Hari itu adalah hari ahad. Seluruh desa digegerkan oleh penemuan sesosok mayat pria di kebun bambu.
Warga mulai berdatangan setelah seorang petani yang hendak pergi ke sawah di pagi buta, berteriak meminta pertolongan.Diketahui mayat pria itu adalah orang terpandang dan disegani di desa. Siapa yang tidak mengenal dokter Syarifuddin, pria bersahaja, ramah dan suka menolong. Semua orang menyukainya.
***
Basir tergopoh-gopoh menuntun sepeda motor milik tuannya. Ia tiba di rumah Raden Kerta Kesuma pukul 04:01 pagi. Entah tersasar di mana, hingga Basir baru sampai.
Berlari menuntun sepeda motor pasti sangat melelahkan, dan benar saja. Baru semenit ia menginjakkan kaki di halaman depan, tubuhnya sudah ambruk. Dibantu dua orang rewang lainnya, Basir dibawa masuk ke dalam. Hampir setengah jam ia tak sadarkan diri. Raden Kerta Kesuma segera menemuinya begitu ia siuman."Ampun Raden, saya tidak bermaksud meninggalkan dokter Syarifuddin sendirian, semalam saya ketakutan Raden." Basir bersimpuh di hadapan tuannya, kedua tangannya tertangkup. Sampai saat ini, wajahnya masih dihantui rasa takut.
"Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi ?" Raden Kerta Kesuma membuka matanya lebar-lebar, dan siap memasang telinganya untuk mendengar cerita Basir.
"Semalam..." Basir menghentikan perkataannya, ia berusaha mengatur nafas, sebelum akhirnya meneruskan kalimatnya. "Semalam kami diganggu Raden."
"Siapa yang berani mengganggu kalian ?!" Wajah Raden Kerta Kesuma berubah menjadi merah padam.
"Ampun Raden, kami diganggu arwah penasaran Nyai Darmo Raden." Basir tak kuasa membendung ketakutannya, kedua tangannya masih tertangkup.
Mendengar penjelasan lelaki di hadapannya, Raden Kerta Kesuma tidak bereaksi apa-apa. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu sejenak memejamkan kedua matanya. Basir adalah orang yang entah keberapa, ia lupa. Sudah banyak yang mengaku melihat Nyai Darmo, termasuk putrinya Rindayu. Setiap orang yang bekerja di rumahnya sebagai rewang dan emban juga kerap diganggu oleh hantu Nyai Darmo.
Suasana di dalam rumah keturunan ningrat itu masih tegang, hingga akhirnya seseorang datang mengetuk pintu rumah Raden Kerta Kesuma dan membawa kabar kematian dokter Syarifuddin.
Tubuh Basir gemetaran, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan seperti orang linglung. Kejadian semalam saja sudah membuatnya ketakutan, sekarang ia harus mendengar kabar yang membuatnya ngeri dan kaget setengah mati."Apa kau, dapat mempertanggung jawabkan perkataanmu anak muda ?!" Raden Kerta Kesuma tak sepenuhnya percaya atas kabar duka yang baru saja ia dengar.
"Benar Raden, kalau Raden tidak percaya, silahkan Raden lihat sendiri, mayat dokter Syarifuddin masih ada di kebun bambu." Tukas seorang anak muda pembawa kabar duka tersebut.
Raden Kerta Kesuma mengajak serta Basir bersamanya. Mereka bertiga pun berangkat.
***
Sesampainya di kebun bambu, Raden Kerta Kesuma mendapati tubuh dokter Syarifuddin tergolek dengan luka tusuk di bagian dada kirinya.
Melihat kondisi dokter Syarifuddin, dirinya sudah bisa menebak kalau dokter itu sudah tak bernyawa. Ia pun mendengar bisikan dari orang-orang sekitar yang ikut mengerumuni sang dokter. Mereka mengatakan bahwa dokter Syarifuddin telah meninggal, namun ia tetap memaksa untuk memeriksa denyut nadi sang dokter, ia melakukannya demi memastikan kalau prasangkanya keliru.
Ia sangat berharap, kali ini ia salah. Ia ingin menyangkalnya, Raden Kerta Kesuma tidak ingin dokter Syarifuddin mati.
Di sampingnya, Basir terduduk lemas. Wajahnya semakin ketakutan dan pikirannya tak karuan.***
Hari itu juga rencananya jenazah dokter Syarifuddin akan dimakamkan, tetapi pihak kepolisian meminta ijin pada keluarganya untuk melakukan otopsi.
Memang agak sulit menemukan siapa dan apa motif dibalik kematian dokter Syarifuddin, tidak seperti pada kasus Nyai Darmo. Kali ini, polisi tidak menemukan satu pun barang bukti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astral (Telah Terbit, Penerbit : Pustaka Tunggal Publisher)
HorrorSebuah keluarga keturunan darah biru mulai mengalami masa-masa sulit. Ialah keluarga Raden Kerta Kesuma dan Ajeng Kamaratih. Kehidupannya yang bahagia, perlahan berubah menjadi duka dan nestapa. Orang-orang di sekelilingnya terkena bala yang tak jar...