"Jeon Jungkook! Sepertinya kita sudah melewati jalan ini tiga kali."
"Jungkook! Lihat! Aku bahkan sudah mulai hafal wajah nenek penjual Bungeoppang di seberang jalan sana. Kau benar-benar tidak lupa dimana rumahmu, kan?"
"Jungkook. Apa masih jauh?"
"Jungkookie~ berhenti sebentar yuk? Aku haus."
Pria bergigi kelinci itu mendengus. Ia menoleh ke kanan, menatap dingin pada sosok wanita cantik yang sejak tadi mengganggunya.
Apa-apaan wanita ini? Haus katanya?
Heol! Harusnya Jungkook yang mengatakan itu, mengingat sedari tadi dialah satu-satunya yang berjalan kaki, sementara wanita menyebalkan ini hanya membuntutinya dari dalam mobil.
Ya. Benar. Wanita bernama Lalisa itu mengemudikan mobilnya sangat pelan untuk menyamakan posisinya dengan Jungkook yang berjalan di trotoar.
Jungkook memutar bola matanya. Jika mereka bertukar posisi dimana ia adalah perempuan dan Lalisa adalah dirinya, sudah pasti sejak tadi ia akan berteriak, berpura-pura minta tolong karena takut diculik atau dilecehkan supaya ia bisa kabur dari situasi merepotkan ini.
Tapi disini dialah yang pria, lengkap dengan tampang yang mirip orang mesum, sedangkan Lalisa yang menguntitnya-walaupun dengan berat hati Jungkook mengakuinya- memiliki wajah yang cantik dan terlihat polos. Siapapun pasti akan mengira bahwa mereka hanya sepasang kekasih yang sedang bertengkar saat ini. Bukannya membela Jungkook, yang ada orang-orang akan memberinya wejangan untuk segera meminta maaf pada Lisa.
Jungkook menghentikan langkahnya, membuat Lisa ikut-ikutan menghentikan mobilnya. Seulas senyum manis terukir di bibir plum wanita itu.
"Ayo naik! Kau juga pasti lelah, kan?"
Iya. Aku lelah menghadapi wanita merepotkan sepertimu, batin Jungkook.
"Masuklah! Apa kau mau aku membukakan pintu untukmu juga? Wah, gentleman sekali~" sindir Lisa yang membuat darah Jungkook semakin mendidih. Dengan cepat, pria itu berjalan menuju pintu mobil di sisi kanan mobil, membukanya lalu menghempaskan bokongnya di jok mobil Hyundai Passo tersebut. Tak lupa ia membanting pintu mobil hingga berdebam.
Wanita disampingnya hanya terkekeh menyebalkan, "Jangan lupa safety belt nya. Kita masih harus melewati dua blok pertokoan untuk sampai ke supermarket."
Jungkook mendengus lagi sambil mematuhi apa yang dikatakan wanita itu.
Apa yang sebenarnya wanita ini lakukan padanya? Apa selama ia pingsan kemarin Lalisa diam-diam meminta dokter memasukkan sesuatu- semacam chip pengendali otak- ke kepalanya? Jungkook tidak mengerti sama sekali dengan tubuh dan hatinya yang mau-maunya menuruti semua perkataan orang asing ini, walaupun otaknya sudah menolak keras.
Ia tahu bahwa sedari dulu ia memang lemah terhadap perempuan. Itulah kenapa dirinya tak pernah membiarkan wanita manapun, kecuali adik angkatnya, untuk masuk ke dalam kehidupannya. Tapi ia tak pernah tahu bahwa dirinya bisa selemah itu pada wanita, apalagi wanita semerepotkan yang satu ini.
Jungkook mengingat-ingat kejadian beberapa jam lalu ketika dirinya masih di rumah sakit. Lalisa dengan mudahnya meminta Jungkook untuk tinggal bersama dengannya. Terlebih, wanita itu tanpa malu mendebat Junmyeon hyung yang sepertinya kakak iparnya itu, berusaha memaksa agar Jungkook diizinkan ia bawa pulang ke rumahnya.
Sebagai pihak yang masih waras, tentu saja Jungkook menolak.
Apa Lalisa sudah biasa membawa pria asing ke rumahnya?
Lalu bagaimana dengan suaminya?
Apa wanita itu sudah tergila-gila pada dirinya?
Setiap memikirkan itu, Jungkook merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
FanfictionLalisa sangat terpukul atas kematian Do Hyanggi, putri semata wayangnya. Pada hari kedua upacara pemakaman putrinya tersebut, ia bertemu dengan seorang wanita misterius yang bisa menukarkan apapun-selama barang yang ditukar memiliki nilai yang sama...