Andai luka yang ditorehkan di hatinya dapat menampakkan diri, niscaya penyesalan seumur hidup pun tak cukup untuk membayar ratusan ribu kata tajam keluar untuk melemahkannya.
Salahnya apa? Hanya menolak. Namun kata-kata itu menghunusnya, menusuk ke jantungnya, menggoreskan sayatan-sayatan dalam di tubuhnya.
Mau sampai kapan? Meneriakkan kebaikan dengan kekerasan yang jelas-jelas tak dibenarkan? Membiarkan cacian keluar semudah memberikan pujian? Di manakah letak kelembutan yang kawan-kawannya dapatkan? Adakah secercah kasih untuknya?
Lihat nanti. Kuharap ia tak tumbuh menjadi batu yang keras namun retak di dalamnya. Kuharap ia tak berjalan di atas dendam dan kebencian. Kuharap ia dapat melangkah tanpa dihantui ketakutan.
Dik, kali ini aku bicara padamu. Tumbuhlah dengan sebagaimana mestinya laki-laki. Jangan seperti pria yang hanya akan meninggikan suara tanpa mencontohkan tanggungjawab yang seharusnya diajarkan. Pun jangan nanti engkau membenci makhluk yang sejenis denganku atau dengan ia yang melahirkanmu. Jangan. Meski teriakan yang membangunkanmu setiap pagi, atau hanya letupan-letupan amarah sebagai pengganti obrolan ramah. Jika itu melukaimu dan engkau mengendapkannya dalam-dalam, jangan engkau simpan sendirian. Buanglah. Lenyapkan. Maafkan.
Karena sungguh, andai engkau tahu, Dik. Satu-satunya yang kutakutkan adalah bagaimana luka itu akan membentukmu. Kusadari kini engkau tak berjalan dengan kelembutan yang asing bagimu. Jangan sampai, nada bicaramu meninggi seiring dengan tubuhmu, atau hati yang sekeras suaramu.
Dik... Jika nanti engkau membaca pesanku, saat itu kuharap hatimu sedang tenang dan sudah memahami maksudku. Maafkan, segala keras dan buas yang mengiringi harimu. Ingatlah, nanti, jangan engkau melakukan hal yang serupa kepada orang terkasihmu sebagaimana engkau pernah diperlakukan.
Hiduplah lebih baik, Dik. Jika kelembutan tak kau dapatkan, setidaknya kasih sayang bisa engkau berikan. Jangan engkau mengajarkan kerasnya hidup dengan kekerasan. Jangan menularkan atau menurunkan yang tak seharusnya kau bagikan.
Sadarlah akan buah dari yang apa yang engkau tanam. Maka, meskipun engkau tumbuh dengan gergaji mesin yang menumbangkanmu berkali-kali. Jangan sekali-sekali melakukan hal serupa. Ubahlah. Rawat tanamanmu, sebagaimana engkau ingin dirawat semasa dulu.
- Seorang Kakak
Di tahunmu ke-13
KAMU SEDANG MEMBACA
All The Things That Your Heart Never Heard
PoetrySuatu hari, aku harap kamu menemukan apa yang selalu aku tulis di tengah malam, atau pukul dua dini hari, kadang pukul empat sore di bis, seringnya sih saat ingat kamu yang tidak kenal waktu. Jika hari itu tiba maka kamu perlu tahu, sebagian di anta...