Chapter Twenty Seven

39.3K 1.2K 5
                                    

Hari-hari telah berlalu. Setelah hari kelahirannya yang sangat menyenangkan baginya, kini Ellfa mulai disibukan dengan berbagai persiapan menjelang pernikahannya dengan Elmarc. Tepat pada hari ini dirinya berencana untuk mendatangi sebuah butik ternama di kota NewYork yang tidak diragukan lagi hasil dan kualitasnya. Banyak aktor-aktor Hollywood berkelas yang sering berkunjung kesini hanya untuk membeli gaun ataupun beberapa pakaian untuk keperluannya.

Mata teduh miliknya menelusuri satu persatu gaun yang terpampang nyata disekitarnya saat ini. Sedangkan Elmarc, pria itu sedang menunggunya diruang tunggu. Baginya memilih pakaian itu sangatlah membosankan, maka dari itu semua hal yang berbau busana dia serahkan semua pada calon istrinya. Selagi pakaian itu tertutup Elmarc tidak akan mempermasalahkannya.

Sepasang busana pengantin yang sangat menarik perhatiannya kini sudah berada dihadapan Ellfa. Gaun putih gading dengan bagian bawah menjutai panjang hingga mengenai ubin serta pernak pernik yang tidak terlalu berlebihan terlihat sangat elegan dan berkelas. Tak hanya itu, setelan untuk mempelai pria juga begitu sangat terasa pas jika dipakai oleh Elmarc. Pria macho dengan setelan yang macho serta senada dengan mempelai sang wanita.

"Saya ingin yang ini." Ujarnya seraya menunjukan setelan pengantin pada pegawai wanita di took tersebut. Pegawai itu mengambil gaun wanita untuk segera dicoba apakah gaun tersebut pas atau tidak ditubuh sang pembeli.

Tak butuh waktu lama akhirnya Ellfa berjalan menuju kamar ganti untuk mencobanya. Setelah dirasanya pas dirinya keluar dan berhadapan kembali didepan pegawai wanita itu. Demi Tuhan... Dia sangat menyukai gaun ini. Ditambah bagian depan yang tertutup serta bagian punggung yang tertutup membuatnya senang karena pasti Elmarc akan menerimanya sebagai gaun pernikahan mereka. Walaupun sebelumnya Elmarc telah menyuruh desainer ternama untuk membuat dua setelan lagi, namun tetap saja Ellfa ingin dihari pernikahannya itu ada salah satu setelan busana yang dia pilih sendiri. Karena menurutnya, dengan kita memilihnya sendiri akan jauh lebih puas daripada hanya memesannya.

Pegawai itu tersenyum puas melihatnya. Menurutnya Ellfa lah yang tepat untuk menggunakan gaun ini. Karena jujur saja, sejauh ini tidak ada satu orangpun yang pantas memakainya. Karena gaun serta setelan jas pria ini hanya diperuntukan untu pasangan sejati. Dari mana mereka tahu kalau Ellfa dan Elmarc adalah pasangan sejati? Dilihat dari pandangan mata mereka yang saling memancarkan kasih sayangnya satu sama lain, menunjukan mereka adalah pasangan sejati. "Ini adalah setelan pakaian pengantin yang baru saja kami pamerkan diajang bergengsi kemarin. Dengan aksen yang sangat simple namun elegan membuat siapa saja tertuju padanya. Banyak yang ingin membelinya namun sejauh ini kami tidak memberikannya. Menurut kami ini adalah setelan dengan sejuta histori karena banyak kejadian yang kami lalui untuk memamerkannya ke khalayak umum. Jadi kami ingin yang memakai setelan pengantin ini adalah orang yang tepat dimana setelan ini merupakan satu-satunya produk yang tidak akan kami produksi lagi nantinya." Ujarnya panjang lebar.

Ellfa yang mendengarnya tersenyum puas. Akhirnya dia tidak salah pilih. Gaun ini memang sangat patut diperjuangkan. Walaupun Ellfa tidak tahu histori apa yang dimaksud. Namun setelah mendengar penuturan pegawai wanita tadi, sudah bisa ditebak bahwa setelan pengantin ini memang sangat bersejarah bagi butik ternama ini.

"Apa sudah selesai sayang?" Elmarc muncul disaat yang tepat. Ellfa yang sedang mengenakan gaun elegan itu mengundang mata tajamnya hanya terfokus pada dirinya. Dia cantik. Ya, memang perlu diakuinya bahwa dengan atau tanpanya gaun tersebut Ellfa memang sangatlah cantik dimatanya.

"Bagaimana menurutmu?" Seraya memperlihatkan bagian gaun yang sangat mempesona itu pada Elmarc.

"Aku suka. Tidak terlalu terbuka dan sangat pas ditubuh mungilmu." Lengan kekarnya mengelus pelan pipi kanan Ellfa yang kini sedang merona karena sedari tadi Elmarc tengah menatapnya dengan tatapan memuja. Senyumnya merekah lebar ketika Elmarc berusaha memindahkan lengannya ke arah pinggangnya yang ramping.

"Kau cantik." Elmarc mencium pipi Ellfa sekilas membuat pipinya semakin memerah.

Pegawai butik yang sebelumnya sudah bersama Ellfa pergi entah kemana meninggalkan sepasang insane yang tengah dimabuk asmara. Tak bisa dipungkiri semua pasang mata yang berada di butik tersebut mendadak mengalihkan padangannya pada Elmarc dan Ellfa seolah-olah mereka tengah menyaksikan sebuah pertunjukan drama secara langsung.

***

Seminggu sudah berlalu. Selama seminggu pula mereka berdua sibuk menyiapkan untuk keperluan menikah yang akan dilakukan tepat pada hari ini. Banyak orang berdatangan hanya untuk memberikan selamat kepada dua mempelai yang sudah sah menjadi suami istri. Setelah beberapa jam melangsungkan resepsi pernikahan, akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat disalah satu apartemen milik Elmarc yang sudah disiapkan sebelumnya.

Di hari bahagia ini seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan untuk Ellfa. Namun entah apa yang membuatnya begitu murung dan terdiam di pinggiran kasur dengan tatapan kosong. Elmarc yang melihat istrinya murung sontak mendekat lalu diraihnya tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Lengannya mengelus lembut bahu Ellfa memberikan ketenangan. "Kau mengapa sayang?" Sesekali Elmarc mengecup pucuk kepala Ellfa dengan aroma yang membuatnya candu terhadap istrinya itu.

"Aku rindu ayahku. Seharusnya beliau ada di saat aku menikah. Namun semua tidak seperti yang aku harapkan." Suaranya terdengar sangat gemetar menceritakan semua yang mengganjal di relung hatinya.

"Percayalah ketika kembalinya ayahmu nanti, beliau akan sangat senang melihat putri semata wayangnya ini menikah." Ucapnya berusaha meyakinkan Ellfa agar dirinya tidak usaha bersedih akan ke tidak hadiran pria brengsek itu. Walaupun pria brengsek itu sudah menjadi mertuanya tetap saja namanya dendam pasti tidak akan pernah dia lupakan.

"Tetap saja Marc. Aku ingin ayahku ada saat hari bahagiaku. Lagi pula memang urusan itu lebih penting daripada aku? Huh." Gerutunya sambil memaki apa yang sedang dilakukan oleh ayahnya itu. Sudah berpuluh-puluh kali dia menghubungi ayahnya namun tetap saja dia tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.

Elmarc tak tega melihat istrinya sedang memikirkan pria brengsek itu. Seharusnya ini adalah hari yang paling bersejarah bagi keduanya, tanpa harus bersedih seperti ini. Barack. Jujur saja Elmarc mengetahui mengapa pria brengsek itu pergi sementara waktu dari orang suruhannya. Dan yang membuatnya sangat terkejut adalah beliau kini sedang terbaring lemah di rumah sakit karena melawan penyakitnya. Dia sengaja menyembunyikan penyakitnya itu agar puterinya tidak merasa khawatir akan kondisinya saat ini.

"Jangan bersedih. Seharusnya ini adalah malam pertama kita. Apa kau tidak merasa senang menikah denganku?" Elmarc merajuk agar Ellfa mengalihkan pikirannya dari hal yang membuatnya sedih. Walaupun memang ini bukanlah sikap Elmarc yang sesungguhnya. Pria kejam merajuk pada sang istri? Adalah hal yang langka bukan.

"Maafkan aku. Bukan maksudku seperti itu." Ellfa melepaskan pelukannya dan beralih menatap mata suaminya itu dengan tatapan teduh yang dimilikinya.

"Baiklah kalau begitu, mari kita lakukan apa yang seharusnya kita lakukan dimalam pertama kita." Elmarc membopong badan mungil Ellfa dengan sekali sentakan lalu dibawanya tubuh mungil itu memasuki kamar mandi yang ada didalam kamar mereka.

Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang panjang...

To be Continue...

Sempetin Up demi kalian, semoga bisa menemani liburan kalian ya... Selamat lebaran 1440 H, bagi yang merayakan minal aidzin walfaidzin.

Kamis, 6 Juni 2019.

Exitium Mendax [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang