Part 7

4.5K 223 9
                                    

Siang itu, matahari bersinar cukup terik, sinarnya menyelusup masuk ke dalam kamar. Ahmad terbangun dari tidur siangnya, karena terganggu oleh cahayanya yang menyilaukan mata. Lekas ia bangkit dari pembaringan bermaksud pergi ke sumur untuk mencuci wajah. Baru saja Ahmad melangkahkan kaki keluar kamar, ia dikagetkan dengan banyaknya orang yang lalu lalang di dalam rumahnya.

"Aneh, sedang apa mereka disini ?" Batinnya bertanya.

Ahmad sama sekali tidak mengenal wajah-wajah itu. Ia bertanya pada orang-orang di sekitarnya, tidak ada yang menjawab. Bahkan, salah satu dari mereka memarahinya dan menyuruhnya diam.
Suami dari Sri itu semakin kebingungan, manakala ia berjalan ke arah ruang tamu dan mendapati seseorang telah terbujur kaku dan ditutup kain.

"Ya Allah, siapa yang meninggal ?" Hatinya masih penuh tanda tanya.

Ahmad sudah tidak bisa berpikir lagi.
Ia bergegas hendak mendekati jenazah itu, tetapi orang-orang yang berkerumun di sana segera mencegahnya. Lagi-lagi sekumpulan manusia asing ini berbuat semena-mena, padahal mereka berada di dalam rumah yang jelas-jelas miliknya.

Ditengah kegaduhan, tiba-tiba seseorang datang dari arah dapur, seorang wanita berkebaya putih dengan wajah sinis, menyiratkan kebencian yang begitu dalam. Wanita itu tampak memaki dan mengacungkan jari telunjuknya ke arah Ahmad, lalu menyeringai dan terus menerus meracau tidak jelas.
Lamat-lamat Ahmad menyadari, sosok wanita berkebaya itu adalah seseorang yang tidak asing baginya.
Ketika ia coba mengamati lagi, entah mengapa pandangan matanya justru kabur, sedangkan Ahmad sendiri tidak mempunyai riwayat penyakit mata sebelumnya. Ia memicingkan kedua matanya kuat-kuat, namun wajah wanita misterius berkebaya putih makin buram. Meski Ahmad tidak berhasil mendapatkan gambaran tegas wajahnya, ia bisa mendengar dengan jelas kalau sosok itu semakin mengoceh tidak karuan, lalu berjalan cepat mendekati Ahmad, saking cepatnya wanita itu berjalan, membuat Ahmad terperanjat...karena dalam hitungan detik wanita itu sudah berdiri di depannya.

Ahmad kaget bukan main. Wanita berkebaya itu ternyata adalah Nyai Darmo.
Ahmad pun semakin hilang kesadaran.
Dengan susah payah, Ahmad mengucapkan dua kalimat Syahadat dan melantunkan ayat kursi. Entah kenapa, mulutnya kaku, padahal setiap hari ia akrab dengan ayat-ayat Allah. Dan hafal di luar kepala. Ia terus menerus berusaha.
Sampai akhirnya ia berhasil bangun dari tidurnya.

Nafasnya tersengal-sengal, matanya mengedip berkali-kali. Masih dengan perasaan takut, Ahmad mengusap wajahnya sambil membaca do'a dan ta'awudz, setelah itu kepalanya menoleh ke kiri dan meludah sebanyak tiga kali. Itulah yang diajarkan Rasulullah ketika kita mendapati mimpi buruk.
Pada dasarnya, mimpi buruk itu datangnya dari gangguan setan. Maka sudah sepantasnya Ahmad memohon perlindungan Allah, ketika dirinya merasa terancam.

Rupanya ia tertidur di ruang guru.
Dilihatnya sekeliling, tidak ada siapa-siapa. Ia melirik ke arah jam yang menempel di salah satu dinding ruangan.
"Oh, Ya Allah... Sudah waktunya pulang." Ahmad berkata lirih.
Ketika bel sekolah berbunyi, ia tak mau menunggu lama. Ahmad mengemas barang-barangnya dan segera meluncur dengan sepeda antiknya menuju kediaman Raden Kerta Kesuma.

***

"Assalammu'alaikum..." Ahmad berdiri di muka dinding pagar yang berdiri kokoh, tingginya hampir dua meter. Di tengah-tengahnya terdapat pintu gerbang terbuat dari besi.

Lama ia menunggu seseorang yang mungkin bisa membuka pintu pagar itu untuknya, namun tidak satupun muncul, barang sekelebat.

Kepalanya tampak clingak-clinguk ke dalam, matanya menyisir tiap sudut di teras, mencari si penghuni rumah megah. Tiba-tiba seseorang menepuk punggungnya.

"Sedang apa kau disini, mau cari siapa?" Seorang kakek usia sekitar 70 tahun mengagetkannya. Rambutnya yang putih tampak kusut masai, sorot matanya tidak memancarkan keramahan.

Astral (Telah Terbit, Penerbit : Pustaka Tunggal Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang