Kini kondisi Ellfa sudah semakin membaik. Rasa pening yang timbul akibat aktifitas berat dan pikiran berat dikepalanya telah berkurang. Elmarc benar-benar menyuruh Ellfa untuk istirahat selama dirumah sakit. Bahkan jika dirinya ingin ke kamar kecil pun harus ditemani oleh Elmarc. Pria posesif!
Ellfa menghembuskan napasnya dan memandang Elmarc yang sedang duduk dikursi samping tempat tidur rawat inapnya. Perasaan bosan tengah menyelimutinya. Hampir tiga hari setelah dia sadar, dirinya tidak pernah keluar dari kamar rawat inapnya itu. Elmarc selalu melarangnya setiap kali dirinya meminta izin untuk sekedar menghirup udara segar diluar. "Marc, aku bosan. Bisakah kita keluar untuk menikmati udara segar?" Matanya mengiba.
Sebenarnya Elmarc ingin mengajak Ellfa keluar dari kamar rawat inap ini atau bahkan membawanya keluar dari rumah sakit ini. Namun tetap saja, dirinya tidak boleh egois. Dia harus memikirkan kesehatan kekasihnya terlebih dahulu. Dokter menyarankan untuk perempuannya beristirahat total selama empat hari, agar kondisinya cepat pulih seperti sedia kala. "Waktumu hanya tinggal sehari saja, Ellfa. Bersabarlah. Aku berjanji setelah kau keluar dari rumah sakit ini, aku akan memberikan sesuatu padamu." Tangannya mengelus lembut tangan mungil Ellfa yang tidak di infus.
"Apa itu?" Rasa penasaran rupanya kian meledak-ledak kala Elmarc mengatakan jika dirinya akan memberinya kejutan. Bisakah jika hari dipercepat?
Tatapannya melembut saat melihat kekasihnya begitu senang karena mendengar ucapannya. "Maka dari itu kau harus beristirahat agar kau cepat pulih dan dapat keluar dari rumah sakit ini." Lengannya yang kekar mendorong tubuh lemah milik kekasihnya dengan lembut. Jemarinya bergerak membelai pucuk kepala Ellfa dengan penuh kasih sayang.
"Marc, ku mohon jangan tinggalkan aku lagi. Aku takut jika kejadian kemarin terulang kembali." Terlihat jelas raut wajah cemas digaris wajahnya, seakan bayang-bayang kejadian tidak menyenangkan kemarin terekam sangat jelas menghantui pikirannya itu.
"Tidak lagi sayang, aku berjanji akan menjagamu sepenuh hatiku. Maafkan aku karena kemarin aku lalai dalam menjagamu. Tapi percayalah, jika saat itu aku tidak benar-benar meninggalkanmu." Matanya yang tajam menelangsa berusaha meyakinkan wanitanya agar mempercayai apa yang baru saja dirinya ucapkan. Elmarc memang sengaja melakukan semua ini agar perempuan licik seperti Samantha jera karena telah melakukan hal yang buruk pada calon istrinya itu.
Ellfa menatap ragu kearah Elmarc. Dirinya berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa Elmarc adalah pria yang tepat untuk menjaganya dari segala marabahaya yang akan menimpanya. Ellfa tersenyum tipis lalu memejamkan matanya yang terasa sangat berat karena efek dari obat yang diminumnya beberapa menit lalu.
Elmarc tersenyum penuh kasih sayang kearah Ellfa lalu mencium keningnya cukup lama. Kini wanitanya sudah tidur dengan sangat nyenyak. Wajahnya yang menggemaskan membuat gairah Elmarc kian membara. Wanitanya ini memang selalu bisa membangkitkan jiwa lelakinya. "Bersabarlah sayang, kau akan menjadi milikku." Elmarc berbaring disamping tubuh mungil Ellfa dan memeluk tubuh wanitanya dengan lembut. Tempat tidur yang lumayan besar ini dapat menguntungkan baginya karena dirinya dapat tidur satu ranjang dengan kekasihnya.
Pukul sepuluh malam, Elmarc dikejutkan dengan bunyi ponsel miliknya yang sengaja dia letakan dimeja kecil yang berada disamping tempat tidur kamar rawat milik Ellfa. Dengan jiwa yang masih setengah sadar, akhirnya Elmarc mengangkat panggilan telepon yang berasal dari benda pipih miliknya itu. Diliriknya mata tajam itu kearah wanitanya yang masih tertidur dengan lelap tanpa menghiraukan deringan ponsel yang sangat keras dan mengejutkan. Mungkin ini adalah efek dari obat yang dia minum hingga membuat dirinya terjaga dengan sangat hikmat.
"Ada apa kau menelponku ditengah malam seperti ini? Mengganggu saja." Ujarnya dengan nada sinis pada seseorang yang telah mengganggu tidur nyenyaknya itu. Dia beranjak dari tidurnya dan berjalan perlahan mendekati jendela yang berada dikamar rawat VIP itu. Elmarc berusaha sebisa mungkin agar suaranya yang tegas itu tidak membuat wanitanya terbangun dari tidur lelapnya.
"Maafkan aku jika aku telah mengganggu. Aku tidak bermaksud untuk menganggu tidurmu. Aku hanya ingin menyampaikan bahwa semua yang kau perintahkan itu telah selesai dengan baik." Suaranya terdengar sedikit gemetar akibat ucapan sinis Elmarc tadi. Tak ada yang salah seorangpun yang berani akan boss nya yang bengis itu, terkecuali jika dia sudah bosan hidup didunia.
"Bagus! Perintahkan sepuluh orang anak buahmu itu untuk menjaga wanitaku dari jarak jauh. Karena aku tidak ingin jika kejadian buruk seperti kemarin kembali terjadi pada wanitaku. Cukup sekali aku menggunakan cara itu untuk menjebak perempuan iblis itu. Tidak lagi. Dan tidak akan pernah lagi!" Elmarc menegaskan setiap kata yang diucapkannya. Dia sangat menyesal menggunakan cara kejam itu yang melibatkan keselamatan dari wanitanya terancam. Sungguh dia hanya ingin memberi sedikit pelajaran pada perempuan iblis itu, bukan untuk membuat wanitanya itu celaka dan terluka.
Tut..tut..tut
Sambungan telepon itu terputus dari satu pihak. Elmarc segera berjalan mendekat kearah Ellfa yang tengah meringkuk bak janin didalam kandungan. Pria itu tersenyum melihat wanitanya begitu polos ketika tidur. Dielusnya pucuk kepala Ellfa dengan lembut dan penuh kasih sayang. "Maafkan aku sayang, mungkin air matamu yang sangat berharga itu akan terbuang begitu saja saat kau melihat semua yang akan aku berikan padamu." Dikecupnya pucuk kepala wanita itu dengan penuh perasaan. Dia sangat menyayangi perempuan yang ada dihadapannya ini. Bahkan dia rela mengganti nyawa Ellfa dengan nyawanya sendiri. Oh Tuhan... Dirinya tidak akan pernah bisa jauh dari wanitanya walau hanya selang sedetik saja.
Setelah dirasanya sudah cukup aman dan tepat Elmarc meninggalkan Ellfa dikamar rawat itu. Meninggalkannya sendiri tanpa ada seorangpun yang menemaninya. Sama seperti malam itu.
Semoga saja tidak ada hal buruk terjadi untuk yang kedua kalinya...
***
Matanya memerjap menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina. Lengannya yang mungil meraba disekitarnya dan mencari seseorang yang beberapa jam yang lalu tertidur disampingnya. Saat dirinya merasa seseorang itu tidak ada disampingnya, dirinya sontak terbangun dan beranjak dari tempat tidurnya. Ellfa berusaha mencari keseluruh penjuru ruangan rawatnya namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Elmarc.
"Marc kau kemana?" Air matanya mengucur begitu saja saat Elmarc mengingkari janjinya untuk tidak meninggalkannya. Memang benar jika pria itu brengsek. Dirinya sungguh tidak menyangka jika Elmarc adalah salah satunya.
"Kau berbohong Marc! Aku benci padamu." Tubuhnya limbung seolah tidak ada lagi tenaga yang bisa membuatnya bangkit. Dirinya seakan seperti kehilangan arah untuk hidup. Orang yang disayanginya kini perlahan menghilang dan pergi tanpa meninggalkan jejak. Kini hanya dirinya sendiri berada diruang yang gelap dan penuh dengan kesunyian.
Tuhan... Mengapa kau beri cobaan yang begitu berat padanya? Apakah dirinya tidak pantas untuk bahagia?
To be Continue...
Maaf atas keterlambatannya. Karena urusanku di dunia nyata yang menghambat Update cerita ini. Sebagai gantinya aku akan Update 2 part untuk hari ini ya...
Minggu, 19 Mei 2019.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exitium Mendax [TAMAT]
Romance[ADULT STORY! 18+] Seorang gadis belia yang sudah memasuki umur 19 tahun, harus menerima kenyataan pahit dalam hidupnya. Mulai dari kehilangan seorang ibu, perjodohan yang berujung perceraian, dan kini ditinggalkan oleh ayahnya untuk suatu keperluan...