskan sayang." Lagi-lagi Elmarc menarik tubuh mungil istrinya kedalam dekapannya. Diciumnya pucuk kepala istrinya itu dengan penuh perasaan. Iniliah yang sikap yang paling disukai olehnya. Seolah telah mencairkan hati Elmarc yang beku ketika melihat sikap istrinya yang tengah merajuk.
"Cepat katakan! Aku tidak ingin menunda terlalu lama, Marc." Dirinya berusaha melepaskan tubuhnya dari kukungan lengan kekar milik Elmarc. Kesal. Itulah yang sedang dia rasakan saat ini. Mengapa suaminya selalu membuat dirinya penasaran? Banyak sekali bulatan-bulatan hitam yang tidak diketahui olehnya.
"Sebenarnya aku bukanlah pengawal yang disuruh oleh ayahmu untuk menjagamu. Aku telah membunuh orang itu saat dirinya sedang tengah berada di perjalanan menuju rumahmu. Kau ingat bukan? Jika aku datang sedikit agak lama? Karena aku sedang membunuh pengawal itu agar tewas tanpa bekas." Dia menjelaskan panjang lebar seolah apa yang dia ceritakan hanyalah angin lalu. Apa dirinya sudah gila? Nyawa seseorang bukanlah mainan yang dapat dengan mudahnya dia hilangkan begitu saja.
Ellfa masih terpaku saat suaminya selesai menjelaskan semua itu. Kejutan apa lagi ini? Oh Tuhan... Elmarc benar-benar manusia tidak berperasaan. Jika kejam nan bengisnya memang telah melekat di dalam dirinya sejak dulu. "Marc... Kau tahu? Menghilangkan nyawa adalah perbuatan yang sangat keji? Nyawa adalah satu-satunya hal yang sangat berharga. Tidak bisa dibeli dengan uang, dan jika kau membunuhnya dengan mudah, bagaimana nasib keluarganya?" Dia tidak habis pikir. Bagaimana jika orang yang dia bunuh adalah tulang punggung keluarganya? Bagaimana nasibnya? Dan apakah mereka akan hidup dengan layak setelah tulang punggungnya itu tiada?
"Kau jangan khawatir sayang. Dia tidak punya keluarga. Bahkan teman untuk berbagi cerita hidupnya saja, dia tak punya. Sungguh menyedihkan. Maka dari itu aku mempermudah untuk dia mengakhiri hidupnya, dengan cara membunuhnya."
Gila. Ini semua gila. Mengapa Elmarc begitu mudah mengucapkan kalimat seperti itu? Ellfa benar-benar heran dengan dirinya sendiri, mengapa dirinya ingin menikah dengan pria iblis seperti Elmarc?
"Ayah. Bagaimana dengan ayah, jika mengetahui kau bukanlah pengawal yang seharusnya menjagaku?" Matanya menajam kala Elmarc menatap dirinya dengan sorotan tatapan yang tak kalah tajam juga. Semua permasalahan ini begitu rumit dia pahami. Sebenarnya apa tujuan Elmarc membunuh pengawal utusan ayahnya itu. Tidak dapat dipungkiri jika hatinya kini merasa seperti telah tertusuk jarum yang sangat tajam dan tak bisa dikembalikan seperti semula.
"Ayah sudah tahu semuanya." Suara bariton yang sangat khas, menggema disekitaran apartemen milik Elmarc. Apartemen yang sangat Elmarc rahasiakan dari semua orang. Namun mengapa pria brengsek tersebut dapat memasuki apartemennya dengan mudah? Sial.
To be Continue...
Maaf ya kemaren lupa UP hehe^^... Komen yaksss ! ! !
Selasa, 2 Juli 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exitium Mendax [TAMAT]
Romance[ADULT STORY! 18+] Seorang gadis belia yang sudah memasuki umur 19 tahun, harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya. Mulai dari kehilangan seorang ibu, perjodohan yang berujung perceraian, dan kini ditinggalkan oleh ayahnya untuk suatu keperluan...