Chapter Eight.

89.7K 3.1K 41
                                    

Ditempat yang berbeda terlihat seorang pria paruhbaya sedang terbaring lemah diranjang rumah sakit. Berbagai macam alat medis sangat setia melekat ditubuhnya. Sudah hampir beberapa hari beliau terbaring diruang rawat inap yang terdapat disalah satu rumah sakit ternama di-Canada. Namun sudah beberapa hari beliau dirawat tak ada satu orangpun yang menjenguknya.

Ya. Beliau Barack Domanic. Ayah dari seorang Ellfa Domanic. Beliau sengaja menyembunyikan penyakitnya dari puteri semata wayangnya itu. Barack tidak ingin puterinya sedih melihat kondisinya yang memperihatinkan seperti saat ini. Barack berjanji akan sembuh melawan penyakit yang dideritanya ini. Beliau tidak ingin meninggalkan puterinya seorang diri didunia ini. Setidaknya sebelum puterinya mendapatkan suami yang pantas menjaganya. Barack ingin sekali melihat puterinya menikah dengan pria yang dicintainya dan pantas untuk mendapatkannya. Semua itu untuk menebus kesalahannya dimasa lalu, dimana dirinya memaksa Ellfa menikah dengan pria brengsek untuk puterinya.

"Aku prihatin melihat kondisimu Barack. Aku ingin melihatmu membuka mata, dan memberiku tatapan tajam seperti sebelumnya."

Alfiana Diandra. Dokter cantik dan masih tergolong muda ini berasal dari Canada, memang ditugaskan untuk merawat dan menyembuhkan Barack. Pria paruhbaya yang masih terlihat tampan walau usianya sudah tidak muda lagi. Bahkan dada bidang dan perutnya yang seperti roti sobek pun masih melekat ditubuh tegapnya. Oh. Pantas saja jika anaknya sangat cantik.

"Aku akan berusaha semampuku, untuk menyembuhkanmu dari penyakit sialan itu. Karena.." Alfiana mengusap tetesan air mata yang terjatuh dipipi kanannya.

"Aku mencintaimu tuan. Aku mencintaimu dengan segenap jiwaku." Lalu tersenyum dan kemudian dirinya mendekatkan diri pada wajah Barack yang terlihat pucat itu.

Cup.

Alfiana mencium kening Barack dengan penuh kasih sayang. Dirinya ingin melihat kembali, Barack dengan tatapan tajam yang dimilikinya. "Cepat sembuh sayang." bisik Alfiana.

Alfiana tidak pernah menyangka akan jatuh cinta dengan pasiennya sendiri. Dan yang lebih gila, umur mereka terpaut sangat jauh, yaitu tigabelas tahun. Ya. Barack Domanic menginjak usia 47 tahun sedangkan dirinya 34 tahun.

****

Ellfa termenung dikamar miliknya. Dirinya seakan seperti orang bodoh yang baru saja mendapatkan kabar tidak menyenangkan. Sungguh saat ini, Ellfa merasakan dilema yang teramat sangat. Bingung akan maksud tersirat yang baru saja Elmarc ucapkan.

"Aku adalah seorang mafia yang sedang mengicarmu, sayang. Tapi tenang, aku mengincarmu bukan untuk membunuhmu melainkan untuk menjadikanmu milikku seutuhnya."

Ellfa berusaha agar menghilangkan ucapan Elmarc tersebut. Tapi tidak bisa. Sungguh dirinya tidak mengerti apa maksud dari arti 'Milikku seutuhnya'. Dan kata 'mafia'. Oh tidak, dirinya dalam bahaya.

"Arghh... Aku tidak mengerti dari semua omong kosong dirinya sungguh."

Ellfa mengusap wajahnya kasar dan membiarkan rambutnya yang terlihat indah itu seperti rambut singa yang tak diurus. Akhirnya dirinyapun terlelap untuk menghilangkan semua kepenatan yang terjadi pada hari ini.

Setelah beberapa menit Ellfa tertidur, pintupun terbuka. Menampilkan sosok gagah nan tampan milik Elmarc. Pria tersebut melangkahkan kakinya mendekati gadis yang sudah dia klaim miliknya.

"Jangan berpusing-pusing memikirkannya sayang. Ikuti saja alur yang sudahku buat." Seringaian licik terpatri diwajah bengisnya. Elmarc memilih tidur dengan mendekap Ellfa sangat erat, seolah Ellfa barang yang paling berharga yang ia punya.

***

Pagi sudah menampakan diri menyambut segenap umat manusia yang terlelap dari tidur pulasnya. Ellfa memerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang ada dikamarnya. Dan setelah kesadarannya telah terkumpul dirinya sadar akan kehadiran Elmarc yang mendekapnya sangat erat.

"Elmarc..."

Elmarc langsung mengerang mendengar panggilan yang terlontar dari mulut gadisnya. Dirinya tersenyum menyambut Ellfa, "Pagi, nona manis." Elmarc sangat manis pagi ini. Mulai saat ini, Elmarc akan berubah menjadi lebih manis kepada gadisnya. Dirinya tidak mau Ellfa takut berada didekatnya. Ya semua bagian dari rencana licik miliknya tentunya.

"Lepaskan Elmarc. Aku ingin bergegas ke kamar mandi." Ellfa berusaha memberontak dalam dekapan Elmarc. Namun yang didapat malah kesia-siaan. Elmarc semakin mengeratkan pelukannya.

"Sstt... Biarkan seperti ini." Ucap Elmarc sambil mencium kening gadisnya itu dengan penuh perasaan. Oh Tuhan. Betapa ia sangat mencintai gadisnya ini. Bahkan untuk melihat gadisnya rapuhpun dia tak sanggup. Bagaimana jika gadis ini tau kalau ibunya meninggal karena dirinya? Dia tak bisa membayangkan jika Ellfa pergi meninggalkan nya. Tidak. Tidak akan ia biarkan semua itu terjadi.

'Sungguh Tuhan, jika aku boleh jujur aku nyaman berada didekapannya. Namun aku masih ragu untuk memastikan semuanya.' batin Ellfa.

To be Continue...

Exitium Mendax [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang