Jungkook segera menutupi wajahnya dengan buku menu yang ada di mejanya. Pemuda itu sebisa mungkin menghindar dari kemungkinan untuk bertemu Mingyu.
Jungkook mengingat lagi saat-saat dimana Kim Mingyu masih menjadi temannya dulu. Pria itu sering berbagi cerita apapun Jungkook. Mereka berdua sangat dekat hingga Jungkook menganggapnya sebagai saudara.
Sebelum akhirnya Mingyu membocorkan identitasnya sebagai Golden Rabbit pada salah satu mafia judi terkenal di Gocheok, demi nominal uang yang cukup fantastis.
Mingyu adalah alasan utama mengapa ia membenci kata teman sekarang.
Jungkook mendengus tanpa sadar ketika ia mengintip dari balik buku menu, melihat tangan Mingyu yang sedang menepuk pundak Lisa. Pria itu sepertinya sedang berusaha menarik perhatian Lisa. Walaupun wanita itu hanya tersenyum kaku sebagai bentuk formalitas.
'Hei, kau tahu kan perusahaan tempatku bekerja itu, Next In Group? Kabarnya boss ku selain memiliki TV Next In dan GY Entertainment, dia masih memiliki satu anak perusahaan lagi yang bergerak di bidang makanan. Hanya saja pendiri dan pemilik sah dari perusahaan makanan itu sebenarnya bukan boss ku, tapi adiknya.'
'Adiknya sudah meninggal. Jadi kepemilikan perusahaan itu jatuh ke istrinya. Bayangkan jika aku bisa menikahi istrinya! Bukankah kepemilikan perusahaan itu akan jadi milikku?'
Jungkook memejamkan matanya. Ia baru sadar bahwa 'sang istri' yang dimaksud Mingyu dulu adalah Lisa. Apa itu berarti Junmyeon hyung adalah boss dari Mingyu?
Jungkook berjanji dalam hatinya. Ia akan membantu Lisa dan Junmyeon agar terhindar dari rencana jahat Mingyu. Sama seperti ketika mereka membantu Jungkook untuk bangkit dari keputus asaannya.
***
"Chanyeol hyung."Chanyeol mengalihkan perhatiannya dari handphonenya kepada seseorang yang tadi memanggilnya.
"Ada apa, Jim?"
"Aku mendengarmu kemarin saat menelpon Chaeyoung. Kau akan membuat lagu baru lagi?"
Saat ini, Chanyeol dan partnernya, Park Jimin tengah menikmati pelayanan pesawat kelas eksekutif menuju Korea. Konser mereka di Jepang kemarin sukses seperti konser-konser sebelumnya. Kini mereka kembali lagi untuk menyelesaikan jadwal kegiatan mereka yang lain.
"Kalau memang nanti ada ide, kenapa tidak?" Tanya Chanyeol balik.
"Bagaimana kau bisa dengan mudah menulis lirik lagu yang bagus hyung? Ajari aku." Pinta Jimin sambil menatap Chanyeol penuh harap.
Jimin selalu iri pada Chanyeol, rekan satu grup sekaligus seniornya di industri hiburan. Walaupun grup mereka berdua baru saja memenangkan award sebagai grup penyanyi pria terbaik di Korea, Jimin harus mengakui bahwa pencapaian itu dapat diraih bukan hanya karena talenta menari dan suara emas miliknya saja. Peran Chanyeol sebagai rapper, komposer musik dan penulis lirik lagu bagi grup juga memiliki pengaruh yang besar. Berkat pria jangkung itu juga, best song award selalu jatuh di tangan grupnya.
"Sudah kubilang, bukan? Aku tidak perlu mengajarimu, Jim. Satu-satunya yang kau butuhkan hanyalah muse. Cari muse-mu sendiri."
Jimin memutar bola matanya malas. Chanyeol selalu mengatakan hal yang sama. Muse ini dan muse itu. Ayolah, muse atau sumber inspirasi dari seorang seniman, adalah seperti harta karun. Tentu saja Jimin tidak akan mudah mendapatkannya.
"Aku sudah mencoba mencari muse-ku. Tapi tetap saja aku tidak bisa menemukannya."
"Kalau begitu, ya cari lagi."
Jimin mendengus. "Bagaimana caranya kau menemukan J-muse mu, hyung?"
"Aku hanya perlu ke rumah sakit untuk mencari J-muse." Chanyeol tersenyum. "Bagaimana kalau kau ikut denganku besok ke rumah sakit? Siapa tahu kau bisa menemukan muse-mu."
Jimin memasang wajah datar sambil mengalihkan pandangannya datar.
"Oke, kalau kau tidak percaya adanya muse tidak masalah. Pokoknya untuk comeback kita tiga bulan kedepan, aku ingin kau mencoba membuat satu lagu. Genre nya terserah padamu. Setuju?" Tantang Chanyeol.
Jimin kembali menatap Chanyeol, seringaian muncul di wajahnya. "Apa yang akan hyung berikan padaku jika aku bisa membuatnya?"
"Aku akan mempromosikanmu untuk debut solo ke Junmyeon hyung."
Mata Jimin berbinar. Ia lalu mengajak Chanyeol untuk melakukan high five. "Deal."
***
"Kau sebenarnya juga tahu kan kalau keluargamu dalam bahaya, Suho?"Yixing menyandarkan punggungnya di sofa ruang tamu Junmyeon. Dokter itu menatap sahabatnya yang kini tengah duduk di hadapannya dengan wajah serius.
"Akan selalu ada orang jahat yang mau menyakiti dan menjatuhkan kami."
"Lalu mengapa kau diam saja?"
"Banyak hal yang kupertimbangkan, Lay." Suho menghela nafasnya. "Sejak polisi yang menangani kasus adikku mengundurkan diri, aku sudah tidak percaya lagi dengan kepolisian. Belum lagi kondisi Lisa yang sangat down waktu itu. Rumor-rumor buruk juga bertebaran, membuat saham perusahaanku turun drastis. Aku tidak bisa sembarangan untuk mempertahankan kasusnya."
"Lalu kau akan terus diam saja?"
Junmyeon menggeleng. "Aku sudah menyewa bodyguard secara diam-diam untuk mengawasi keluargaku dan juga keluarga Lisa selama ini."
Giliran Yixing yang menggeleng. "Kalau begitu kau harus mengganti bodyguardmu. Hyanggi sudah menjadi korban karena ketidakbecusan suruhanmu. Dia meninggal akibat diracun."
Junmyeon melongo. "Benarkah?"
"Ya, aku datang malam-malam kesini untuk memberitahukanmu hal itu. Aku sudah menyelidiki berkas catatan kesehatannya. Hanya itu yang bisa kusimpulkan untukmu."
"Oppa..."
Junmyeon dan Yixing menoleh bersamaan ke arah Chaeyoung yang tengah berdiri sambil memegangi perutnya. Wajahnya pucat dan tubuhnya sedikit bergetar. Junmyeon langsung berlari menghampiri istrinya.
"Sayang, kau kenapa?!" Tanya Junmyeon panik sambil memegangi pundak Chaeyoung.
"Aku tidak apa-apa, hanya saja tadi aku muntah karena terlalu mual..."
Junmyeon menatap Yixing. "Lay, tolong cepat periksa istriku."
Yixing menatap balik Junmyeon dengan bingung. "Apa aku terlihat seperti dokter kandungan bagimu? Cepat hubungi dokter kandungan pribadinya! Aku akan mencoba membantu untuk membuat keadaannya lebih baik."
Yixing membantu Chaeyoung untuk berjalan menuju kamar wanita itu. Sementara Junmyeon menghubungi dokter kandungan yang merawat istrinya dengan gusar.
*
*
*
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
FanfictionLalisa sangat terpukul atas kematian Do Hyanggi, putri semata wayangnya. Pada hari kedua upacara pemakaman putrinya tersebut, ia bertemu dengan seorang wanita misterius yang bisa menukarkan apapun-selama barang yang ditukar memiliki nilai yang sama...