Chapter Nineteen.

42.6K 1.6K 19
                                    

Ellfa yang masih terlelap dengan alam bawah sadarnya tanpa ada Elmarc disampingnya, entah kemana perginya pria itu yang pasti Ellfa hanya tinggal seorang diri di dalam kamar rawat inapnya. Tak ada satupun orang yang berjaga disana. Dan semua itu membuat orang yang berniat jahat padanya senang melihatnya. Tak bisa dipungkiri situasi inilah yang ditunggu-tunggu. "Inilah saatnya, ucapkan kata perpisahan untuk pria tersayangmu, gadis manis." Perempuan dengan bengisnya menampilkan seringai mautnya bak malaikat maut yang akan mencabut nyawa.

Ellfa tak sadar jika kini dirinya telah berada dalam gendongan lelaki yang tidak dikenalnya bersama seorang perempuan yang tak lain adalah Samantha sepupunya sendiri. Perempuan yang telah diselimuti oleh amarahnya dan rasa cemburunya membuatnya kalang kabut dan berusaha untuk memusnahkan apa saja yang membuatnya terjauh dari dirinya. "Bawa dia sejauh mungkin, bila perlu tidak usah ada di muka bumi lagi!" Matanya memerintah kepada orang yang telah di perintahkannya untuk membuat Ellfa semenderita mungkin di dunia ini dan menjauhi pria yang sudah menjadi incarannya itu.

Pria berbadan kekar dan berparas menakutkan itu mengerti apa yang di inginkan oleh bos nya tersebut. Tak usah dipungkiri, dia adalah orang yang berprofesi sebagai penjahat kelas kakap di kotanya. Banyak yang tertunduk akan perintahnya, karena memang caranya yang bengis dan kejam membuatnya patut disegani.

Hmmm...

Apa dia tak sadar jika perempuan yang akan dia musnahkan itu adalah kekasih dari seorang pemimpin mafia terbesar di negaranya?

Sehebat apapun kemampuan yang dia punya, tidak akan membuatnya berhasil dari perangkat ekstrim Elmarc. Percayalah, Elmarc adalah orang yang cerdas untuk menyamarkan diri. Maka dari itu agensi mafianya dinamai Exitium Mendax yang dalam bahasa latin artinya pendusta kehancuran.

***

"Aku ingin mengetahui seberapa cerdiknya dia untuk menghancurkan gadisku." Pria itu tengah meminum secangkir kopi dengan mata tajamnya mengarah ke layar monitor yang ada didepannya menampilkan dua orang yang berniat untuk membawa gadisnya itu pergi lewat rekaman cctv yang sengaja dipasangnya. Sebetulnya semua ini adalah sebuah pancingan agar dirinya dapat mengulik lebih dalam tentang kejahatan yang sedang mereka rencanakan. Elmarc, menjabat sebagai pemimpin agensi mafia yang terkenal akan kecerdikannya dalam melumpuhkan musuh. Dirinya bahkan mampu, membuat musuhnya tidak menyadari gerak gerik mencurigakan yang dilakukan oleh dirinya sendiri.

"Apa rencana kita kali ini akan berhasil? Karena orang yang diajak bekerja sama dengan gadis culas ini bukanlah orang yang bisa diremehkan." Ujar salah satu anak buahnya yang berdiri disampingnya dengan wajah yang sedikit agak khawatir. Jikalau rencana tersebut akan gagal.

"Mundurlah dari agensiku, karena aku tidak butuh orang yang meragukan kecerdikan ku di dalam setiap misi." Elmarc terbangun dari tempatnya duduk lalu pergi meninggalkan anak buahnya itu dengan perasaan yang sedikit tersentil oleh perkataan bos nya tadi.

"Kau hanya tinggal melakukan perintahku, dan jangan pernah mengatakan hal yang tidak pantas kau ucap padaku." Pria itu berjalan menjauhi ruangan tersebut dengan rasa jengkel akibat perkataan yang diucap oleh anak buahnya yang hanya bisa mengkritik tanpa mau dikritik itu.

"Kita lakukan rencana selanjutnya, bersiaplah untuk menuju tempat yang seharusnya." Elmarc berujar pada seluruh anak buahnya itu dengan suara lantang dan penuh penegasan di setiap katanya. Sedangkan anak buahnya menunduk patuh atas perintah bos nya itu. Mereka tidak ingin mengecewakan beliau karena setitik saja kesalahan yang mereka lakukan akan berakibat fatal dan berdampak buruk bagi mereka pribadi.

Kini mereka telah bersiap dengan pakaian serba hitamnya serta senjata tajam dan juga senapan api telah disembunyikan mereka dibalik baju hitamnya. Agensi mafia yang tidak luput dari kecerdikan, membuat mereka terlatih melumpuhkan musuh hanya dalam waktu sekejap. Semua teori berbau kecerdikan akan kejahatan berasal dari pemimpin mereka yang memang sangat ahli jika di uruskan dengan suatu hal seperti ini.

"Baiklah, ayo kita segera melakukan tugas itu agar mereka tidak curiga." Ucap salah satu anggota yang paling Elmarc percaya untuk memimpin suatu misi yang telah diberikannya. Dirinya telah berjanji akan mengabdi seumur hidupnya pada Elmarc. Karena pria itu telah membantu keluarganya dari masalah yang saat itu tidak memungkinkan mereka hidup dalam dunia yang kejam ini. Elmarc adalah pria yang baik menurutnya, sikapnya yang sangat kejam membuatnya menutupi segala kebaikan tersebut.

***

Ellfa tersadar dari tidur pulasnya dan memerjapkan kedua matanya menyesuaikan cahaya yang dihasilkan satu buah lampu yang mulai meredup dan tidak mampu menyinari ruangan yang gelap gulita disini. Ellfa baru menyadari tangan dan kakinya diikat di sebuah kursi dengan mulut tertutup, setelah matanya fokus akan keadaan sekitarnya. Takut, itulah yang dia rasakan. Tak ada seorangpun disini, bahkan Elmarc yang sudah berjanji akan menjaganya dari kejahatan tidak ada disaat dirinya membutuhkan.

Sekian lama dia memikirkan tentang pria yang telah menjabat sebagai kekasihnya itu, akhirnya dirinya berusaha sekuat mungkin melepaskan tali yang mengikat kuat dirinya disebuah kursi tua di bawah lampu temaram. Ellfa meliuk-liukan tubuhnya berusaha dengan kemampuan yang dia punya agar ikatan itu terlepas. Namun semuanya sia-sia tak ada tanda-tanda yang akan membuat tali itu terlepas, justru karena saking kuatnya dia berusaha membuat tubuhnya sakit akan gesekan yang ditimbulkan tali tersebut.

Prok prok prok...

Seorang wanita bertepuk tangan dan tertawa sekencang mungkin menggema di setiap sudut ruangan. Ellfa yang mendengar itu semua terkesiap ketika dirinya mendapati wanita yang tengah berdiri dihadapannya dengan pancaran menusuk dan wajah yang menakutkan. Samantha. Apa benar jika semua ini adalah perbuatan sepupunya? Dirinya sungguh tidak habis pikir dengannya. Betapa dia begitu menyayangi dan mempercayai Samantha sebagai sepupu yang paling dekat dengannya. Tak bisa dipungkiri dirinya merasa kecewa teramat pada sepupunya itu.

Samantha bersidekap memandang bengis kearah Ellfa yang sudah tidak berdaya dihadapannya. Tak ada rasa kasihan menyaksikan semua itu, karena inilah tujuannya membuatnya menderita pada orang yang telah berani merebut apa yang dia miliki. "Berusahalah gadis manis, karena semua itu percuma saja. Yang ada kau hanya merasakan sakit di sekujur tubuh mulusmu." Meremehkan kemampuan Ellfa yang masih berusaha melepaskan ikatannya.

Ellfa berteriak tanpa arti karena sebuah kain menutup mulutnya dengan kencang, membuatnya tak dapat berbicara dengan leluasa.

"Bicaralah dengan benar, kau seperti anjing yang sedang menggonggong di malam hari. Hahaha..." Tawanya membuat siapa saja kesal jika mendengarnya.

Ellfa memandang Samantha dengan tatapan menusuk seolah dirinya marah dan akan meluapkan emosinya. Dirinya sungguh tidak menyangka jika sepupunya akan berbuat hal sekejam ini pada dirinya. Bahkan hidupnya jauh lebih baik dari sebelumnya berkat bantuan ayahnya.

"Rex beri dia pelajaran dan buat dirinya kapok karena telah berani menentangku. Kau juga bisa menidurinya dulu jika kau mau, selamat bersenang-senang." Samantha pergi dengan senyum senang tercetak diwajahnya. Dirinya puas melihat ketakutan Ellfa yang terpancar dari mata bulatnya.

Ellfa hanya pasrah dan menangis meratapi apa yang akan terjadi pada dirinya.

Elmarc ku mohon datanglah, aku membutuhkanmu.

To be Continue...

Semakin turun like+komennya :( ... Susah emang ya, menghargai penulisnya? Baiklah terserah kalian. Kalau kalian males-malesan like+komen aku juga bakal males buat Update.

Rabu, 30 Januari 2019.

Exitium Mendax [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang