Alasan

101 11 3
                                    

"Diantara banyak orang, kenapa kamu suka dia?"

"Memangnya apa yang kamu suka dari dia?"

"Kamu suka dia karena apa?"

"Aku lihat dia biasa aja deh, kenapa kamu suka dia sampai sebegitunya?"

Adalah pertanyaan-pertanyaan yang sering menyapa telinga, namun hanya sanggup kujawab "entahlah."

Memangnya apa yang mereka harapkan sebagai jawaban ketika aku bahkan tidak tahu apa yang membuatku jatuh ke arahmu.

Karena fisik?
Sebagian mengatakan kamu memang lumayan menarik untuk dipandang. Sebagian lagi menganggap kamu biasa saja, termasuk aku.
Namun aku tidak tahu apa yang kamu tambahkan pada senyummu hingga semanis itu di mataku?

Aku paham betul, ketika aku mulai jatuh,  bukan penampilanmu yang selalu memenuhi isi kepala. Aku hanya suka memperhatikan setiap detail pada dirimu, ekspresimu, kebiasaanmu, gerakan tubuhmu, tatap matamu, lalu kuingat lekat-lekat setiap inci dirimu yang tidak orang lain tahu.

Lalu karena kepribadianmu?
Bagi mereka mungkin kamu tidak begitu istimewa, kamu hanya seorang pendiam yang kaku sekaligus dingin hingga membuat segan untuk didekati. Tapi entah kenapa bagiku kamu bahkan terlalu istimewa hingga rasanya tak akan pernah pantas untukku yang terlalu biasa.

Dan karena latar belakang?
Ah aku bahkan tidak sedekat itu untuk lebih mengenalmu. Namun bagaimanapun kamu dan latar belakangmu, kurasa aku begitu siap untuk menerima. Justru aku yang takut seberapa menerimanya kamu terhadap aku dan latar belakangku yang tak sebaik itu.

Sejujurnya, aku tidak  punya alasan ketika jatuh padamu.
Aku jatuh begitu saja, kemudian tiba-tiba kamu menjadi begitu istimewa dan terus bertambah kapasitasnya dari hari ke hari.

Aku jatuh, lalu menemukan alasan untuk bertahan.
Aku terlena dalam penantian.
Hingga lupa, meskipun aku memiliki banyak alasan untuk bertahan, kamu yang tetap bisa menghilang kapan saja tanpa alasan.
Atau bahkan aku yang dibuat semesta untuk bergerak meninggalkan.

Seharusnya aku mengerti, ketika aku jatuh tanpa alasan, maka aku pun harus siap menghadapi pilunya perpisahan tanpa penjelasan.

- Shin

All The Things That Your Heart Never HeardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang