"Yixing hyung... Dia sepertinya kena tembak saat kita baru mau bersembunyi... Darahnya tak mau berhenti..."
Sehun terbelalak. Ia langsung berlari mendekat ke arah Taehyung. Bisa ia lihat Yixing yang tengah berusaha menahan darah yang mengalir keluar dari lukanya, serta rasa sakitnya. Pantas saja pria itu diam saja dan tidak membantu Sehun melawan Bambam, seperti yang dilakukan Taehyung tadi.
"Hyung!" Seru Sehun sedikit panik. Pria yang lebih tua darinya hanya memberi isyarat pada Sehun untuk tenang. "Boleh aku pinjam kain, selendang atau apapun yang bisa kupakai untuk membebat lukaku? Lalu jika ada, tolong bawakan juga beberapa es batu. Aku membutuhkannya untuk kompres."
Sehun menoleh ke arah Sana, gadis Jepang itu segera berlari mengambilkan kotak P3K, kain dan semangkuk es batu yang diminta Yixing. Sementara Taehyung membersihkan beberapa noda darah yang berceceran di lantai.
Setelah Sana kembali dan Yixing selesai merawat lukanya, Sehun, Hanbin dan Taehyung dengan cekatan membantu dokter itu untuk masuk ke mobil polisi yang dipakai Sehun. Pemuda itu lalu menemui Sana sejenak sebelum pergi.
"Maafkan kami. Kedatangan kami malah membuat kekacauan di rumahmu," Sehun membungkuk sebagai tanda permintaan maaf. Sana hanya tersenyum.
"Aku mengerti kok. Ini bukan salah kalian." Sana mengepalkan tangannya erat. "Lihat saja nanti, akan kutuntut Insung Corp maupun cecunguk tadi habis-habisan selama persidangan."
"Aku bisa membantumu mencari pengacara terbaik," Ucap Sehun. "Atau setidaknya terbaik setelahmu, Sana-ssi."
Gadis itu terkekeh. "Terima kasih. Tapi aku bisa mengatasi ini. Aku juga memiliki asuransi. Lebih baik kau cepat bawa temanmu ke rumah sakit sebelum keadaannya bertambah parah."
Sehun mengangguk. Pemuda itu sekali lagi membungkuk hormat pada Sana. "Saya permisi dulu. Terima kasih banyak."
Hanbin yang kemudian muncul disamping Sehun pun ikut membungkuk hormat pada Sana. Ia lalu menoleh pada rekannya. "Aku akan mengawal Sejeong dan rekannya pulang. Kau lebih baik bergegas ke rumah sakit."
"Baiklah."
Polisi muda itu segera mengendarai mobilnya menuju rumah sakit. Beberapa kali Sehun melirik Yixing dan Taehyung yang duduk di kursi belakang melalui kaca mobil.
"Taehyung-ah... ucapanmu tadi sangat keren." Ujar Yixing dengan nafas sedikit terengah. "Terima kasih sudah menyadarkanku... Kau benar. Tidak ada yang lebih tahu tentang hidup mati seseorang... Kecuali Tuhan."
Taehyung menghela nafasnya. Ia masih memegangi kompres es di atas luka Yixing. "Hyung, lebih baik kau jangan banyak bicara sekarang. Istirahatlah."
"Sehun. Kalau begitu kau saja yang bicara... Coba ceritakan bagaimana bisa ada wartawan di sana? Apa... Kau menelponnya? Aku butuh memikirkan sesuatu untuk mengalihkan rasa sakit ini."
"Ya. Sebenarnya aku sudah mengirimi pesan singkat pada Sejeong sebelum kita pergi dari rumah sakit. Aku mengatakan bahwa malam ini kita akan mengambil barang bukti, dan Sejeong bilang dia ingin ikut melihatnya.
Saat kita menuju rumah Sana, aku menyadari bahwa kita diikuti. Ada mobil yang mencurigakan yang selalu menjaga jarak lima meter di belakang kita. Disisi lain, Sejeong juga mengabari bahwa dia sudah sampai di rumah Sana. Akhirnya kukatakan padanya untuk bersembunyi dahulu, karena kita sedang diikuti.
Saat kalian masuk ke dalam ruang kerja Sana, Sejeong menelponku. Ia mengatakan bahwa ia melihat mobil berhenti di depan rumah Sana. Saat itu juga Sejeong menawarkan diri untuk merekam Bambam dan rekanannya secara diam-diam, lalu aku setuju.
Akhirnya kami berbagi tugas. Aku sebagai pengorek informasi sekaligus pengalih perhatian dari Bambam, sementara dia meliput berita. Sisanya kami berimprovisasi. Ide menyiarkannya secara live juga murni idenya Sejeong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
FanfictionLalisa sangat terpukul atas kematian Do Hyanggi, putri semata wayangnya. Pada hari kedua upacara pemakaman putrinya tersebut, ia bertemu dengan seorang wanita misterius yang bisa menukarkan apapun-selama barang yang ditukar memiliki nilai yang sama...