Part 15

3.7K 196 1
                                    

Sering kita temui rumah keturunan ningrat ala keraton, selalu memiliki pendopo di bagian pelatarannya, tapi tidak demikian dengan rumah milik Raden Kerta Kesuma. Satu-satunya pendopo di rumah megah itu, justru ada di halaman tengah.

Suasana sore cukup cerah, ditambah angin berembus, pepohonan yang rindang, seharusnya membuat suasana nyaman untuk sekadar duduk atau bercengkerama di pendopo.

Lain halnya dengan dua orang kakak beradik, Rindayu dan Kartika. Saat ini keduanya duduk ditemani angin. Hanya angin dan beberapa pohon. Tidak ada permainan anak-anak, gurauan atau ejekan kakak kepada adiknya, apalagi keceriaan di antara mereka.

Rindayu duduk termangu, sedangkan Kartika tertegun sejak kedatangan kakaknya, makanya ia berdiam diri tak berani menyapa. Gadis lugu itu tak mengira kakaknya akan menyusulnya ke sini. Masih teringat akan perbuatan mbakyunya, malam ketika dirinya terkunci di kamar Nyai Darmo. Kartika enggan mendekat pada kakak satu-satunya itu, tidur pun kini ia tidak mau satu kamar. Kartika takut, dan semakin takut sebab Rindayu tak pernah meminta maaf atau berusaha berbaikan dengannya. Rindayu tetap beku, sekeras batu. Ia tak mau disalahkan dan tak merasa berasalah.

Melihat kedatangan Rindayu sempat membuat Kartika berpikir untuk lari. Namun ia urungkan. Ada seorang emban sedang mengawasinya. Jadi ia merasa tak perlu khawatir. Emban itu memang tengah merapikan rumah. Kaca berukuran besar berbentuk persegi panjang yang menempel di sela-sela dinding pembatas ruang tengah dan halaman dibersihkannya menggunakan kain dan seember air sabun. Sesekali emban itu memang melirik ke arah pendopo, seolah ikut merasa cemas dan perlu berjaga.

Rindayu mengambil tempat duduk dekat adiknya, namun ada jarak setengah meter. Gadis cantik itu menatap lurus ke arah pepohonan. Memperhatikan helai daun yang berjatuhan, sejurus kemudian Rindayu menoleh ke arah adiknya dan memulai percakapan.

"Kenapa dengan rambutmu, sepertinya belum disisir ya? " Tanyanya tiba-tiba.

Adiknya spontan memegangi kepalanya dan menyisir atau lebih tepatnya menggaruk dengan jari-jarinya.

Rindayu tersenyum penuh arti, lalu mulai bercakap lagi.

"Dulu, rambutku sering disisir dan dikepang dua sama Nyai. Lalu dioles minyak kemiri, wangi sekali." Wajahnya masih menyiratkan senyum sarat makna.

"Kenapa rambutmu tidak disisir, apa ibu sedang repot mengurus romo? " Tanyanya lagi.

Adiknya menganguk, matanya beriap seolah anak kucing mendapat perhatian dari orang yang selalu mengusirnya pergi dikala lapar. Meski belum jelas bentuk perhatian itu akan berakhir dengan memberinya makan atau hanya mengelusnya atau sekedar menatap merasa iba. Tapi, pertanyaan kakaknya membuat Kartika terkesima. Terbukti ia tak berhenti memandang wajah kakaknya dengan mulut menganga. Tangannya sudah tidak menggaruk-garuk kepala. Tapi diam-diam ia memperhatikan rambut Rindayu. Memang sedikit lebih rapi karena klimis oleh minyak kemiri dan dikepang dua, meskipun tidak sama ukurannya. Satu kecil dan satunya besar, bentuknya pun tidak seperti kepang, malah seperti untaian rambut yang dijejalkan asal saja. Yang penting habis diujungnya lalu diikat menggunakan karet.

"Apa kau mau rambutmu aku kepang dan pakaikan minyak kemiri? " Tanya rindayu kemudian.

Kartika tentu tidak ingin menolak, tapi ia juga tidak bisa bilang iya. Gadis kecil itu hanya mengangguk saja, tanda setuju.
Entah dari mana Rindayu mendapatkan sisir dan minyak kemiri. Tahu-tahu sudah ada dibalik bajunya. Kartika pun bertanya.

"Dari mana mbakyu dapat sisir dan minyak? "

"Dari kamar." Jawab Rindayu singkat.

Setelah menyisir rambut adiknya, Rindayu mulai mengolesi minyak kemiri. Ia mengusap cairan pekat dan licin itu ke atas kepala hingga ujung rambut adiknya.
Kartika tidak bisa menyembunyikan suka citanya. Ia berulang kali meraba dan menepuk-nepuk rambutnya, lalu menciumi tangannya yang licin mengkilap kena minyak. "Harum" Begitu pikirnya.
Senyuman pun tak luput dari wajahnya.

Astral (Telah Terbit, Penerbit : Pustaka Tunggal Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang