Chapter Twenty Eight.

37.7K 1.2K 7
                                    

Kini mereka tidak lagi bercinta didalam kamar mandi melainkan di ranjang king size apartemen milik Elmarc. Lenguhan dan desahan menghiasi setiap sudut kamar apartemen ini. Ellfa tak henti-hentinya mengeluarkan desahannya yang membuat Elmarc semakin kian membara. Tak bisa dipungkiri ini memang bukanlah kali pertama mereka bercinta. Namun ini adalah percintaan pertama mereka setelah mereka resmi menikah. Entah apa yang membuatnya semakin terus bersemangat. Karena bercinta setelah mereka resmi menjadi sepasang suami istri membuatnya lebih leluasa daripada bercinta sebelum menikah.

"Arghh... Marc aku sampai." Ellfa menjerit ketika Elmarc menggerakan pinggulnya dengan irama yang sangat cepat membuat sang istri teriak tak tahan karena sudah ingin mencapai puncak kenikmatannya.

Berbeda dengan Ellfa. Tak ada tanda-tanda jika Elmarc akan mencapai puncak kenikmatan. Seakan dirinya telah menyiapkan stamina yang cukup besar untuk bertempur dengan Ellfa malam ini. Ellfa yang baru saja mengeluarkan cairan cintanya langsung lemas begitu saja seolah badannya tidak memiliki tulang belulang. Dilihatnya suami tercintanya masih sangat bersemangat untuk mencapai puncaknya. "Arghhh... Aku le...lahh..aghhh..." Elmarc tak menghiraukan deru suara Ellfa yang mengatakan jika dirinya sudah lemas. Pria itu justru semakin bersemangat mendengarnya, seakan suara Ellfa adalah desahan yang membangkitkan untuknya terus bercinta sepanjang waktu.

"Aku hampir sampai sayang." Setelah hampir satu jam lebih dari waktu Ellfa mengeluarkan cairannya, kini akhirnya sang suami pun mengeluarkan cairan cintanya didalam rahimsang istri. Dirinya sengaja menyemburkan cairannya di dalam karena dia ingin segera memiliki keturunan yang keluar dari rahim istrinya. Hidup dalam ke sendirian membuat Elmarc yang bengis haus akan kasih sayang dari orang sekitarnya. Dan dia ingin kasih sayang itu dia raih dari anak-anaknya kelak. Begitu indahnya dia menjadi seorang ayah yang di sayangi oleh anak dan istrinya, sepertinya saat itu ketika peristiwa memilikan itu belum terjadi.

"Arghhh..." Lenguhan Ellfa semakin keras kala Elmarc telah mencapai puncaknya dan kemudian menumpahkannya dalam rahim miliknya.

Setelah keduanya sama-sama telah mencapai puncaknya, akhirnya pertarungan itu pun berakhir. Walaupun sebenarnya yang sudah lemas hanyalah Ellfa, namun tetap saja Elmarc tidak ingin membuat istrinya itu kelelahan yang berlebih hanya untuk melayani nafsu birahinya.

Kini keduanya berpelukan dengan sangat erat seolah tak ingin dipisahkan satu sama lain. Ellfa semakin menenggelamkan wajahnya ke dalam dekapan prianya mencari kehangatan dan ketenangan yang dia butuhkan. Tak bisa di pungkiri aroma tubuh suaminya ini sangat memabukan hingga dirinya tak bisa lepas dari aroma mint itu.

"Marc.." Panggil Ellfa dengan suara sangat parau dan mata yang menatap teduh suaminya. Mata yang semula redup kini mulai menghilang karena dirinya ingin tahu lebih dalam tentang suaminya. Dia pikir ini adalah waktu yang sangat tepat untuknya menanyakan siapa Elmarc sebenarnya.

"Hmm.." Elmarc bersuara menyahut panggilan Ellfa yang kini sedang menatapnya seolah mewakilkan sesuatu yang ada di dalam isi kepala cantiknya itu.

"Aku... Ingin menanyakan sesuatu padamu, apa boleh?" Lengannya yang mungil mengelus pelan dada bidang suaminya dengan gerakan yang dapat membuat Elmarc merinding seolah elusannya itu mengundang nafsu birahinya kembali bangkit.

Elmarc meraih lengan mungil itu agar berhenti dan tidak mebangkitkan nafsunya kembali. "Jangan sekali-kali melakukan itu sayang. Karena sama saja kau membangkitkan nafsu birahi ku yang sedang meredup." Pria itu meremas lengan mungil milik istrinya yang semula berada di dada bidang atletisnya itu. Matanya menelangsa ke arah Ellfa dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Apa yang ingin kau tahu tentangku sayang?" Lengan kekar yang semula meremas pelan lengan mungil milik Ellfa kini menjalar menjadi mengelus pucuk kepalanya.

"Hmm.. Semua.. Aku ingin tahu semua tentangmu. Karena selama ini kau lah yang tahu semua tentangku, sementara aku tidak." Dia menggerutu tentang apa yang ada dibenaknya. Menurutnya ini semua tidak adil. Elmarc mengetahui apapun tentangnya, sementara dirinya sedikit pun tidak tahu apapun tentang suaminya itu.

"Tidak ada yang menarik dalam hidupku selain dirimu, sayang." Sinar matanya meredup kala ingatannya berusaha mengingat tentang kejadian yang kelam pada saat itu.

"Kau yakin ingin mendengar ceritaku?"

"Ceritakanlah Marc." Ujar Ellfa dengan sangat antusias. Dirinya seolah sangat menantikan cerita masa lalu dari suaminya itu. Karena jujur saja, selama dirinya mengenal Elmarc tidak sekali pun dia mendengar cerita masa lalunya. Mungkin dia hanya mengetahui bahwa Elmarc hanya pemimpin sekelompok agensi yang bergerak dibidang senjata tajam dan merangkap sebagai mafia. Hanya itu yang dirinya ketahui dari seorang Elmarc.

Elmarc menghembuskan napasnya dengan kasar seolah dirinya mau tidak mau menceritakan masa lalu yang sangat membuat dirinya memendam rasa benci pada ayah dari istrinya. Apa ini saat yang tepat? Huffttt... Sepertinya memang inilah saatnya istrinya itu tahu kebengisan dari ayah yang selalu dia puja itu. Dirinya tidak ingin Ellfa tahu dari orang lain. Oleh karena itu, kini adalah saatnya dia membongkar segala kebusakan ayahnya itu. "Kau tahu? Aku dulu hidup dikeluarga yang sangat menyayangiku. Mengasihiku dengan setulus hati. Memberikanku hangatnya kasih sayang. Orangtuaku dulu adalah seorang pengusaha hebat yang bergerak dibidang properti. Walaupun mereka sibuk dengan bisnisnya, namun mereka tetap memberikan kasih sayang layaknya orangtua pada umumnya." Matanya yang biasanya menyiratkan aura intimidasi kini menampilkan aura kesedihan yang luar biasa.

"Namun...Semua itu kandas. Ketika ada seorang pria brengsek yang sejak dulu menjadi musuh bebuyutan ayahku dalam bidang properti. Dia tega membunuh kedua orangtuaku didepan mataku sendiri. Bahkan usiaku saat itu masih terlalu dini untuk melihat semua yang terjadi."

Duar... Duar...

Suara tembakan menggema disetiap sudut rumah mewah ini. Kondisi barang yang sudah berantakan dan tidak berbentuk seperti semula terlihat sangat memilukan. Tangisan seorang pria cilik yang baru saja genap berusia tiga tahun semakin terus membara melihat kondisi kedua orangtuanya yang sudah tidak berdaya diatas ubin yang sangat dingin ini. Dia melirik seorang pria bersama ajudan-ajudannya itu dengan tatapan yang sangat sulit dimengerti. Lengannya yang mungil mengambil serpihan kaca yang semula dari lemari kaca yang sangat mahal. Dilemparnya serpihan kaca itu dengan kencang sehingga hampir mengenai tubuh pria brengsek yang telah membunuh kedua orangtuanya itu. Namun semua itu kandas kala pria brengsek itu menghindar dan kemudian serpihan kaca mengenai tembok dinding yang kokoh dirumahnya.

"Wow... Kau sungguh menggemaskan sekali anak kecil." Pria itu beringsut mendekati anak lelaki itu dengan sigap. Matanya mengintimidasi seolah dirinya sedang menunjukan kekuasaannya. Lengannya yang sedari tadi memegang senapan api yang paling ampuh dan mujarab untuk memusnahkan siapa saja yang ingin bermain-main dengannya.

"Pria tua biadab! Musnahlah kau dari muka bumi ini!" Pria cilik itu telah menghapus air matanya agar tidak terlihat lemah dihadapan pria tua brengsek yang sudah membuat nyawa kedua orangtuanya itu lenyap dalam sekejap.

"Oh begitu manis mulutmu anak kecil. Kau bahkan tidak tahu apa-apa tentang semua ini. Kau tahu? Orangtuamu memang pantas tinggal di neraka sana!" Emosinya kian membeludak kala anak lelaki itu mengeluarkan kata-kata yang semakin membuat dirinya tersulut emosi.

"Kaulah yang pantasnya ke neraka sana! Biadab!" Pria cilik itu melemparkan sebuah vas bunga yang berada didekatnya ke arah pria itu.

Lagi dan lagi lelaki tua itu berhasil menghindar dari serangan pria cilik yang ada dihadapannya. Berani sekali dia menentangnya. Apa dia ingin menyusul kedua orangtuanya ke neraka? Hmmm... Baiklah dia akan memberinya sedikit pelajaran rupanya. "Siapa namamu anak kecil? Aku lupa kita belum berkenalan sejak tadi." Lelaki tua itu mengulurkan tangannya ke arah pria cilik itu.

"Elmarc Fransisco. Dan aku berjanji ketika aku besar nanti akan membalas semua perbuatan ini."

"Baiklah akanku tunggu semua pembalasanmu nanti anak kecil. Aku Barack Domanic. Biar kau mudah dalam menyusut semua tentangku nanti. Hahaha..."

To be Continue...

Akhirnya bisa Up lagi, semoga terhibur yaaa^^...

Minggu, 9 Juni 2019.

Exitium Mendax [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang