"Jadi kau pernah diancam untuk bungkam mengenai masalah ini?"
Sehun menatap Taehyung yang menganggukkan kepalanya.
"Walaupun sekarang aku sudah tak pernah bertemu mereka lagi, aku masih belum bisa membantu kalian. Dulu aku memang pernah mendengar adikmu mengatakan sesuatu, tapi sekarang aku benar- benar lupa.
Dua tahun itu waktu yang cukup lama. Ingatanku tidak terlalu baik dan banyak kejadian yang membuatku harus melupakan banyak hal, salah satunya tentang kematian adikmu. Maaf."
Junmyeon memejamkan matanya. Ia sebenarnya sudah memperkirakan hal ini, namun sedikit rasa kecewa masih hadir di hatinya. Pria itu menggeleng pelan lalu tersenyum kepada Taehyung.
"Tak perlu minta maaf. Malah aku yang harus minta maaf dan berterima kasih. Terima kasih telah menolong adikku dulu, dan maaf... Karena telah membuatmu mengalami kesulitan dengan kasus ini."
Junmyeon menyerahkan kartu namanya. "Tidak masalah jika kau tidak bisa mengingatnya sekarang. Namun jika suatu saat kau mengingatnya, atau kau menemukan suatu petunjuk yang berhubungan dengan kasus ini, sekecil apapun itu, tolong hubungi aku."
Taehyung menerima kartu milik Junmyeon itu, sementara Sehun memberikan secarik kertas kecil berisikan nomor telepon miliknya pada Taehyung juga. "Jika nanti ada seseorang yang datang mengancammu, atau jika kau membutuhkan bantuanku apapun itu, kau bisa menghubungiku."
Yixing ikut memberikan kartu namanya. "Kau juga bisa menghubungiku jika butuh bantuanku."
Taehyung membaca kartu nama Yixing, lalu tersenyum miring. "Aku tak mau menghubungimu."
Pria China itu terkekeh. "Hubungi aku sebagai teman, bukan pasien."
Taehyung menghela nafas lega. "Maaf sikapku tadi. Aku tidak sopan pada hyung semua."
Sehun menyeringai. "Memang. Aku bahkan hampir saja jatuh karena kau."
"Tidak perlu minta maaf. Kami memaklumi sikapmu, jangan khawatir." Junmyeon mengecek jam tangan mewahnya. "Sudah cukup lama kami di sini. Sudah saatnya kami pulang. Ayo Lay, Sehun."
Ketiga pria itu segera berpamitan dari apartemen Taehyung. Ketika Junmyeon dan Yixing menuruni tangga untuk menyusul Sehun ke mobilnya, tiba-tiba tangan Yixing menahan pundak Junmyeon.
"Ada apa, Lay?"
"Maaf. Aku seringkali lupa bahwa kau adalah orang yang memiliki pengaruh besar."
"Apa maksudmu?"
"Aku seringkali tak memandangmu sebagai pemimpin perusahaan besar seperti Next In."
Junmyeon tersenyum. "Aku juga tak pernah memandangmu sebagai ahli bedah jantung di rumah sakit ternama. Justru itulah mengapa kita bersahabat, bukan? Kita nyaman satu sama lain tanpa melihat status."
Yixing mengangguk, ikut tersenyum seperti Junmyeon. "Tapi untuk kali ini, bisakah aku meminta bantuanmu sebagai pemimpin Next In?"
"Hahahaha. Memangnya bantuan apa yang dibutuhkan ahli bedah jantung kita ini?" Tanya Junmyeon. "Kenapa kau serius sekali? Katakan saja."
"Aku baru terpikirkan ini, tapi bisakah aku meminta bantuanmu untuk menghubungi seseorang yang bisa menghapus postingan ilegal di website atau semacamnya? Kau punya perusahaan agensi hiburan dan media siaran ternama, jadi kupikir kau punya cara dan juga kenalan yang bisa mengontrol media massa dan mencegah cyberbullying pada seseorang."
Junmyeon memandang Yixing yang terlihat sedikit gusar. "Tentu saja. Tapi siapa yang dibully? Kau?"
"Jeongyeon."
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
FanfictionLalisa sangat terpukul atas kematian Do Hyanggi, putri semata wayangnya. Pada hari kedua upacara pemakaman putrinya tersebut, ia bertemu dengan seorang wanita misterius yang bisa menukarkan apapun-selama barang yang ditukar memiliki nilai yang sama...