Manik mata Hyanggi terbuka. Gadis kecil itu mengerjap, mencoba memandang sekelilingnya. Ada Jungkook disana, tengah duduk sambil menelungkupkan wajahnya di sisi ranjang tempatnya berbaring sekarang. Pemuda itu masih menggenggam tangan Hyanggi dengan erat.
Gadis kecil itu lalu melihat Jisoo, seorang dokter dan perawat. Bibinya itu terlihat sangat sedih ketika mendengar kata-kata yang diucapkan oleh dokter muda itu.
"Mohon maaf, tapi pasien sudah meninggal dunia. Kami dari pihak rumah sakit turut berduka cita."
Hyanggi menatap Jungkook dengan ekspresi yang sulit ditebak. Tangan kecilnya yang bebas ia gunakan untuk mengelus surai pemuda yang tengah menggenggam tangannya yang lain. Gadis itu lalu memandang sang dokter muda.
"Boleh Kookie berada disini dulu, paman dokter?" Tanya Hyanggi dengan tatapan penuh harap. Dokter Sungjae terlihat terkejut ketika mendengar Hyanggi yang tiba-tiba bicara padanya. "Tolong jangan pindahkan Kookie ke manapun dulu. Banyak yang masih ingin Hyanggi katakan pada Kookie. Eomma juga."
Sungjae hanya menganggukkan kepalanya. Permintaan anak ini toh tidak melanggar peraturan rumah sakit, selama tidak lebih dari dua jam. Dokter muda itu bersama dengan perawat Dahyun di sampingnya lalu memohon diri pada Jisoo dan Hyanggi, hingga akhirnya keduanya pergi dari kamar rawat.
Jisoo mengamati Hyanggi yang masih terus mengelus rambut Jungkook dengan lembut, seakan gadis kecil itu ingin meninabobokan pemuda yang jauh lebih tua darinya. Perlahan, Jisoo menepuk puncak kepala Hyanggi, membuat gadis kecil itu mendongak menatap bibinya.
"Hyanggi sangat dekat dengan Kookie, ya?" Tanya Jisoo hati-hati sambil memberikan secarik kertas berisikan tulisan tangan Hyanggi yang masih belum rapi. "Hyanggi tahu kemana Kookie tadi pergi?"
Gadis kecil itu menggeleng. "Hyanggi tidak tahu, bibi Jichu. Tapi Hyanggi tahu, Kookie tadi pergi untuk menemukan eomma."
Jisoo mengerjap. Ia teringat pada cerita Lisa mengenai pencariannya untuk menemukan Jungkook hingga ke rumah abu dulu. Sahabatnya itu mengatakan bahwa ia hanya mengandalkan firasatnya, seakan memang terdapat hubungan batin yang kuat antara Lisa dengan Jungkook.
Jisoo menyadari sesuatu. Jika Jungkoo sudah kembali ke rumah sakit, apa ini berarti Jungkook sudah menemukan Lisa melalui firasatnya? Lalu di mana sahabatnya itu sekarang?
Jisoo meraih gawainya. Ia memeriksa kotak pesan masuk, hingga akhirnya gadis itu melengkungkan senyum penuh kelegaan. Terdapat satu pesan singkat dari Lisa.
Nalalila~
Aku dalam perjalanan menuju rumah sakit. Terima kasih sudah menjaga Hyanggi untukku. Maaf membuatmu panik.Jisoo mengangguk tanpa sadar saat membaca pesan Lisa. Setelah selesai membaca pesan tersebut, perhatiannya teralihkan lagi pada Hyanggi. Dari mana gadis kecil itu tahu bahwa diantara Lisa dan Jungkook saling memiliki hubungan telepati yang kuat sehingga bisa saling mencari keberadaan masing-masing?
Jisoo juga baru menyadari sikap Hyanggi yang janggal. Normalnya, Hyanggi akan banyak bertanya mengenai siapa Jungkook, mengapa ia dirawat di rumah sakit, atau pertanyaan standar lainnya, mengingat mereka masing-masing tak pernah bertemu dalam keadaan sadar.
Namun Hyanggi menunjukkan sikap yang sebaliknya. Dia jelas mengenal Jungkook, bahkan memanggilnya dengan akrab. Gadis kecil itu tak pernah bertanya perihal mengapa ia tiba-tiba memakai kalung mutiara di lehernya. Ia bahkan tahu bagaimana cara membuat Jungkook kembali tersadar, dengan memberikan kalung yang ia pakai.
Jisoo menatap Hyanggi dengan perasaan was-was. Sudah jelas, Hyanggi tahu semua yang terjadi padanya, termasuk semua misteri yang diciptakan oleh kalung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Again
FanfictionLalisa sangat terpukul atas kematian Do Hyanggi, putri semata wayangnya. Pada hari kedua upacara pemakaman putrinya tersebut, ia bertemu dengan seorang wanita misterius yang bisa menukarkan apapun-selama barang yang ditukar memiliki nilai yang sama...