Jeongyeon sedang menonton TV bersama ibundanya di kamar rawatnya ketika Yixing dan Momo datang menjenguknya. Pria sipit itu membungkuk hormat pada Kim Tae Hee yang sedang mengupas apel di tangannya. Momo pun tak ketinggalan untuk ikut memberikan salam.
"Selamat malam Nyonya Yoo." Sapa Yixing dan Momo bersamaan.
Kim Tae Hee tersenyum cerah melihat ada lagi teman Jeongyeon yang datang menjenguk. Ia bersyukur banyak orang yang peduli pada puterinya. Sejak dari pagi ia selalu menerima tamu yang tak bukan adalah orang-orang dari staf rumah sakit sendiri. Baik itu laki-laki maupun perempuan.
"Selamat malam. Silahkan duduk. Pas sekali aku sudah selesai mengupas apel. Ayo kalian juga ikut makan ya."
"Ah tidak perlu, Nyonya Yoo. Kami hanya ingin menjenguk Jeongyeon dan melihat keadaannya." Ucap Yixing.
"Kalau begitu aku titip Jeongyeon ke kalian sebentar ya. Aku harus keluar untuk membeli sesuatu. Kalian ngobrol saja dengan nyaman disini."
Wanita itu segera meraih tas selempangnya lalu keluar dari kamar rawat puterinya. Yixing dan Momo lalu mengambil tempat duduk di samping ranjang Jeongyeon.
"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Momo yang langsung meraih tangan Jeongyeon. "Cepat sembuh. Aku tidak punya teman mukbang jika kau sakit begini."
Baik Jeongyeon maupun Yixing tertawa mendengar perkataan polos Momo. Jeongyeon sendiri hanya pura-pura cemberut.
"Kau makan disini saja selama aku sakit. Bawakan aku makanan dari kantin juga. Makanan untuk pasien rasanya tidak enak. Untung ibuku hari ini membawakan bekal makanan."
Kedua gadis itu lalu mengobrol seru, memperbincangkan tentang berbagai hal yang sama-sama menarik minat mereka. Yixing hanya diam sambil memerhatikan Jeongyeon. Syukurlah gadis itu sudah bisa tersenyum lagi.
Yixing beranjak dari duduknya demi berdiri di samping kaki kiri Jeongyeon yang dibalut gips. Pria itu mengeluarkan spidol permanen dari sakunya, lalu mulai menulis dan menggambar karakter kartun dinosaurus di atas balutan gips tersebut. Jeongyeon dan Momo secara otomatis menghentikan obrolan mereka dan menatap bingung kepada satu-satunya lelaki di ruangan itu.
"Apa yang sedang kau tulis?" Tanya Jeongyeon.
"Cari tahu sendiri dong. Dokter Yoo Jeongyeon kan pintar." Celetuk Yixing sambil berkacak pinggang, puas melihat hasil karyanya di balutan gips tersebut.
"Kau menulis dengan bahasa mandarin. Aku tidak mengerti."
Yixing tersenyum lebar. "Sengaja. Kau dulu pernah memintaku untuk mengajarkanmu bahasa mandarin kan? Aku akan mengajarimu jika kau berhasil mencari tahu arti kalimat ini. Plus, aku akan memberikan hadiah untukmu. Setuju?"
"Tunggu dulu. Tulisanmu tidak rapi. Tidak bisa dibaca." Protes Jeongyeon.
"Aku tahu bagaimana cara menulis biasa dan cara menulis resep obat, Jeongyeonie. Yang pasti, ini tulisanku yang paling rapi. Jadi jangan banyak alasan."
Jeongyeon terdiam sejenak sebelum menatap Yixing dengan sorot mata penuh semangat. Senyum di bibirnya merekah. Ia senang mendapat tantangan seperti ini. "Jika aku bisa, apa aku boleh meminta apapun yang kumau?"
Yixing mengelus dagunya, pura-pura berpikir keras. "Boleh, tapi sesuai dengan kadar kesulitan soal yang kuberikan. Akan ada banyak soal jebakan untukmu. Jadi bersiaplah."
Jeongyeon tertawa kecil. Kadang gadis itu lupa bahwa lelaki dihadapannya ini adalah dosennya dulu.
"Deal! Zhang seonsaengnim!"
Tepat sekali, Kim Tae Hee kembali ke kamar rawat Jeongyeon. Kedua tamu itu langsung berpamitan karena mereka masih memiliki shift malam.
Yixing dan Momo berjalan beriringan menyusuri koridor rumah sakit. Tiba-tiba Momo menahan lengan dokter ahli jantung tersebut, membuat pria itu menatap gadis di sampingnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
FanfictionLalisa sangat terpukul atas kematian Do Hyanggi, putri semata wayangnya. Pada hari kedua upacara pemakaman putrinya tersebut, ia bertemu dengan seorang wanita misterius yang bisa menukarkan apapun-selama barang yang ditukar memiliki nilai yang sama...