Sudah cukup, kak. Berdamailah dengan luka. Belajarlah beranjak dari duka. Nanti akan ada yang dengan sukarela merawat luka yang pernah tercipta, meski tanpa tahu siapa yang membuatnya. Meski tak sepenuhnya menjadi penyembuh, meski tak menghilangkan bekasnya, setidaknya membuatmu lupa perihnya.
Tak selamanya kamu boleh hidup disana. Apa yang sebatas pernah tak semestinya menjadi apa-apa yang seolah terjaga. Lepaskan, bergeraklah. Atau setidaknya, jangan menengok ke belakang sesering biasanya. Apa yang sedang dan akan, tak mungkin sama seperti yang pernah jika kamu mau belajar dari kekeliruan yang lalu.
Mulailah melangkah tanpa melibatkan lagi yang pergi, karena di depan tentu akan ada yang menghargaimu lebih. Apa yang telah usai, biarkan selesai. Apa yang pernah terjadi adalah untuk membuatmu berhati-hati, bukan untuk menutup hati. Luka yang sempat kamu alami adalah untuk membuatmu belajar menyembuhkan diri, pun agar kamu tak melakukan hal yang sama seperti yang telah pergi kepada yang sedang atau akan menghampiri.
Ini bukanlah sebuah permohonan untuk sebuah penerimaan. Hanya bentuk kepedulian yang tak sempat aku uraikan. Sampai kapan kamu menjadikan luka sebagai pegangan untuk berjalan ke depan? Semua pernah terluka, pun semua pernah sembuh -setidaknya berusaha.
Maka cukuplah, kak. Sudah, ikhlaskan. Berjalanlah dengan penerimaan. Cukupkan lukamu sampai disini, sebab bukan hanya kamu, ada hati yang lebih terluka melihatmu begini.
Selamat hari minggu, kak. Jangan lupa makan dengan baik dan istirahat yang cukup, ya!
- Shin
KAMU SEDANG MEMBACA
All The Things That Your Heart Never Heard
PoetrySuatu hari, aku harap kamu menemukan apa yang selalu aku tulis di tengah malam, atau pukul dua dini hari, kadang pukul empat sore di bis, seringnya sih saat ingat kamu yang tidak kenal waktu. Jika hari itu tiba maka kamu perlu tahu, sebagian di anta...