9

319 42 8
                                    

"Lalisa... ssi?"

Lisa mengendurkan pelukannya pada Jungkook ketika pemuda itu menyebut namanya. Tubuh kekar pria itu terasa sangat dingin, ditambah dengan baju dan jaketnya yang basah.

"Sssh... diam dulu. Kami akan merawat lukamu. Okay?"

Lalisa menatap Jungkook dengan tatapan memohon, dalam hatinya berharap agar Jungkook kali ini mau bekerja sama.

"Tinggalkan aku."

"Tapi-"

"Kumohon tinggalkan aku."

"Dasar, keras kepala sekali."

DUAK!

Lisa memukul tepat di tengkuk belakang Jungkook hingga membuat pemuda itu pingsan seketika. Yixing hanya menggelengkan kepalanya pelan sebelum ikut berjongkok di samping Lisa.

"Sebenarnya aku ingin memarahimu karena berbuat kasar pada pasien. Tapi dia memang merepotkan, sih. Jadi hanya untuk kali ini aku akan membiarkanmu. Ya sudah. Ayo bantu aku."

Lisa tersenyum. Ia tidak menyia-nyiakan waktu untuk segera melepaskan jaket Jungkook yang basah, kemudian membersihkan beberapa bagian tubuh sang pemuda dari noda darah. Yixing juga tak kalah sibuk. Ia mensterilkan tangan Jungkook, membebat tekan lukanya dengan perban dan mengangkat tangan pemuda itu hingga di atas kepala. Dokter muda itu juga melepaskan mantelnya lalu ia pakaikan pada Jungkook.

"Sip. Sudah selesai. Semoga dia bisa bertahan sampai kita kembali ke rumah sakit." Yixing merapikan kotak obat yang ia bawa. "Bantu aku untuk memapahnya sampai mobil ya."

Lisa mengangguk. Kedua orang itu segera mengangkat Jungkook untuk berdiri. Untung saja rumah abu itu cukup dekat dari apartemen Jungkook. Mereka bisa menyusul Jungkook tepat waktu.

Lisa membaringkan Jungkook di jok belakang mobil dengan hati-hati. Tangan Jungkook yang terluka ia posisikan tetap di atas posisi jantung pemuda itu.

"Kumohon bertahanlah." Lisa membelai rambut Jungkook sebelum ia kembali duduk di belakang kemudi mobilnya. Yixing yang melihat itu hanya memandang Lisa dan Jungkook dalam diam. Ia lebih memilih untuk duduk di samping Jungkook lalu mengencangkan safety belt di tubuh Jungkook agar pemuda itu tidak banyak bergerak.

Perjalanan menuju rumah sakit cukup sepi. Yixing berkali-kali mengecek keadaan Jungkook, memastikan bahwa pemuda itu masih menghembuskan nafasnya.

"Lisa, setelah ini belok kiri saja. Jalan itu lebih dekat ke pintu gerbang utara rumah sakit."

"Baiklah, oppa."

Dokter muda itu kini memandangi sosok Lisa dari balik jok mobil, lalu memandang Jungkook lagi secara bergantian.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Yixing kembali mengingat kejadian dua puluh menit lalu, ketika ia dan Lisa meninggalkan apartemen si pemuda mabuk itu.

"Wow, sudah lama aku tidak melihat sisi liarmu, Lis." Celetuk Yixing sambil mendaratkan bokongnya di jok mobil di samping Lisa.

"Dia membuatku emosi. Aku tidak tahan."

"Lalu bagaimana cara kita mencari Jun-Guk sekarang?"

Lisa terlihat mengetuk-ngetukkan jarinya pada stir mobil. "Oppa."

"Ya?"

"Apa oppa pernah mengandalkan firasat oppa dalam mengambil tindakan darurat?"

"Hah?"

"Aku tanya, apa oppa pernah mengandalkan firasat oppa dalam mengambil tindakan darurat?"

Yixing menggeleng. "Tentu saja tidak. Jika aku hanya mengandalkan firasat, pasienku bisa mati. Memangnya kenapa?"

Once AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang