1

1K 81 6
                                    

"Istirahatlah Lis. Ayolah, aku bahkan tidak ingat kapan terakhir kali melihatmu makan."

Lisa mengerjap pelan, namun sama sekali tak berpaling.

Lisa mengerjap pelan, namun sama sekali tak berpaling

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih, Oppa." gumam Lalisa lirih, kemudian membungkuk sopan kepada pria yang sudah seperti kakak kandungnya itu.

Junmyeon menghela nafasnya panjang. Tangan kirinya bergerak menuju puncak kepala Lalisa. Beberapa kali ia menepuk pelan kepala adik iparnya itu agar setidaknya wanita itu merasa nyaman. Lalisa memandang sejenak ke arah Junmyeon, lalu perlahan mendekat- menghambur ke pelukan pria pucat tersebut. Yang dipeluk hanya bisa semakin mengeratkan pelukannya sambil sesekali mengusap punggung mungil Lalisa yang bergetar.

"Kau harus kuat, Lisa. Hyanggi tak akan suka melihat ibunya jadi seperti mayat hidup begini." ucap Junmyeon lembut.

Ya. Hyanggi. Keponakan tersayangnya itulah yang menjadi alasan mengapa dirinya berada disini, di rumah duka untuk yang kedua kalinya.

Junmyeon memandangi Hyanggi yang sedang tersenyum cantik, terbingkai diantara ratusan bunga krisan putih. Sangat kontras dengan warna pakaian yang dikenakan para tamu yang datang untuk berbelasungkawa. Masih memeluk Lalisa yang kini menangis sesenggukan, Junmyeon sesekali mengusap cairan bening yang sedari tadi sempat ingin meluncur dari pelupuk matanya. Tapi tentu dia tak boleh menangis. Tidak di depan Lisa. Walaupun Junmyeon akui dirinya bukanlah lelaki yang tegar. Ia bahkan masih ingat dulu saat kecil, ia dan adiknya Do Kyung Soo, menangis bersama karena anak anjing mereka yang mati.

Ah. Kyungsoo.

Seandainya kau masih berada di sini. Tentu Lisa tak akan sehancur ini.

Junmyeon kembali menatap foto Hyanggi. Senyum dibibirnya membentuk sebuah hati, sama persis dengan senyum hangat milik Kyungsoo yang kini sangat ia rindukan.

Mengapa kau malah mengajak Hyanggi ikut denganmu, Soo? Apa kau sangat merindukan puterimu?

"Oppa, aku sudah tidak apa-apa. Pulanglah."

Junmyeon mengalihkan atensinya kembali pada Lisa yang melepas pelukannya. wanita itu menyunggingkan senyum tipis. "Kasihan Chaeyoung-eonni. Dia pasti sangat kelelahan karena harus ikut mengurus semua ini. Aku minta maaf telah merepotkan kalian." Ucap Lisa sambil kembali membungkuk hormat pada Junmyeon.

"Kita keluarga, Lis. Jangan bicara seolah-olah kami orang lain bagimu."

Kali ini Lalisa dan Junmyeon sama-sama menoleh pada wanita cantik bergaun hitam lebar yang menghampiri mereka.

"Chaeyoung-ah.." ucap Jumnyeon langsung mengambil baki kayu berisi makanan yang tadi Chaeyoung bawa dan meletakkannya disamping Lisa. Chaeyoung melempar senyum tipis pada suaminya sebelum menatap Lisa.

"Lisa-ya, makanlah walaupun sedikit. Kau harus jaga dirimu."

Lisa mengangguk kikuk lalu tersenyum melihat kedua iparnya yang telah berbaik hati menemaninya. Tentu ia tahu betapa lelahnya Junmyeon- yang langsung pulang dengan penerbangan tercepat dari Inggris begitu ia mendengar kabar mengenai Hyanggi- dan juga Chaeyoung yang kini tengah hamil besar. Lisa agaknya menyesal karena terlalu larut dalam perasaan sedihnya sehingga tak memperhatikan diri sendiri dan orang lain. "Terima kasih, Eonni. Kalian juga istirahatlah. Aku janji akan beristirahat nanti."

Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang